Buka Bersama, Syariat atau Tren ?

oleh Reporter

15 Maret 2024 | 08:55

Jakarta, persis.or.id - Acara buka shaum bersama (bukber) menjadi agenda rutin dalam bulan suci Ramadhan di negeri ini dan di negeri muslim lainnya. Bukber tidak sekedar makan bersama, namun juga dijadikan momen silaturahmi ragam kelompok dan kalangan.

Bagaimana sebebarnya buka puasa bersama dalam perpektif syariat Islam? Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) Ustaz Dr. Jeje Zaenudin memberikan penjelasan tentang makna bukber dalam Islam secara syar’i.

“Secara prinsip, agama Islam sangat menganjurkan kita untuk banyak bersedekah dan berbagi rezeki, baik di bulan Ramadan ataupun di luar Ramadhan. Hanya saja di bulan  memiliki nilai pahala yang lebih besar. Karena di antaranya keistimewaan Ramadhan, orang yang memberi makanan berbuka puasa, maka ia mendapat pahala seperti orang yang berpuasa” kata Ustaz Jeje ketika dimintai keterangannya, Jumat (15/3/2023).

Bahkan Nabi Muhammad Saw menganjurkan makan bersama-sama karena banyak berkahnya yang meliputi rasa kebersamaan dan menjadi silaturahmi.

"Di momen bukber juga ada kebersamaan, rasa syukur, silaturahmi, dan interaksi atau komunikasi langsung antar-manusia," ujarnya.

Menurut Ustaz Jeje, kegiatan bukber justru bisa mendatangkan pahala karena bersilaturahmi dan berbagi rezeki kepada yang sedang berpuasa. Namun, bukber bisa juga mengurangi pahala manakala melakukan hal-hal yang dilarang.

Ustaz Jeje pun mengutip salah satu hadis yang artinya: "Sebaik-baik amalan Islam adalah memberi makan (kepada orang lain) dan menyampaikan salam kepada yang kamu kenal pun yang tidak kamu kenal."

Ia menegaskan, berbagi rezeki kepada yang sedang shaum adalah ajaran syariah yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw.

Tetapi, jika bukber diniatkan dan dimasukan oleh unsur-unsur lain, seperti memiliki niat untuk memamerkan kemewahan harta dan makanan yang disajikan tentu menjadi terlarang.

“Hal inilah yang melanggar ajaran Islam atau syar’i,” tegasnya.

Ustadz Jeje menambahkan, berbuka puasa bersama lebih bernilai ibadah jika didalamnya dimaknai dengan bersilaturahmi dan mensyukuri rezeki, tanpa harus melanggar syariat.

"Dengan demikian, buka puasa secara bersama-sama diharapkan akan membawa keberkahan. Bukan malah sebaliknya," tuturnya. []

Reporter: Reporter Editor: admin