Tanggungjawab Dosa Pembunuhan Ketika tidak Ditegakkan Hukum Qisas

oleh Sekretariat Dewan Hisbah

13 Mei 2025 | 06:04

Dewan Hisbah PP Persis

Pertanyaan dari : Aulia Zakiyya Rahmie


Pertanyaan : Di Islam sendiri sudah ada ketentuan hukum bagi pelaku seperti zina, pembunuhan, pencurian, dll. bagaimana ketika ada seorang muslim yang melakukan dosa seperti pembunuhan misalnya, akan tetapi ia tinggal di suatu negara yang tidak menganut syariat islam sebagai hukum negara. Bagaimana pertanggung jawaban orang tersebut & pemimpin di negara tersebut dihadapan Allah SWT?



Jawaban :


Islam menetapkan bahwa pada dasarnya membunuh jiwa manusia adalah haram dan termasuk dosa besar. Allah Swt berfirman:


وَلَا تَقۡتُلُواْ ٱلنَّفۡسَ ٱلَّتِي حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلۡحَقِّۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ


dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). (QS. Al-An’am, [6]: 151).


Dalam hadis diterangkan:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ


Dari Abu Hurairah Ra dari Nabi Saw, beliau bersabda: "Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan". Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda: "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan haq, memakan riba, makan harta anak yatim, kabur dari medan peperangan dan menuduh seorang wanita mu'min yang suci berbuat zina". (HR. Al-Bukhari)


Yang dimaksud dengan “illa bil haq” adalah qisas, rajam, orang murtad yang memerangi agama Allah. Dalam hadis diterangkan:


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَّا بِإِحْدَى ثَلَاثٍ الثَّيِّبُ الزَّانِي وَالنَّفْسُ بِالنَّفْسِ وَالتَّارِكُ لِدِينِهِ الْمُفَارِقُ لِلْجَمَاعَةِ.


Dari Abdullah dia berkata: "Rasulullah Saw bersabda: "Tidak halal darah seorang muslim yang telah bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah dan aku adalah utusan Allah, kecuali satu dari tiga orang berikut ini: seorang janda yang berzina, seseorang yang membunuh orang lain dan orang yang keluar dari agamanya, memisahkan diri dari Jama'ah (murtad).” (HR. Muslim, Shahih Muslim, no. 3175)


Menurut Syariat Islam hukuman bagi pembunuh ialah diberlakukan hukum qisas dengan tujuan untuk memberikan keadilan bagi korban dan keluarganya, mencegah kejahatan serta menjaga kelangsungan hidup manusia. Allah Swt berfirman:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْأُنْثَى بِالْأُنْثَى فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ * وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ


Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qisas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa” (QS. al-Baqarah [2]: 178-179)


Pelaksana hukum qisas sebagaimana hukum jinayat lainnya, bukanlah perseorangan atau organisasi masyarakat, tapi pemerintahan atau ulil amri berdasarkan putusan hakim pengadilan. Oleh karena itu para pemimipin dan pemegang kebijakan berkewajiban untuk berupaya menerapkan syariat Allah yang Maha Adil, dan kelak mereka akan diminta pertanggungjawaban sesuai dengan kapasitasnya.


Bagi pelaku pembunuhan walaupun hukuman di dunia tidak ditegakkan, tetapi ia tidak dapat lepas dari hukuman di akhirat. Oleh ia harus bersegera taubat kepada Allah Swt dengan sebenarnya (taubatan nashuha) diiringi dengan iman dan amal shaleh. Allah Swt berfirman:


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ


Wahai orang-orang yang berimaan bertaubatlah kepada Allah dengan sebenar-benar taubat, mudah-mudahan Tuhan kamu menghapus kejelekan-kejelekan kamu, dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai padanya…” (Q.S At-Tahrim [66]: 8)


Setelah ia bertobat dengan sebenar-benarnya dengan penuh harapan diterima taubatnya, maka urusannya dieserahkan kepada Allah Swt. Dalam hadis diterangkan:


عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ أَخَذَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا أَخَذَ عَلَى النِّسَاءِ أَنْ لَا نُشْرِكَ بِاللَّهِ شَيْئًا وَلَا نَسْرِقَ وَلَا نَزْنِيَ وَلَا نَقْتُلَ أَوْلَادَنَا وَلَا يَعْضَهَ بَعْضُنَا بَعْضًا فَمَنْ وَفَى مِنْكُمْ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ وَمَنْ أَتَى مِنْكُمْ حَدًّا فَأُقِيمَ عَلَيْهِ فَهُوَ كَفَّارَتُهُ وَمَنْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ إِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ


Dari 'Ubadah bin Shamit dia berkata, "Rasulullah Saw pernah mengambil sumpah setia kepada kami sebagaimana beliau mengambil sumpah setia terhadap kaum wanita, yaitu; hendaknya kami tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kami, dan tidak melemparkan kedustaan antara satu dengan yang lain. Barangsiapa menepati janji tersebut maka pahalanya ada bersama Allah, dan barangsiapa melanggar batasan tersebut maka akan ditegakkan had atasnya, yaitu sebagai kafarah (denda). Namun siapa yang Allah tutupi perbuatan tersebut (tidak diperlihatkan kepada orang-orang), maka urusannya terserah kepada Allah; jika menghendaki Allah akan menyiksanya, namun jika menghendaki Allah juga akan mengampuninya." (HR. Muslim)


Baca pula Rubrik Istita Majalah Risalah edisi Februari 2024


BACA JUGA:

Hitungan Zakat Tijarah ketika Keuntungan Lebih Kecil daripada Zakat yang Harus Dikeluarkan