Oleh; Prof. Dr. Hamid Bin Ahmad Al-Rifaie*
Seperti dalam pembahasan yang lalu, al-Quran dan kaum muslimin senantiasa tertuduh sebagai biang kerok segala peristiwa teroris. Apakah betul tuduhan mereka itu? Pada tahun 1997 Vatikan mengadakan konferensi internasional yang dihadiri lebih dari 700 dari para pemimpin agama, budayawan, cendikiawan hingga pemimpin politik. Di akhir muktamar tersebut diadakan konferensi pers di tempat megah dan dipilih beberapa delegasi terkemuka mewakili berbagai agama, alhamdulillah penulis mendapatkan kehormatan ditunjuk sebagai perwakilan kelompok Islam untuk menjawab seputar pertanyaan dari bergai awak media internasional, baik cetak maupun tertulis. Diperkiran lebih dari 25 media masa internasional, antara lain hadir perwakilan dari Reuteur yang bertanya kepada penulis, yaitu : ‘kami harap Profesor Al-Rifaei dengan lapang dada menjawab pertanyaan kami, bertepatan dengan upaya Vatikan melakukan dialog antar sesama pemeluk agama, kenapa Islam menjadi inspirasi sumber terorisme di dunia? Dan kenapa orang-orang berpendapat bahwa Islam adalah agama yang menganjurkan kekerasan, apakah memang demikian adanya?.
Guna menjawab pertanyaan itu, tentunya ini kesempatan yang baik bagi kami untuk menjelaskan kepada kalian, bahwa terorisme sejatinya tidak memiliki agama tertentu dan tidak juga tidak berafiliasi terhadap suatu bangsa ataupun nasionalisme suatu negara. Terorisme adalah perlakuan individu manusia - - suluuk insani - - dan dimaklumi bahwa tingkah laku manusia dipengaruhi pola pikirannya. Perilaku atau perbuatan manusia merupakan penjewantahan dari formasi pikiran dan hati, apabila formasi pendidikan, pikiran dan perasaan itu benar maka perilaku dan perbuatannya juga benar. Apabila ada penyelewengan atau penyimpangan dalam pembentukan pemikiran dan pengetahuan maka tentunya perilaku dan perbuatannya akan menyimpang. Semua tindakan teroris atau kejahatan atas nama agama semua itu tidak dibenarkan.
Seterusnya, penulis Saat tegaskan kembali kepada anda para wartawan, bahwa peranan gereja dan mesjid pada awal abad ini telah dipinggirkan dalam pembinaan generesi muda dan digantikan dengan lima dokrin: ialah peradaban Nazisme, Marxisme, Sekulerisme, Fasisme, Zionisme. Lima perabadan ini yang membentuk dan menyiapkan generasi dari berbagai generasi. Di sini, saya ingin konsentrasi dulu dari mana awal permulaan starting point, dan sesungguhnya kelima dokrin itu yang paling berpengaruh dalam pembentukan generasi hingga saat ini, peranan media dan peradaban Barat kepada para generasi maka berpengaruh terhadap perilaku dan menyeleweng hingga menjadi seorang teroris. Untuk itu, kelima peradaban itu harus diintrograsi dan semuanya harus bertangung-jawab karena telah membentuk generasi ini dan mesjid tidak bertangung-jawab atas penyimpangan. Karena mesjid saat ini tidak memiliki peranan sentral sebagaimana peranan mesjid sebelumnya, begitu juga saya secara obyektif tegaskan, gereja tidak berperan mendidik generasi yang baik, padahal sebelumnya tidak ada kejahatan masif yang dinamakan teroris seperti ini.
