Akhlaq itu bagaikan angin. Terkadang ia bisa menjadi musuh hingga dapat meruntuhkan segala apa saja yang dilaluinya seperti pohon tumbang, rumah roboh bahkan di daerah-daerah tertentu terdapat angin tornado yang sangat mengerikan. Namun terkadang angin pun bisa menjadi teman bersahabat bagi kita bahkan kita rindukan di saat-saat kita sedang gerah membutuhkan hembusannya yang halus. Terlebih jika kita ada di suatu taman yang indahdikelilingi bunga-bunga yang harumnya tercium disaat angin sejuk menerpanyakita hirup.
Apabila kita pernah merasakan begitu halusnya angin menyentuh kulit hingga kita dibuat nyaman dengan suasananya, maka Akhlaq Rasulullāh shallallāhu ‘alaihiwasallam jauh lebih halus daripada hembusan angin tersebut. Ibnu Abbās radliyallāhu ‘anhu berceritadalam salah satu riwayatnya:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَالنَّاسِ بِالخَيْرِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُجِبْرِيلُ، وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِيرَمَضَانَ، حَتَّى يَنْسَلِخَ، يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ القُرْآنَ، فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ،كَانَ أَجْوَدَ بِالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ المُرْسَلَةِ
“Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallam adalah orang paling lembutdalam segala kebaikan. Dan kelembutan beliau yang paling baik adalah pada saatbulan Ramadlan ketika Jibrīl ‘alaihissalām datang menemui beliau. Jibrīl‘alaihissalām datang menemui beliau padasetiap malam di bulan Ramadlan hingga al-Quran selesai dibacakan untuknya.Apabila Jibrīl datang menemui beliau, maka beliau adalah orang yang palinglembut dalam segala kebaikan melebihi lembutnya angin yang berhembus”[1]
Hadits ini walau banyak dikeluarkan olehpara Imam Mukharrij namun semuanya berporos pada jalur tunggal yaitudari Ibnu Syihāb az-Zuhrī dari ‘Ubaidillah dari Ibnu Abbās radliyallāhu‘anhu.
Walau jalurnya tunggal, jalur ini sangatkuat. Imam Az-Zuhri dan ‘Ubaidillah adalah para rawi Tsiqah. TerlebihImam az-Zuhri terkenal dengan keluasaan ilmu haditsnya. Ia bagaikan lautan yangsemua orang banyak mengambil istifādah darinya, khususnya periwayatan.Oleh karena itu hadits ini oleh Imam al-Bukhāri dan muridnya yaitu Imam Muslimdimasukkan ke dalam kitab shahihnya.
Rasulullāh dalam hadits ini tergambarkansebagai sosok manusia yang begitu teduh dan lembut yang tentunya senyum danuluran tangan beliau sangat dirasakan oleh seluruh para shahabatnya. Akhlaqbeliau sangat lembut melebihi lembutnya angin terlebih pada bulan Ramadlan.
Kelembutannya menghasilkan kekuatancinta pada Sang Khāliq, terbukti beliau mampu berdiri lama dalam setiap rakaatshalat malamnya hingga kaki beliau sebagai penopang badannya bengkak. Aisyah radliyallāhu‘anha sebagai istrinya yang sangat perhatian tentu tidak salah menegurnyaatas dasar sayang, namun Rasulullāh shallallāhu ‘alaihi wasallam begituringannya menjawab: “tidakkah boleh aku menjadi hamba yang bersyukur?”
Hati Rasulullāh shallallāhu ‘alaihiwasallam telah dipenuhi cinta yang berbuah kekuatan. Mudah-mudahan kitadiberi kemampuan untuk bisa mengikuti jejak-jejak sunnahnya. Mari kita hiasihari demi hari dengan akhlaq yang terpuji dibawah naungan cinta-Nya. Terlebihpada bulan Ramadlan yang akan mendatangi kita sebentar lagi.
~~~~~~~~~
Dadi Herdiansah, Abu Aqsith.
[1]Shahih al-Bukhāri. Imam al-Bukhāri No. 1902