Bukan sekadar angka atau tanda (sign), melainkan juga makna (meaning). Ada latar belakang, dan semangat di balik angka atau tanda itu. Tanggal 24 Februari 2018, atau kemudian diringkaskan jadi 242, itu tak lagi sekadar tanda, melainkan juga makna.
Kita “mem-berhalakan” 242 itu? Tentu tidak, tetapi simbol, sebuah isyarat ada sesuatu di balik angka itu, ada yang perlu ditafsirkan, dan itu bisa hermeneutis. Kita ingat angka 212, yang kini jadi icon semangat membela Islam dan kaum muslimin.
Keluarga besar Persatuan Islam (Persis) akan bersilaturahmi akbar, dipusatkan di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, 24 Februari 2018. Tempat silaturahmi “tenggelam” oleh popularitas waktu pelaksanaan silaturahim akbar itu sendiri. Jamaah Persis lebih mengenal 242 daripada sebuah monumen.
Angka itu kemudian jadi magnet, dan kita tersihir setelah angka ikut berselancar di alam maya, yang dengan mudah, dan dalam hitungan detik, sudah sampai berkelana ke mana-mana. Jadi viral!
Seperti angka 212 yang kemudian berkembang,inspiratif, jadi sebuah komunitas, juga sebuah koperasi. Aktivitas dan kreativitas lain mungkin akan menyusul dengan latar belakang 212. Dan, 212 itu tak lagi sekadar angka. Apakah angka 242 itu sendiri kemudian akan berkembang, inspiratif, di lingkungan Persis pascasilaturahmi akbar seperti halnya angka 212? Saya yakin, itu akan terjadi.
Silaturahmi akbar tak hanya sesuatu, tak pula sekadar berkumpul di monumen perjuangan, atau untuk sekadar eksistensi bahwa Persis itu ada. Monumen perjuangan Rakyat Jawa Barat jadi front page (panggung depan) Persis, dan itu harus dipoles sedemikian rupa, harus tampil utuh tentang wajah dan wijhah Persis. Back stage-nya, Persis harus sama antara kemasan dan substansi.
Dari Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat inilah sebetulnya Persis akan berbicara kepada dunia, dalam hitungan detik, dengan media sosial yang sudah siap menyantap lahap peristiwa, bahkan sampai kedip mata atau desah nafas jamaah : akan terekam sempurna. Lalu, dari fakta di monumen inilah kemudian dunia luar Persis akan menilai tentang kita.
Penulis: Dean Al-Gamereau.