Fitnah-Fitnah Akhir Zaman: Menelusuri Jejak Mukjizat Nubuwwah Khabariyah Nabi SAW (3)

oleh Reporter

17 Juni 2019 | 07:10

Kesempatan yang ditunggu-tunggu telah tiba. Para pendeta bangkit menyerukan pembersihan tanah-tanah suci di Palestina dari tangan-tangan kaum muslimin dan membangun gereja dan pemerintahan Eropa di dunia Timur. Maka pada tahun 462 H/ 1069 M, Raja Romawi, Armanus berencana menyerang kantong-kantong Islam dengan tujuan menghancurkan kaum muslimin. Pasukan mereka selanjutnya dikenal dengan pasukan salib, karena tentara-tentara Kristen menjadikan salib sebagai simbol obsesi suci mereka dan meletakkannnya di pundak mereka masing-masing. Dari sinilah mulai pembantaian terhadap kaum muslimin yang sesungguhnya.

Perang salib yang berlangsung selama kira-kira dua abad mulai tahun 490-669 H/ 1095 – 1270 M menghabiskan asset kekayaan Negara dan putra-putra bangsa yang terbaik. Ribuan tentara termasuk para amir dan panglima perang terbunuh. Bahkan para wanita dan anak-anak menjadi korban pembantaian kaum salibis, karena kaum salibis sebagaimana diungkapkan oleh uskup Akka, Jack Du Fitrey, terdiri dari para atheis, maling, pezina, pembunuh, pengkhianat, pelawak, rahib yang suka melacur dan rahib wanita pelacur. (Hadharatul Arab, hal. 329 dalam Wajah Dunia Islam, hal. 228). 

Serangan brutal yang dialami oleh kaum muslimin yang tidak kalah dahsyatnya adalah serangan dari wilayah Asia Tengah, Bangsa Tartar, yaitu dari suku Mongol. Perlu diketahui, semasa Umar tentara Islam telah menaklukkan daerah Asia Tengah melalui Mousul, Khurasan, Wilayah Utara Mesopotamia, sampai ke kota Ispahan. (Islam di Asia Tengah, hal. 11).  Menurut M. Abdul Karim, Sejarah kemunculan bangsa Mongol di bawah pimpinan Chengis Khan merupakan bagian dari sejarah dunia yang menarik dan popular, terutama bagi sejarah peradaban umat Islam. Kemunculan mereka di muka bumi, bagaikan “terror besar” bagi peradaban bangsa di belahan dunia ini. Sejarawan menyamakannya dengan “Laknat dan Musibah Besar dari Tuhan”. (Islam di Asia Tengah, hal. 27).

Berikut penulis sampaikan sebagian kekejaman yang dilakukan bangsa mongol, tahun 1219 M, Chengis dan pasukan Mongolnya berjumlah sekitar 200.000 bergerak ke barat melalui Transoxiana, berhasil menduduki kota-kota yang makmur seperti Bukhara dan Samarkhand dan membunuh semua penduduk sebagai pembalasan dendamnya. Penyerbuan itu bukanlah cara yang mudah bagi Chengis karena mendapat perlawanan yang hebat pula dari pihak Khawarizam Shah. Ia tidak berhenti hanya menghancurkan wilayah itu dan menyapu bersih seluruh kota yang memaksanya dengan cara lebih kejam, Chengis membantai mereka dengan cara tidak berperikemanusiaan, wanita dan anak-anak (kecuali yang dijadikan budak). Ia bahkan membangun menara yang terbuat dari kepala manusia, pasukannya membantai para pria dan wanita, anak laki-laki dan gadis-gadis. Memperkosa para wanita dan para gadis; yang sebenarnya merupakan kejahatan paling sedikit yang mereka lakukan. Hal itu karena bangsa Mongol melarang keras tindakan perkosaan karena bertentangan dengan tradisi mereka, sehingga mereka akan lebih dulu membunuh sang suami sebelum memperkosa istrinya. (hal 36-37)

