Bandung, persis.or.id – Jelang berlangsungnya persidangan sebagai agenda utama Muktamar X Pimpinan Pusat (PP) Himi PERSIS, para kader dibekali dengan materi mengenai kepemimpinan.
Bertajuk “Mencetak Pemimpin Berkarakter Ulul Ilmi”, talk show tersebut menghadirkan Haerudin Amin, S.Ag., M.H, Anggota Komisi IV DPR RI dan Mantan Sekum PP Hima PERSIS Ustaz Tatan Ahmad Santana sebagai pemateri.
Di dalamnya, Haerudin menyorotin peran perempuan di ruang publik. Karena posisinya sebagai anggota DPR RI, dirinya mengatakan bahwa keterisian 30 persen untuk perempuan di legislatif harus didorong.
“(Perempuan) harus mendorong pikiran yang besar dan prespektif yang luas. Bisa diawali dengan serius berorganisasi,” ujarnya saat mengisi materi di Grand Hani Hotel Lembang, Jumat (17/03/2023).
Menurutnya, siapapun bisa menjadi sesuatu jika mengusahakannya. Bahkan dirinya meyakini bahwa perempuan punya tempat tersendiri, dan ini tidak dibatasi oleh ruang.
“Silakan maju dengan ruang yang kita yakini. Keberadaan kita akan terlihat dari seluas apa kita berkarya, sebanyak apa aktivitas kita di ruang publik,” tuturnya.
Lantas, bagaimana generasi milenial dapat menjadi kader pemimpin yang akan datang? Ustaz Tatan Ahmad Santan yang juga seorang pemerhati anak ini memiliki jawaban sendiri.
“Mereka yang punya critical thinking, problem solving, kemampuan untuk menahan beban, punya inovasi, dan dapat berkolaborasi,” ungkapnya.
Perubahan, kata dia, akan jauh lebih mudah dilakukan jika memegang kekuasaan, karena seseorag bisa melakukan fungsi apapun.
“Jadilah pemimpin bukan hanya di sektor formal, tapi juga sektor non formal yang juga harus dikuasai. Perempuan saat ini harus menjadi ustazah. Punya mimbar di masjid, madrasah, dan anda sedang mendesain perubahan di masa depan,” paparnya.
Melihat para muktamirin yang menunjukkan antusiasmenya, Ustaz Tatan menyatakan bahwa semua orang yang hadir di tempat ini adalah yang terbaik dari yang terbaik.
Sebab, seseorang yang sudah terbiasa berorganisasi akan terbiasa dengan masalah. “Dan ketika bertemu masalah di dunia real, bisa diselesaikan dengan baik karena sudah dilatih di organisasi,”kata dia.
Dalam organisasi juga diajarkan untuk turun tangan, bukan hanya tunjuk tangan. Selain itu, dirinya juga mengingatkan agar tidak usah ingin berkompetisi dengan orang lain.
Yang harus dilakukan adalah berkompetisi dengan diri sendiri. “Bagaimana melawan malas membaca, malas bergerak. Kalau dengan orang lain bukan kompetisi, tapi kolaborasi,” tuturnya.
[]
Reporter: Fia Afifah