Jakarta, persis.or.id - Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Islam (PERSIS) menggelar Musyawarah Kerja Nasional (Musykernas) yang pertama dengan tema “Dengan Soliditas dan Sinergitas Wujudkan Khidmat kepada Umat,” pada 13—14 November 2022, di Jakarta.
Acara tersebut dihadiri tasykil PP PERSIS, termasuk Bidang Garapan (Bidgar) Dakwah Daerah Terpencil (2DT) yang memaparkan programnya.
Salah satu rumusan di Qanun Dakhili (QD) hasil Muktamar XVI PERSIS ialah bahwa Bidang Dakwah membawahkan Bidgar Sumber Daya Insani Dakwah, Bidgar Manajemen Kemesjidan, Bidgar Dakwah Daerah Terpencil, Bidgar Budaya dan Teknologi Dakwah, serta Bidgar Bimbingan Haji dan Umroh.
Adapun tasykil yang diamanahi menakhodai Bidgar Dakwah Daerah Terpencil (2DT) ialah Dr. Yusup Tajri, M.Pd., pengasuh Pesantren Persatuan Islam (PPI) 183 Al-Manar Bayongbong. Ia membantu Bidang Dakwah yang diketuai Drs. KH. Uus Muhammad Ruhiyat dengan sekretaris H. Deni Solehudin, M.Si.
Dalam pembukaan Musykernas 1, Ketua Umum PERSIS Dr. KH. Jeje Zaenudin, M.Ag. menyampaikan hal yang harus diperhatikan. Satu di antaranya ialah terkait dengan distribusi kader yang belum maksimal.
“Perekrutan, pemberdayaan, persebaran, dan distribusi kader yang belum maksimal. Pertambahan kekuatan jamiyyah dalam berbagai aspek dapat terpantau dan terukur. Bila ini dilakukan, daya saing kita pada banyak aspek dapat sejajar dengan yang lain,” jelas Dr. KH. Jeje Zaenudin, M.Ag.
Apa yang disampaikan Ketum ini menandai peran penting Bidgar 2DT. Dalam hal ini distribusi kader dilakukan melalui pengiriman dai ke daerah terpencil. Terkait hal itu, tasykil Bidang Dakwah Drs. KH. Uus Muhammad Ruhiyat mengungkapkan bahwa Bidang Dakwah berusaha membantu Ketua Umum untuk mewujudkan amanah muktamar.
“Tema Bidang Dakwah di periode ini ialah ‘Mewujudkan Transformasi Dakwah PERSIS dalam Menjaga Akhlak Bangsa,’ dengan tagline ‘Berdakwah dan Beruswah’, karena berdakwah tanpa beruswah tidak akan berdampak. Untuk itu, kita setuju terhadap Pemuda yang punya tagline ‘Berdakwah, Berdampak.’ Untuk dampaknya, biarlah Pemuda yang merasakan, sementara Uswah biar oleh PERSIS,” jelas Ustaz Uus.
Ia pun menyampaikan bahwa program dakwah daerah terpencil telah berjalan sangat baik sebelumnya, dan harus ditingkatkan untuk menjaganya secara simultan. Program 2DT tersebut telah berjalan sebelas tahun dengan tenaga dai dari STAI PERSIS Garut.
“Maka ke depan kita ciptakan Kafilah Du’at ini melalui kampus lain, sedangkan untuk alumni mu’allimin, kita upgrade pula melalui Akademi Tamhidul Muballighin,” jelas ustadz Uus.
Terdapat beberapa tanggapan terhadap program Dakwah Daerah Terpencil ini, di antaranya terkait dai dan perannya di lapangan.
“Bidgar Dakwah Daerah Terpencil telah mengagendakan berbagai hal yang mengarah ke arah tersebut, di antaranya bersepakat dengan Bidang Tarbiyah terkait program A. Hassan Scholarship,” jelas Dr. Yusup.
Bidang Garapan Dakwah Terpencil (2DT) pun diamanahi Muktamar XVI program terkait muallaf. Peserta Musykernas 1 menyoroti adanya peran dai di lokasi bencana. Sebagaimana diketahui bersama bahwa peristiwa bencana sering digunakan modus mengalihkan agama oleh misionaris.
“Memang kita harus meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak, termasuk dengan Sigab PERSIS dalam melaksanakan tanggap bencana. Dalam hal ini Tim Bina Muallaf Center (BMC) menjadi garda terdepan di lapangan,” jelas ustadz Yusup.
[]
Kontributor: Yusri/dh