Iftor di Masjidil Haram.

oleh Reporter

22 Mei 2018 | 03:54

Usai shalat ashar berjamaah, saya tidak langsung pulang ke hotel. Berharap mendapat tempat yang baik untuk mengikuti iftor di masjidilharam. Buka puasa bersama ratusan ribu kaum muslimin dari berbagai bangsa dan negara dari seluruh penjuru dunia.

Dua jam menjelang adzan magrib dikumandangkan, kesibukan di dalam dan di luar mesjid mulai terasa. Beberapa anak muda mulai membagikan ragam makanan, dari minuman, roti,  dan tentu saja yang paling utama adalah kurma.

Di dalam masjid, disetiap shaf mulai digelar plastik panjang tempat menyimpan ragam makanan agar tidak membahasi karpet dan mudah dibersihkan. Beberapa anak muda mulai menyimpan makanan itu didepan setiap jamaah, yang semakin sore semakin memadati masjidilharam. Petugas lain, menyiapkan air zamzam dalam tabung besar agar dekat dengan jamaah. Jamaah yang terdekat di dekat tabung air zamzam itu, dengan sukarela menyiapkan gelas demi gelas kepada siapa saja yang meminta disiapkan air zamzam.

Anak muda yang lain, mulai menyimpan bungkusan berisi sepuluh kurma. Yang lain lagi mulai berkeliling menyeduhkan teh panas khas Arab, sahi. Juga kopi gahwa. Ada lagi yang membagikan roti. Tidak memakan waktu lama, plastik sebagai alas beragam makanan yang memanjang dari ujung ke ujung sajadah itu, telah dipenuhi makanan. Mulai dari air zamzam, kurma, jus, sahi, hingga kopi. Untuk sekedar membatalkan puasa, nampaknya makanan yang tersedia didepan saya, cukup mengenyangkan. 

Saya terus menerus menatap air zamzam. Udara panas diluar, menyebabkan kerongkongan kering, dan air zamzam yang jernih itu terus menggoda. Akibatnya menit dan detik terasa lambat berjalan. 

Saatnya pun tiba. Suara merdu muadzin masjidilharam, mengantarkan ratusan ribu jamaah yang menunaikan ibadah shaum, untuk berbuka.

Tentu saja, yang pertama kali saya ambil adalah air zamzam yang bersejarah. Betapa nikmatnya mereguk air zamzam dikala haus mendera. Di bulan suci ramadhan yang mempesona. Alhamdulillah. Berikutnya, delapan butir kurma yang tersaji dihadapan saya, habis tak tersisa. Dilanjutkan dengan sahu air teh hangat khas arab dan kopi hangat gahwa. Lalu sepotong roti, dan jus jeruk. Kami juga berbagi dengan jamaah lain disamping kiri kanan untuk saling mencicipi dari makanan yang berbeda alhamdulillah. Syukur tak terkira.

Menjelang iqomah, tidak lebih dari dua menit, plastik panjang yang berisi sisa makanan, lalu digulung, dan sajadah panjang itu kembali bersih. Imam masjidilharam memulai takbir. Allahu Akbar. Dan ibadah shalat magrib dimulai.

 

Oleh: Dadan Wildan

Reporter: Reporter Editor: admin