Bandung - persis.or.id, Ribuan etnis Rohingya dari Myanmar melarikan diri ke Bangladesh pada hari Senin (9/10), dalam gelombang pengungsi baru. Mereka terpaksa pergi karena dihantui oleh kekerasan yang bisa terjadi kapan saja dan juga ketakutan akan kelaparan karena mereka tidak bisa bekerja, dilansir dari Reuters.
Wartawan Reuters di sisi perbatasan Bangladesh, di distrik Palong Khali, melihat beberapa ribu orang menyeberang dari Rakhine utara pada hari Senin, menguntit tanggul di antara ladang banjir dan hutan lulur.
"Setengah dari desaku dibakar. Saya melihat mereka melakukannya, "kata Sayed Azin, 46, yang mengatakan bahwa dia telah berjalan selama delapan hari membawa ibunya yang berusia 80 tahun ke dalam keranjang yang digantungkan di atas tiang bambu antara dia dan anaknya.
Tentara dan gerombolan Budhis telah membakar desanya, katanya.
"Saya meninggalkan semuanya," katanya sambil terisak-isak. "Saya tidak bisa menemukan keluarga saya ... saya tidak tahan lagi."
Beberapa pendatang baru berbicara tentang serangan berdarah oleh massa Budha pada orang-orang yang berjalan menuju perbatasan.
"Kami menghadapi begitu banyak kesulitan, untuk makanan dan kelangsungan hidup," kata Sayed Hossein, 30, kepada Reuters, menambahkan bahwa istrinya, tiga anak, ibu dan ayah mertuanya telah tenggelam. Kami datang ke sini untuk menyelamatkan nyawa kami."
Beberapa penduduk desa di Rakhine mengatakan bahwa makanan habis karena padi di ladang belum siap panen dan pemerintah negara bagian telah menutup pasar desa dan membatasi pengangkutan makanan, yang tampaknya mengurangi pasokan kepada militan.
"Situasi semakin parah. Kami tidak memiliki makanan dan tidak ada jaminan keamanan, "kata seorang warga Rohingya di desa Hsin Hnin Pyar di sebelah selatan distrik Buthidaung negara bagian".
Dia mengatakan banyak orang sedang bersiap untuk melarikan diri lagi. (*)