Ada potret yang sangat menarik, memukau dan mendebarkan dari perang Qadisiyah. Perlu kiranya kita mengambil ibrah dari perang tersebut. Nanti akan kita tarik pelajaran yang bisa diambil dan diterapkan dalam konteks kekinian.
Dalam perang Qadisiyah, Pasukan Persia berjumlah 120.000 personil sedangkan jumlah pasukan kaum muslimin berjumlah 30.000 yang dipimpin oleh Sa'ad bin Abi Waqqash.
Tatkala kedua pasukan bersiap untuk berperang, tiba-tiba saja pasukan kaum muslimin dikagetkan, bahwa pasukan Persia diperkuat oleh seekor singa yang dilatih untuk berperang.
Kemudian tanpa ada aba-aba terlebih dulu, singa tadi berlari ke arah pasukan kaum muslimin sembari mengaum dan memamerkan taringnya.
Dari pasukan kaum muslimin kemudian muncul seorang laki-laki berhati singa. Sang ksatria berlari ke arah singa, di tengah pemandangan mendebarkan yang tak dapat dibayangkan!! Belum pernah terjadi sepanjang sejarah bahwa seorang laki-laki berlari menerjang seekor singa buas yang terlatih berperang!
Kedua pasukan menyaksikan adegan tersebut. Mereka terperangah; bagaimana bisa seorang laki-laki, betapapun kuatnya, melawan seekor singa.
Sang pahlawan melesat bak angin ke arah singa. Dia sama sekali tidak ciut dan takut kepadanya. Sang ksatria lantas lompat menerjang lawannya tak ubahnya singa menerkam mangsanya. Dia menikamnya beberapa kali tikaman, hingga akhirnya berhasil membunuhnya!!
Menyaksikan peristiwa tersebut, ketakutan menyelimuti hati pasukan Persia. Bagaimana mungkin mereka akan melawan balatentara yang tak gentar melawan singa. Pasukan kaum muslimin pun segera meluluhlantakkan mereka seluruhnya, sampai tak tersisa seorang pun.
Kemudian Sa'ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu Anhu pergi menghampiri sang pahlawan tadi, lalu mencium kepalanya sebagai tanda penghormatan baginya. Dengan sikap rendah hati yang dimiliki seorang ksatria, dia merespon dengan membaktikan diri bersimpuh di kaki Sa'ad, seraya berkata, "Tidak semestinya laki-laki sepertimu mencium kepalaku."
Tahukan, siapakah 'sang singa' itu?
Dialah Hasyim bin Utbah bin Abi Waqqash, Sang Pembunuh Singa.
Keponakan dari Sa'ad bin Abi Waqqash, Jenderal Penakluk Persia.
Apa yang bisa kita tarik ibrahnya untuk saat ini?
Di Indonesia, kita sedang menghadapi perang pemikiran atau yang sering disebut juga sebagai Ghazwul Fikri. Perang pemikiran ini begitu nyata dalam seluruh sektor. Terlebih, salah satu alat utamanya adalah media. Media besar di Indonesia saat ini bak singa yang disiapkan untuk melahap dan menularkan ketakutan terhadap Tauhid dan Syariat Islam (baca; islamphobia, red).
Berjihadlah dengan media, termasuk di dunia maya dengan sosmed, blog, website dll. Kalahkan mental dan hujjah para musuh Allah. Ada 3 faktor penentu peperangan; waktu, tempat dan mental. Ada 1 lagi faktor paling menentukan; yaitu keimanan dan ketauhidan kita kepada Allah. Jauhi maksiat, bela dan tinggikan Islam segenap kemampuan kita. (/TG)