Catatan Persis Yogyakarta menuju Monumen Perjuangan Rakyat Jabar

oleh Reporter

26 Februari 2018 | 00:46

Persis, Persistri, Pemudi, Hima dan Himi Persis Yogyakarta, jumat lalu serentak menuju Aksi Silaturahim Akbar Keluarga Besar Persis di Bandung. Dengan durasi perjalanan 11-12 jam menggunakan kendaraan bus, tidak menyurutkan gelora semangat kami, malah justru semakin membara karena akan bertemu saudara tercinta. Dengan dikomandoi Mas Imam, kami sampai di tempat tujuan pada pukul 07.30. Sesampainya di sana, atmosfer kekeluargaan sudah melekat di langit-langit kota Bandung, kami saling melempar senyum dan salam meski baru pertama kali berjumpa. Kemudian kami segera menuju dekat panggung untuk menyaksikan aksi tersebut berlangsung. Aksi disambut dengan gemuruh takbir yang menggetarkan. Kami bersatu dengan PP. Hima Persis yang selalu ada di barisan terdepan, berjabat tangan, menyatukan kekuatan. Aksi dibuka oleh ketua aksi al-Ustadz Ihsan, membakar semangat untuk menyatukan ikatan silaturahmi. Beliau menyatakan sekali lagi bahwa Persis, adalah ormas Islam ketiga terbesar di Indonesia. Aksi kemudian dilanjutkan dengan orasi dari para santri, pimpinan santri, dan pimpinan mahasiswa, juga pemuda. Menggetarkan hati mendengarnya, bagaimana tidak? Saat justru siswa di luaran sana masih bersenang-senang dengan masa remajanya, tapi santri Persis malah berikrar untuk menjaga para ulamanya, Allahu Akbar! Belum lagi kami dikejutkan dengan pertunjukan-pertunjukan luar biasa yang ditampilkan para otonom Persis yang lain, membuat kami berhenti membuat alasan untuk takut pada segala teror yang sedang digencarkan para musuh Allah pada kami, Allahu akbar! Hingga kemudian ketua umum Persis, K.H. Aceng Zakarya menampakkan dirinya di depan kami, menyambut, melambaikan tangan, matanya seolah mengatakan, saya bangga menjadi pemimpin kalian. Meneduhkan sekali menatapnya, itu ulama kami, itu umara kami, jangan ganggu! Kami siap lindungi mereka, walau nyawa taruhannya! Di akhir acara, Ustadz Aceng kembali menaiki panggung untuk menyampaikan orasinya. Kami sambut beliau dengan gemuruh takbir. Khas sekali, dengan suara yang lembut tanpa menggebu-gebu, beliau menyampaikan apa yang ingin disampaikannya dengan teduh tanpa menghilangkan sedikit pun semangat dari kami para pendengarnya. Beliau menyampaikan bahwa aksi ini adalah bertujuan untuk memperkuat hubungan silaturahmi. Kemudian beliau juga menyampaikan bahwa Persis, pasti sejalan dengan NKRI. "Para pendahulu Persis adalah para pejuang NKRI, maka Persis sudah pasti akan membela NKRI, karena persis memiliki kewajiban historis dan politis untuk menjaga NKRI!" ungkap Pimpinan Persis itu. Beliau melanjutkan bahwa Persis juga bukan teroris. "Persis bukan teroris, Persis bukan ISIS, tapi Persis adalah Persis!" ucapnya Beliau juga menambahkan bahwa tidak ada satu anggota Persis pun yang tercatat korupsi. "Banyak anggota Persis yang menjadi politisi dan duduk di kursi pemerintahan, tapi alhamdulillah, tidak satu pun tercatat dari mereka yang pernah korupsi!" Tidak lupa juga beliau kembali mengucapkan bela sungkawa pada al-Ustadz Prawoto yang sudah gugur sebagai syuhada. "Kita selalu yakin, seperti pepatah mengatakan, satu nyawa gugur, seribu nyawa muncul. Sejak kapan orang gila kongres sampai bisa membunuh Ulama, ya? Tapi kita juga mesti berterima kasih sama orang gila", "Jadi aparat pemerintahan bisa lebih giat bekerja dan kita semakin berasatu untuk saling menguatkan melindungi para Ulama." Sindir Ustadz Aceng dengan bahasa yang halus. Terakhir, Ustadz Aceng menyampaikan urgensi dan hakikat umat Islam dan Ulama. "Umat Islam ini lir ibarat lebah. Menghasilkan madu yang baik untuk kesehatan, bermanfaat bagi sesama, tapi awas.. kalau diganggu, dia akan menyengat! Kalau ulama itu lir ibarat garamnya negara. Mereka meniadakan diri untuk menciptakan rasa yang gurih untuk yang ditaburinya. Maka jika dalam suatu negara tidak ada ulamanya, maka negara itu akan terasa hambar, tidak ada rasanya, dalam bahasa sunda disebut 'teu uyahan'!" pekik Ustadz Aceng membuat kami tertawa untuk kemudian kembali menggemuruhkan takbir. Ada banyak hal hebat yang terjadi dalam aksi tersebut yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu. Bahwa yang terpenting, aksi tersebut sudah memberikan energi baru untuk kami terus berdakwah di tanah nusantara. Menyadarkan kembali bahwa kami bukan sebuah minoritas, kami mempunyai banyak saudara. Pun kalau jika kami adalah minoritas, Persis tidak pernah kalah tentang kualitas. Wa’tashimu bi hablillahi jamii’an wa laa tafarroqu. Khoiru mataa’u ad-dunya al-mar’atu ash-shoolihatu. Innamal ‘ilmu bi at-ta’allum. Wa maa yadzakkaru illaa ulul albab. Innama al-ilmu bi at-ta’alum.   **** Tazkia Royyan Hikmatiar
Reporter: Reporter Editor: admin