Oleh: Yai Athary
Sebutan lengkapnya ialah Amir Hamzah Bin Ono. Tetapi dalam percakapan di antara jamaah Persatuan Islam (PERSIS) Lampung, terutama jamaah PERSIS Anak Tuha dan Muara Sungkai dan sesama koleganya, ia dipanggil "Mang Amir". Malah, dalam pertemuan pertemuan santai di pengajian atau sambil minum kopi, satu sama lain memanggil "uwak".
Telah acap kali saya melihat nama Amir Hamzah di dokumen penting PERSIS Lampung yang tersimpan di PP PERSIS di zaman K. H. Abdul Latief Muchtar, MA. Tetapi perkenalan saya yang sebenarnya baru terjadi ketika mengikuti safari dakwah PP PERSIS dan mengantarkan Kafilah Duat PP PERSIS angkatan ke-X Maret 2021, bersama K. H. Zae Nandang dan kawan-kawan di PC PERSIS Muara Sungkai Lampung.
Kemudian kami bertemu kembali ketika bertakziah wafatnya Ustadz Sumitra, Ketua PC PERSIS Anak Tuha 1998-2008 di rumah kediaman Allahyarham Bangun Jaya Anak Tuha Lampung tengah berapa hari yang lalu.
Pertemuan pertama dan kedua amat berkesan pada perasaan saya. Saya merasa berhadapan dengan seorang pejuang yang tampa ragu-ragu yang menerjunkan dirinya dalam berjuang di jam’iyah PERSIS.
Ketawadhuan, kesederhanaan, dan kecintaan umat yang pernah dipimpinnya. Generasi PERSIS atau yang pernah bergaul dengan beliau menjadi saksi sejarah bagai mana kiprah beliau memberi kontribusi dan dedekasi untuk PERSIS pada zamannya, kira-kira di tahun 1978-1993 walaupun itu hanya di tingkat cabang Anak Tuha Lampung, di tengah kesibukan beliau yang merupakan seorang petani sederhana dan pekerja serabutan yang berasal dari Jawa Barat yang merantau ke Lampung.
Sebuah kecintaan kepada jam’iyah PERSIS yang telah dicontohkan beliau bersama jamaah PC PERSIS Anak Tuha, di antaranya membangun Masjid PERSIS Nurul Bayan, Lembaga Pendidikan PERSIS, pengadaan Ttanah Wakaf PERSIS, mendirikan PC PERSIS Anak Tuha (dulu Padang Ratu) yang merupakan PC PERSIS tertua dan pertama kali di Lampung, dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Sosok Amir Hamzah mampu memobilisasi sumber daya jejaring PERSIS di tingkat cabang di zamannya yang serba terbatas, yang kini PERSIS Lampung berdispora di mana-mana.
Semua yang dikerjakan beliau seakan-akan berpesan kepada kita semua, tak mau buru-buru dalam membina dan mendidik kader. Seperti A Hassan mewariskan M Natsir selama puluhan tahun. Memang butuh waktu melahirkan seorang pejuang tangguh.
Barakallahu lakum Ustadz Amir Hamzah yang sudah memasuki usia 66 tahun dan berdomisili bersama keluarga di Muara Sungkai Lampung Utara. Insya Allah apa yang dikerjakan selama ini menginspirasi kita dan generasi selanjutnya mencapai cita cita dan mimpi mimpi masa depan yang kian mengkristal.
[]
Editor: Fia Afifah