Yogyakarta, persis.or.id - Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP PERSIS), Ustaz Jeje Zaenudin mendistribusikan 200 paket Berkah Ramadhan untuk masyarakat Tamanan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, pada Senin (3/3/2023).
Paket Berkah Ramadhan tersebut merupakan amanah muzakki yang dititipkan melalui Lazpersis.
Dalam kesempatan tersebut, Ustaz Jeje menuturkan salah satu cara bersyukur adalah dengan melihat kondisi orang di bawah kita. Hal ini selaras dengan hadits Nabi, "Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu karena yang demikian itu lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu,” (HR Bukhari dan Muslim).
"Kalau kita melihat Jakarta, Amerika, tentu akan menilai kita serba kekurangan, tetapi kalau kita melihat saudara kita di Afrika, Somalia, dan sebagainya yang serba terbatas, maka kita akan senantiasa bersyukur," kata Ustaz Jeje.
Lebih lanjut, Ketua STAIPI Jakarta ini menyampaikan bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan penuh keberkahan yang diberikan Allah sebagai sarana untuk peningkatan ketakwaan. Di dalam hadits, Rasulullah juga bersabda, Allah telah menyiapkan penyucian jiwa di setiap waktu.
"Dalam sehari, di antara shalat yang satu ke shalat lainnya berfungsi sebagai penghapus dosa, begitu pun antara satu Jumat ke Jumat berikutnya, dan Ramadhan satu ke Ramadhan mendatang, menjadi kafarat atau penggugur dosa selama tidak diiringi dosa besar, seperti syirik. Ini menandakan bahwa setiap manusia terlahir dalam keadaan fitrah (muslim)," ujarnya.
Ia pun mengutip firman Allah dalam hadits qudsi, "Aku ciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (bersih) dari kesyirikan atau penyembahan kepada selain Allah." Karena itu, dalam Islam ada istilah din, millah, dan mazhab.
"Apa bedanya, din semuanya fitrah dan hanif. Oleh karena itu, din semuanya dinisbatkan kepada Allah. Sementara millah adalah syariat yang terdapat pada nabi dan rasul," kata ustaz Jeje.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa millah Nabi Musa, Nabi Ibrahim, Nabi Isa beda-beda, tetapi dinnya sama.
"Nah, di bawah millah ada mazhab. Maka puncak kemurnian tauhid ada sejak Nabi Ibrahim hingga Nabi Muhammad, sementara tauhid sebelumnya menyesuaikan dengan kondisi zamannya," sambungnya.
Ia pun memaparkan, kata Rasulullah, para nabi zaman dahulu diutus hanya untuk kaumnya saja, sementara beliau diutus untuk seluruh dunia. Sementara itu, dari agama ke millah, lahirlah Islam yang telah dimodifikasi menjadi Yahudi, Nasrani, dan agama-agama lain. Di bawah ini timbullah ratusan mazhab, tetapi Rasulullah mengklasifikasi Yahudi terpecah menjadi 71 golongan, Nasrani 72 golongan, dan Islam lebih banyak menjadi 73 golongan.
"Maka ketika berbicara konsep din terkadang kepada millah kadang kepada mazhab, meskipun di Al-Qur'an tidak disebutkan mazhab. Mazhab fiqih baru ada di abad kedua hijriyah atau masa sahabat, sementara mazhab aqidah dimulai dari mazhab ahlus sunnah, syiah, dan khawarij," ujarnya.
Ramadhan Bulan Penyucian Jiwa
Ketua MUI Bidang Seni, Budaya, dan Peradaban Islam ini mengingatkan pula kepada jamaah yang hadir untuk menjaga diri dari dosa.
"Karena tanpa menjaga kesucian jiwa, manusia akan sangat merugi. Dan tidak ada kebahagiaan hakiki tanpa kesucian jiwa," ujarnya.
Oleh karena itu, dalam Al-Qur'an ada tiga istilah dosa. Pertama dzanbun, yang berarti ekor. Rasulullah mengatakan orang yang tidak ikut jihad seperti ekor sapi (adznabul baqar).
"Maka manusia harus merasa jijik punya dosa, sebagaimana manusia punya ekor, hilang kemanusiaannya berubah menjadi hewan," ucapnya.
Kedua, ismun atau batiun yang berarti lelet. Hatinya tertutup dikit sedikit oleh titik dosa.
"Jika manusia selalu melakukan perbuatan dosa, dia tidak akan cerdas, maka para ulama dulu ketika ingin pintar dan cerdas, menjauhi maksiat sebagaimana Imam Syafi'i mengadu kepada gurunya Imam Waqi," jelas ustaz Jeje.
Ketiga wizrun, yang berarti beban yang berat. Orang yang berdosa ibarat jiwa manusia yang terhuyung-huyung. Fisiknya terlihat gagah, tetapi jiwanya rapuh.
"Makanya para sahabat bermuhasabah, tertusuk duri saja disebut akibat dosa, apalagi terjadi musibah secara bertubi-tubi. Semoga bulan Ramadhan ini menjadi momentum agar dosa dan kesalahan kita dihapuskan oleh Allah SWT," tuturnya.
Pada kesempatan sama, Ketua Pimpinan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, ustaz Yusuf mengapresiasi warga Glagah Lor RT 003 yang telah berpartisipasi dan berkontribusi dalam bidang dakwah dan pendidikan. Salah satunya dalam pendirian Pondok Tahfidz Hamalatul Qur'an.
"Terima kasih sudah bantu memakmurkan mushala dan rumah Al-Qur'an. Mudah-mudahan kerja sama ini terus berlanjut dan semoga bingkisan yang bapak-bapak terima bermanfaat," ucapnya.
[]