Adab Terhadap Guru: Fondasi Kekuatan Spiritual, Intelektual, dan Moral Umat
Oleh: Arman Nurhakim M, S.Ag
(Sekretaris Bidang Pendidikan dan Kebudayaan PP Hima PERSIS)
Hari Guru selalu menjadi momen penting untuk kembali merenungkan peran besar seorang pendidik dalam membentuk arah masa depan umat. Guru bukan hanya penyampai pelajaran, tetapi juga penjaga ilmu, pembimbing akhlak, dan penuntun spiritual. Dalam tradisi Islam, posisi guru sangat mulia karena mereka mewariskan cahaya ilmu yang menjadi pilar berkembangnya peradaban. Maka, adab kepada guru bukan sekadar bentuk sopan santun, tetapi juga wujud penghormatan terhadap ilmu dan orang yang mengajarkannya. Ia adalah fondasi yang meneguhkan kekuatan spiritual, intelektual, dan moral umat.
Al-Qur’an menegaskan bahwa Allah meninggikan derajat orang-orang beriman dan berilmu. Firman-Nya dalam Surah Al-Mujadilah ayat 11:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Para mufassir seperti Imam A t-Thabari dan Ibn Katsir menjelaskan bahwa orang-orang berilmu yang dimaksud mencakup para alim ulama dan guru yang menjaga, mendidik, serta menyebarkan ilmu. Dengan memuliakan mereka, kita sesungguhnya sedang memuliakan ilmu serta jalan yang mengantarkan kita kepada kedekatan dengan Allah.
Rasulullah ﷺ juga menguatkan makna itu melalui sabdanya:
“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa perjalanan menuntut ilmu adalah jalan ibadah. Dan di balik setiap perjalanan ilmu, selalu ada sosok guru yang membimbing arah langkah murid agar tidak menyimpang dari cahaya kebenaran. Karena itu, memuliakan guru menjadi bagian dari memuliakan ilmu dan agama.
Sejak masa klasik, ulama memberikan perhatian besar terhadap hubungan murid dan guru. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulum al-Din menggambarkan bahwa murid hendaknya rendah hati, bersungguh-sungguh menuntut ilmu, menjaga kehormatan guru, serta mencintainya karena Allah. Sikap ini bukan formalitas, tetapi cermin kesiapan ruhani seorang murid dalam menerima ilmu yang berkah.
Imam Al-Qarafi menambahkan bahwa penghormatan tidak berhenti di ruang belajar. Di luar majelis, murid tetap berkewajiban menjaga nama baik dan mendoakan guru. Penghormatan yang utuh inilah yang kelak melahirkan keberkahan ilmu.
Dalam konteks modern, Syeikh Yusuf al-Qaradawi mengingatkan bahwa penghargaan kepada guru harus diwujudkan secara moral maupun material. Guru adalah pilar pendidikan umat, karenanya profesi mereka harus dihargai secara layak, bukan sekadar dipuji dalam seremoni tahunan.
Di era digital, hubungan murid dan guru mengalami perubahan besar. Teknologi memberi kemudahan akses ilmu, namun sekaligus menyisakan tantangan serius, hilangnya kedekatan personal dan melemahnya adab. Banyak siswa yang belajar dari internet, tetapi kehilangan penghormatan terhadap guru yang selama ini menjadi pembimbing langsung. Media sosial dan konten digital sering kali menggantikan peran otoritas keilmuan tradisional, sehingga murid terjebak pada pola belajar yang cepat tetapi dangkal.
Fenomena “kelas online”, materi belajar instan, dan interaksi berbasis layar sering membuat murid lupa bahwa ilmu bukan hanya data yang dikonsumsi, tetapi cahaya yang perlu ditransmisikan melalui adab. Di sinilah letak urgensinya, adab terhadap guru menjadi benteng moral dan spiritual agar pendidikan tidak sekadar teknis, tetapi tetap berjiwa dan bernilai.
Menghormati guru di era digital berarti tetap menjaga etika dalam komunikasi, merespons dengan santun, meminta izin dengan baik, serta tetap mengakui peran mereka sebagai pembimbing. Bahkan dalam ruang virtual, adab tetap menjadi ruh dari hubungan murid dan guru.
Guru memiliki kontribusi besar dalam membentuk karakter generasi. Melalui keteladanan, mereka menanamkan kekuatan spiritual yang menghubungkan murid dengan Allah melalui pengajaran, mereka membangun kecerdasan intelektual melalui tarbiyah, mereka membentuk moralitas yang menjadi fondasi kehidupan sosial.
Dari seorang guru lahirlah murid-murid yang mampu berpikir jernih, bersikap santun, dan berperilaku bertanggung jawab. Dalam jangka panjang, merekalah yang akan meneruskan dakwah, menjaga harmoni masyarakat, hingga membangun masa depan bangsa. Maka, keberlangsungan umat sangat ditentukan oleh bagaimana kita memperlakukan guru dan menjaga martabat mereka.
Di Hari Guru ini, sudah selayaknya kita memperbarui komitmen untuk memuliakan guru. Mereka adalah penjaga warisan ilmu, penuntun arah hidup, dan fondasi utama pendidikan umat. Dengan menjaga adab terhadap guru baik di ruang kelas, di lingkungan sosial, maupun dalam interaksi digital kita sedang memperkokoh kekuatan umat dari sisi spiritual, intelektual, dan moral.
Semoga Allah SWT melimpahkan keberkahan kepada seluruh guru yang telah mengabdikan hidupnya untuk umat. Semoga ilmu mereka menjadi cahaya, amal mereka menjadi amal jariyah, dan kita semua menjadi murid yang mampu menghargai, menjaga, dan mengamalkan nilai-nilai luhur yang mereka ajarkan.
BACA JUGA:Waketum PP PERSIS: HIMA PERSIS Harus Jadi Pemikir Solutif untuk Bangsa