Saya tetap berpendapat bahwa irhab - - terjemahan tidak benar teroris - - adalah kata baik, benar dan sangat beradab sebagaimana dalam tulisan sebelumnya, tetapi dalam Islam kejahatan dinamakan ar-Ru’b dan Tar’ieb yang malakukan perbuatan teror, peperangan, pembunuhan dan segala tindakan yang menyebkan kehancuran termasuk pencemaran/kehancuran lingkungan. Ketika diterjemahkan irhab dengan teroris maka akan segala peristiwa dikaitkan dengan al-Quran yang sepatutnya tidak boleh dilakukan. Segala macam tindakan teroris yang terjadi saat ini adalah produk kelima ajaran dan budaya di atas, maka kita dituntut menghadapi berbagai kehancuran karena kelima ajaran itu sangat berbahaya, seperti kehancuran yang terjadi di daratan dan lautan, kehancuran pencemaran di laut dan sekitarnya. Penulis sebagai dosen dalam kimia pernah membaca laporan yang meinggatkan agar kita tidak memakan ikan karena semua ikan sudah tercemar radiasi nuklir. Saat ini di Barat terdapat bahaya buah-buahan beracun telah tertimpa ar-Ru’b disebakan terkena radiasi nuklir juga, pencemaran disebabkan kimia dan lainny seperti flu burung dan sebelumnya kita ditakutkan dengan gejala mad cow- - sapi teu damang - -.
Kita saat ini bukan dalam kondisi menghadai mad cow, namun yang akan datang kita akan dihadapkan dengan mad people, maka siapa sebenarnya yang menghadirkan genjala kegilaan ini semua? silahkan tanyakan kepada kelima ajaran itu. Anda juga sepakat tentang bahaya Hitler dengan Nazinya sebagaimana anda sepakat terhadap bahaya ajaran Marxis, saat ini ajaran sekuler berada di ambang kehancuran karena sudah keluar dari tujuan sebenarnya. Secara pribadi mendukung sekulerisme pada awalnya mengupayakan nilai-nilai kemanusiaan, tetapi dalam perjalanannya melenceng jauh. Begitu juga dengan Zionisme, penulis pisahkan dan bedakan antara istilah Zionisme dan Israilsme karena memang keduanya berbeda. Zionisme adalah gerakan politik dan ekonomi yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Yahudi. Tuntutlah tangung-jawab kaum zionis yang telah menghancurkan dan membuat kubu hubungan internasional dengan cara militerisme, dan saat ini kita sedang menghadapi militerisasi hubungan internasional, yang sebelumnya hubungan antar bangsa itu berasas keadilan dan perdamaian yang kebetulan penulis sebagai ketua Forum Internasional Keppemimpinan untuk Keadalian dan Perdamaian. Karena hubungan antar manusia menjadi berasakan kepada hubungan saling tuduh, saling permusuhan, mengedapankan peperangan hingga manusia hanya sibuk memikirkan bagaimana berperang satu sama lain dan menghabiskan energinya untu kehancuran.
Tentunya kami dambakan, manusia harus memulai memikir bagaimana kedamaian dan keselamatan orang yang lain. Selanjutnya kita berlomba-lomba dalam menciptakan budaya dan rasa malu daripada kita berlomba-lomba dalam budaya saling membunuh dan membuat kehancuran. Sudah saatnya kelima ajaran itu dimejahijaukan karena telah mewariskan kejahatan kepada generasi manusia, dan kita sampaikan kepada pengikut setia ajaran tersebut agar bertangung-jawab karena telah menyebarkan pemikiran terorisme, membumikan budaya konsumtif masyarakat yang sangat jauh sekali dari budaya produksi. Dengan demikian ketika membahas Hak Asasi Manusia (HAM) ala Barat juga harus mengindahkan juga Hak Kewajiban Manusia (HKM). Untuk itu, selain mejaga budaya HAM kita juga dituntut untuk memperhatikan HKM karena tidak boleh hanya berbicara tentang hak asasi dan menyampingkan hak kewajiban. Karena HAM memproduksi gaya hidup konsumptif sementara HKM menghasilkan budaya produktif. Untuk itu saya tegaskan lagi, Islam adalah kehidupan, Islam mendirikan dan memulyakan kehidupan, Islam memakmurkan bumi, Islam adalah kesalamatan lingkungan maka apabila ingin mengetahui kebenaran maka itulah hakikat Islam.
*Ia adalah mantan dosen kimia dan pemikir Saudi yang aktif dalam forum dialog antar agama, Presiden International Islamic Forum for Dialogue (IIFD) berpusat di Irlandia, Wakil Ketua Motamar al-Alam al-Islami l The World Muslim Congress (WMC), dan penulis produktif yang telah menerbitkan lebih dari 75 buku dalam bahasa Arab dan Inggris. Diterjemahkan dan disusun ulang oleh Arip Rahman yang tinggal di Rabat-Maroko dari.