Bandung, persis.or.id - Mudik lebaran telah menjadi tradisi yang telah lama ada di masyarakat Indonesia. Bila kita cermati bersama, mudik tidak sekedar budaya, tetapi di dalamnya mengandung nilai ibadah yang sangat penting.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam Ustaz Dr. H. Haris Muslim MA menjelaskan, hakikat mudik memang sangat kental dengan ajaran Islam.
"Sesungguhnya dalam budaya mudik ada nilai upaya merajut tali persaudaraan atau menjaga tali silaturahim yang diperintahkan dalam ajaran Islam,” kata Ustaz Haris ketika dimintai keterangannya, Selasa (9/4/2024).
Menurutnya, dalam Idul Fitri ada spirit kembali kepada fitrah kemanusiaan yang sejati. Maka, dalam mudik pun sama, bagaimana kita menumbuhkan spirit menjadi manusia lebih baik dengan menjalin silaturahim yang baik.
Ia menilai, tradisi mudik sebenarnya ada di berbagai negara, tetapi tidak sedahsyat di Indonesia.
“Tetapi di Indonesia mudik ini menjadi budaya yang khas,” ungkap Ustaz Haris.
Selain itu, ungkap Ustaz Haris, mudik memiliki beberapa dampak positif. Pertama dampak ekonomi. Karena ketika mudik, ekonomi kota akan pindah ke daerah. Kedua dampak sosial budaya.
“Dan yang ketiga merekatkan tali persaudaraan, inilah makna silaturahim” paparnya.
Terakhir ia berpesan, untuk meluruskan niat ketika bermudik, agar jangan dikotori dengan niat dan perilaku yang tidak baik.
“Seperti pamer dan menyombongkan diri juga perilaku-perilaku lain yang tidak menggambarkan akhlak Islami,” tutupnya. []
Ja'miyyah
23 November 2024 | 07:31