Ketika Deputi Menteri Beri'tikaf

oleh Reporter

02 Juli 2016 | 11:14

Ditengah kehidupan pejabat yang disorot karena korupsi atau memanfaatkan jabatan untuk kepentingan diri dan keluarganya. Namun tidak demikian dengan pejabat yang satu ini. Jabatannya Deputi Menteri, eselon satu di kementerian lingkaran istana. Gelarnya Profesor Doktor. Tapi beberapa malam itu, ia tanggalkan jabatannya. Ia tanggalkan gelarnya. Duduk bersimpuh di Mesjid Istiqlal Jakarta. Berdoa. Mengaji. Dan tertidur di karpet masjid berbaur dengan jamaah lainnya.  Mungkin diantara jamaah tidak ada yang tahu ada seorang Deputi Menteri yang juga berbaring bersama di karpet merah masjid Istiqlal. Saya tentu tidak i'tikaf penuh selama 24 jam di mesjid sebagaimana disunnahkan. Tutur deputi itu. Karena saya harus melaksanakan tugas-tugas kantor yang tidak jauh dari Mesjid Istiqlal. Saya datang ke mesjid ketika adzan ashar berkumandang. Kebetulan jam kantor bulan Ramadhan berakhir pukul 15.00. Dari kantor, saya bergegas menuju mesjid istiqlal. Shalat Ashar berjamaah. Lalu mengaji. Dan menjelang maghrib ikut buka bersama nasi kotak bersama ribuan jamaah Mesjid Istiqlal. Makanannya tentu sederhana, tapi kebersamaan itulah yang menambah kenikmatan. Usai buka puasa bersama, lanjut shalat maghrib. Mengaji sampai isya. Lalu shalat berjamaan isya dilanjutkan ceramah tarawih dan shalat tarawih. Di istiqlal tarawih terbagi dua gelombang. Pak deputi ini selalu mengikuti gelobang pertama yang sebelas rakaat. Lalu mengaji sampai pukul 23.00. Pukul 23.00 bersama jamah lainnya berbaring sebentar dilantai mesjid untuk memejamkan mata sejenak. Untuk kemudian terbangun karena pukul 02.00 di istiqlal diselenggarakan qiyamul lail. Pak deputi tidak ikut qiyamul lail sesuai dengan keyakinannya. Tapi memilih membaca al quran hingga subuh menjelang. Pagi usai shalat subuh kembali bergegas untuk melaksanakan tugas kedeputiannya. Dan itu berlangsung di malam malam sepuluh hari menjelang akhir ramadhan..
Reporter: Reporter Editor: admin