Menurut, Gibbon (1737-1794): “dalam waktu empat tahun Chengis memperoleh kemenangan yang luar biasa atas penghancuran dan kerusakan, serta pemusnahan peradaban yang terjadi, tidak dapat digantikan dengan kemajuan-kemajuan daerah tersebut selama 500 tahun kemudian.” Selain itu, Lissner menyebut Chengis dengan predikat: “orang yang paling ditakuti oleh dunia pada awal abad XIII M”. berbeda dengan Lissner, Spuler menginformasikan bahwa, “serangan Mongol di bawah Chengis Khan ke Asia Tengah mengakibatkan sebagian besar penduduk di sana gugur. Insiden besar tersebut membawa kerugian yang luar biasa dan kehancuran serta kerusakan kemajuan peradaban umat manusia yang parah, sehingga belum dapat pulih sampai sekarang.” (hal 41)

Hulagu menghancurkan total kota Baghdad pada tahun 1258 M. Setelah membasmi Alamut, tentara Mongol mengepung Baghdad selama dua bulan, setelah perundingan damai gagal, akhirnya Khalifah menyerah, namun tetap dibunuh oleh Hulagu. Pembantaian massal itu menelan korban sebanyak 800.000 orang. Peristiwa itu digambarkan oleh Shekh Muhiuddin Khayyat sebagai berikut:

Kemudian mereka merampok kota Baghdad, membunuh, dan menggunakan pedang untuk menghabisi nyawa penduduk, merampok segala istana dan kekayaan yang disimpannya; meruntuhkan segala gedung ilmu pengetahuan serta melemparkan segala buku-bukunya ke dalam sungai Tigris (Dajlah), sehingga air sungai yang luas berubah warnanya. (hal 65).

Penderitaan kaum muslimin bertambah ketika bangsa-bangsa Eropa melakukan imperialisme modern. Imperialisme adalah perpanjangan tangan dari perang salib. Perang salib meskipun secara militer gagal mewujudkan rencananya, namun meninggalkan ambisi dalam dada bangsa Eropa untuk menguasai dunia Islam.

Menurut Muhammad Sayyid Al-Wakil, tujuan utama imperialisme modern teringkas dalam point-point berikut :

  1. Menaklukkan Islam yang merupakan kekuatan penyeru pembebasan dan perlawanan melawan musuh.
  2. Menghancurkan khilafah yang merupakan simbol tempat kaum muslimin bersatu guna membela Islam.
  3. Membuka lahan baru untuk memasarkan hasil industri yang meledak pasca kebangkitan industri.
  4. Memperluas jangkauan Negara imperialis.
  5. Mengambil asset Negara jajahan.
  6. Memanfaatkan potensi rakyat negara jajahan untuk kepentingan Negara-negara imperialis.   

Hampir semua Negara yang mayoritas muslim termasuk Indonesia menjadi jajahan Negara-negara terutama Negara Eropa. Barangsiapa yang melawan pastilah mereka akan dibunuhnya dan bagi yang tidak melawan maka mereka dijadikan budak.

Canadian Islamic Congress mengkompilasi kejadian demi kejadian semenjak perang salib yang pertama (the Crusaders I, 1095-1099), dimana sekitar tujuh puluh ribu muslim di Jerussalem dibantai habis sampai dengan pembantain yang dilakukan oleh Israel atas bangsa Palestina saat ini.

Berikut adalah beberapa korban genosida Muslim sepanjang sejarah, sebagaimana dirilis oleh The Canadian Islamic Congress:

1. 70.000 penduduk Yerusalem, sebagian besar umat Islam, dibantai oleh Tentara Salib Eropa pada tanggal 15 Juli 1099, pembantaian itu menyebabkan banjir darah sedalam pergelangan kaki.

2. Setelah pembantaian Antiokhia oleh Tentara Salib Eropa pada Juni 1098 dimana tak ada seorang Muslimpun masih hidup. Pembantaian juga terjadi di Asklan (1099), Aka (1104), Antiokhia (1098), Beruit (1110) dan Tropolie (1102).

3. Masa Inkuisisi di Spanyol dan Portugal (1834), pilihan bagi umat Islam adalah pergi, konversi atau dibakar di tiang. Keputusan tersebut baru dicabut pada 15 Juli 1834, setelah semua Muslim terbunuh atau lari. Pembantaian Muslim juga terjadi di Toledo (1085), Lisbon (1147), Cordoba (1236), Seville (1248), Maria (1266) dan Granada (1492).

