Berpikir Secara Sunnah: Panduan Kejamiyyahan Bagi Kader Pemuda PERSIS

oleh Hendi

04 Desember 2025 | 11:48

Cepi Hamdan Rafiq, S.Th.I., M.Pd. (tengah). Foto: Agus Nur Putra

Oleh: Cepi Hamdan Rafiq, S.Th.I., M.Pd. (Kabid. Pendidikan PP Pemuda PERSIS)


Pendahuluan: Mengapa Pemuda PERSIS Harus Berpikir dengan Cara Sunnah?


Pemuda PERSIS adalah generasi yang memikul misi mulia: menjadi penjaga kemurnian ajaran Islam, pelanjut risalah dakwah Rasulullah Saw, dan penggerak perubahan di tengah umat. Untuk melaksanakan peran sebesar ini, sekadar bersemangat tidak cukup. Sanad pemikiran harus lurus, manhaj berpikir harus selamat, dan cara melihat persoalan harus kembali kepada al-fikrah as-sunnīyah — cara berpikir yang dibangun oleh Al-Qur’an, Sunnah, dan pemahaman para sahabat.


Materi berjudul “Berfikir Secara Sunnah” karya Muhammad Ishaq Shiddiqi menjelaskan fondasi penting bagi kader-kader Islam agar tidak terjebak dalam kesalahan berpikir, fanatisme buta, sikap gegabah, ataupun penyimpangan intelektual sebagaimana yang terjadi pada banyak kelompok di sepanjang sejarah.


Artikel ini menyajikan materi tersebut dalam bentuk panduan kejamiyyahan bagi Pemuda PERSIS: bagaimana seorang kader harus berpikir, menimbang, menyikapi masalah, serta mengambil keputusan secara nyunnah.


Setiap Manusia Memiliki Akal, Tetapi Tidak Semua Menggunakannya dengan Benar


Allah memberikan akal kepada seluruh manusia — baik Muslim maupun non-Muslim, yang taat maupun yang fasik. Potensinya sama, tetapi hasilnya berbeda. Apa yang membedakan?


Dua faktor pokok: Arah Pemikiran (al-wijhah al-fikriyyah) Untuk apa seseorang berpikir, dan Metode Berpikir (al-minhāj al-fikrī) Bagaimana seseorang berpikir?


Inilah dua fondasi yang menentukan apakah seseorang berpikir secara sunnah atau sebaliknya berpikir secara keliru.


Arah Pemikiran Seorang Mukmin: Mencari Ilmu dan Mengambil Manfaatnya


Dalam Islam, berpikir tidak hanya untuk menghasilkan informasi, tetapi untuk menghasilkan manfaat. Ada dua arah pikiran:


1. Berpikir hanya untuk memperoleh pengetahuan. Seperti astronom yang meneliti galaksi. Tidak salah, tetapi tidak selalu berdampak pada kebahagiaan akhirat.


2. Berpikir untuk memperoleh ilmu dan mengambil manfaatnya. Inilah arah pemikiran seorang mukmin.


Bagi Pemuda PERSIS, tujuan berpikir bukan sekadar tahu, tetapi memahami agar bisa beramal, memperbaiki, menegakkan, dan memurnikan.


Metode Berpikir: Apa yang Dibedah oleh Akal Seorang Mukmin?


Metode berpikir terbagi dua:


Pikiran Natural (fikrah ṭabī‘iyyah): Mengamati hal yang tidak terkait langsung dengan keselamatan jiwa (ilmu alam, matematika, teknologi). Hal ini baik dan diperlukan.


Pikiran Kejiwaan/Moral (fikrah nafsiyyah): Menyangkut akhlak, sosial, politik, muamalah, pilihan hidup, termasuk dakwah dan perjuangan jam’iyyah.


Dalam fikrah nafsiyyah inilah seorang Pemuda PERSIS harus sangat hati-hati, karena di sinilah terjadi penyimpangan pemikiran yang melahirkan bid’ah, ekstremisme, taklid buta, sikap liberal, pragmatisme, ataupun fanatisme kelompok.


Pertanyaan Penting: Apakah Islam Punya Metode Berpikir Khusus?


Materi menegaskan: Islam pasti memiliki metode berpikir sendiri, sebab tanpa metode khusus:


umat tidak akan memiliki identitas,


tidak akan punya kepribadian kolektif,


tidak akan punya standar benar–salah yang baku,


dan akan mudah terbawa arus pemikiran Barat, liberalisme, nasionalisme ekstrem, atau ideologi-ideologi lain.


Al-Qur’an membuktikan bahwa metode itu ada:


Allah memberi cahaya untuk berpikir,


Allah memberi mīzān (timbangan berpikir),


Allah menuntun akal orang beriman.


Maka seorang Pemuda PERSIS tidak boleh:


meniru metode berpikir kaum ateis dalam melihat alam,


meniru metode berpikir para pengingkar agama dalam masalah moral,


membangun pemahaman agama dengan logika kaum yang dimurkai dan disesatkan.

BACA JUGA:

Ma'ruf 2025: Gerbang Awal Kaderisasi Intensif Calon Anggota Pemuda PERSIS Bangil

Reporter: Hendi Editor: Fia Afifah Rahmah