4. Mongol membantai jutaan Muslim di India, Persia, Irak dan Asia Tengah, termasuk membantai Khalifah Abbasia dan pejabat-nya (1219-1260). Peristiwa the Sack of Baghdad (13 Februari 1258) membantai penduduk selama lebih dari 17 hari di mana dua juta umat Islam dibantai di sana.

5. Di Bosnia, Kosovo dan Chechnya (1992-sekarang), lebih dari 200.000 Muslim dibantai dan lebih dari 1,5 juta Muslim terluka, menjadi tunawisma atau diasingkan. Lebih dari 50.000 muslim wanita dan anak perempuan diperkosa.

6. Masa awal berdirnya Amerika, sekitar 15 juta orang Afrika dibawa sebagai budak ke Amerika. Lebih dari setengahnya adalah Muslim. Lebih dari 3 juta tewas di laut, lebih dari setengahnya adalah Muslim.

7. Setelah pembantaian Deir Yassin, Palestina, 9-10 April 1948, dimana 250 dibunuh oleh pemukim Yahudi bersenjata, sekitar 100 ribu meninggalkan rumah mereka karena ketakutan. Dan saat ini lebih dari 3 juta warga Palestina menjadi pengungsi atau dan orang-orang buangan.

8. Tentara Israel Letnan Dunhan melaporkan kepada petugas perintahnya, setelah 29 Oktober 1956 pada pembantaian Kafr Qasem,” 43 telah ditembak tidak termasuk 15 yang dari Arab … sulit untuk dihitung …”

9. Selama 15-18 September 1982, milisi Phalagist yang didukung Israel membantai 50.000 orang Palestina, diperkirakan di kamp pengungsi Sabra dan Shatila di Libanon.

10. Selama tahun 1932-1957, di kamp konsentrasi Vorkuta Arktik, Rusia, sebanyak 6 juta orang meninggal dan lebih dari sepertiganya adalah Muslim.

11. Pada tanggal 25 Februari 1994, warga Yahudi menembak mati dengan darah dingin sebanyak 60 Muslim di Masjid Ibrahimi, Hebron. Selanjutnya tiga puluh orang lebih meninggal ketika mereka berdemonstrasi menentang pembantaian tersebut.

12. Pada tanggal 16 Maret 1988, di kota Kurdi Halabja (populasi 45.000), Irak, dibombardir dengan senjata kimia (oleh rezim Saddam Husain). 5.000 orang diperkirakan meninggal dan 1.000 lainnya mengalami luka serius.

13. Selama 8 tahun terakhir, pasca invasi Amerika ke Irak, seluruh penduduk Irak berada dalam kondisi horror, lebih dari 1 juta meninggal termasuk 575.000 anak-anak.

14. Ribuan Muslim dibantai di Filipina, Kashmir dan Thailand (sejak 1970’s-sekarang).

15. Pada tanggal 18 April 1996, lebih dari 100 Muslim dibantai di kompleks PBB di Qana, Lebanon oleh tentara Israel.

16. Jutaan warga sipil Muslim dibantai oleh kekuatan kekaisaran Eropa di Afrika dan Asia (1500 ke 1900-an).

17. Ratusan ribu Muslim dibantai selama dan sebelum partisi India pada 1940-an.

18. Ribuan warga sipil Muslim menjadi korban pemboman Israel dan pemboman di Lebanon Selatan selama 26 tahun terakhir. Ratusan ribu orang mengungsi. (Hminews.Com)

Selain peristiwa di atas, kita juga pernah menyaksikan kekejaman yang menimpa muslin di Bosnia. Sebagaimana dirilist oleh Liputan6.com, Sarajevo - Tanggal 11 Juli 1995 menjadi titik awal dari sebuah tragedi pembantaian tersadis di Eropa setelah Perang Dunia. Pada waktu tersebut, terjadi upaya pembersihan etnis, yang dilakukan pasukan Serbia terhadap ribuan warga Muslim di Srebrenica, Bosnia.

Rohingya adalah kaum yang paling tertindas di muka bumi sepanjang sejarah. Huru-hara, konflik, dan teror yang diciptakan untuk komunitas ini, tak pernah usai. Kekerasan yang berulang dan terus berulang terhadap mereka inilah, menobatkan junta militer Pemerintah Myanmar adalah militer terkejam di dunia. Sementara provokasi yang terus dilancarkan kalangan biksu di negara tersebut, seolah justifikasi bagi militer untuk terus bertindak represif. Kaum Muslim Rohingya, ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Dimusuhi di tanah air sendiri, bahkan di tempat pengungsian sesama Muslim di Bangladesh pun mereka diperlakukan tidak manusiawi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di tahun 2013 menggambarkan Rohingya adalah komunitas yang paling teraniaya di dunia. Dalam catatan sejarah, mereka menghadapi kezaliman masif militer pada tahun 1978, 1991, 1992, 2012, 2015, 2016, dan 2017.

Sampai sekarang, keadaan kaum Muslimin di Suriah dan Palestina sagat memprihatinkan, namun kurang mendapat perhatian muslimin dunia internasional. Padahal dua negeri itu adalah negeri yang dijanjikan dan diberkahi. Fakta dan realita menunjukkan bahwa di Suriah telah terjadi pembantaian puluhan ribu kaum muslimin yang dilakukan oleh Rezim Syi’ah Bashar Assad. Bahkan, tentara-tentara pemerintah Syi’ah Nushoiriyyah yang sekarang menguasai Suriah dan juga tentara sipil Syi’ah bersenjata seperti Syabiha, tak segan-segan untuk memperkosa dan membunuh umat Islam sunni yang semata-mata meyakini Alah sebagai satu-satunya Tuhan yang patut disembah.“Kita yakin akan datangnya pertolongan dari Allah SWT terhadap saudara-saudara kita disana. Maka kita sebagai suadara se-akidah, sesama kaum Muslim hendaknya kita mendoakan mereka dalam doa-doa kita, dalam sholat kita, dalam sholat Tahajud kita agar selamat dari pemerintahan yang dzolim Bashar Assad di sana, yang telah membantai umat Islam,” seru Syeikh Muhammad Khotib As-Suriy, ulama asal Suriah. (voa-islam.com).

Peristiwa-peristiwa di atas termasuk akhir-akhir ini ribuan muslim Uighur yang dibantai oleh pemerintah China merupakan gambaran kekejaman dari pihak luar yang telah dialami oleh kaum muslimin. Bagaimana dengan di Indonesia?

Ini sekedar mengingatkan dan tentunya bukan hendak memprovokasi bahwa sebagian kaum muslimin di Indonesia pun telah mengalami serangkaian penindasan, penyiksaan, pembunuhan dan pembantaian. Selain mengalami penindasan dari bangsa penjajah, kaum muslimin di Indonesia pun telah mengalami pembataian dari bangsanya sendiri. Ironisnya terjadi di suatu Negara yang penduduk muslimnya terbanyak di dunia. Ini disebut tirani minoritas atas mayoritas.

Sebut saja peristiwa Ambon, peristiwa yang bertepatan dengan tanggal 1 Syawal 1420 H itu menjadi tragedi berdarah dan memilukan bagi umat Islam Maluku pada khususnya dan seluruh kaum Muslimin pada umumnya. Peristiwa tersebut menunjukkan wajah asli kaum Salibis yang secara biadab dan brutal melakukan pembantaian dan penyerangan terhadap kaum Muslimin Ambon yang tengah merayakan Hari Raya Idul Fitri. Ribuan nyawa Muslim melayang, puluhan ribu dari mereka harus eksodus atau mengungsi dari Ambon demi keselamatan mereka tanpa membawa barang apapun karena rumah-rumah atau barang-barang mereka telah hangus terbakar dan dijarah para perusuh salibis. Peristiwa Idul Fitri berdarah 19 Januari 1999 bukanlah satu-satunya peristiwa yang menjadi fakta kebrutalan salibis terhadap kaum Muslimin di Maluku. Bisa dikatakan, peristiwa tersebut adalah yang terbesar sekaligus awal dari berbagai peristiwa pembantaian secara masif terhadap kaum Muslimin di Maluku sejak tahun 1998.

 

Bersambung….. (ke part ke 4, klik disini)

 

 

 

 

 

 

 

 

****



Penulis: H. Deni Sholehudin, M.SI ( Ketua Bidgar Pengembangan Dakwah dan Kajian Pemikiran Islam PP PERSIS)

Reporter: Reporter Editor: admin