Ramadhan tahun ini sebagaimana Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, Ma’had ‘Aliy Baiturrahman STAIPI Garut kembali mengirimkan da’i-da’i-nya yang merupakan para Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam Garut (STAIPI Garut) dari berbagai angkatan. Mereka dikirimkan ke berbagai pelosok Nusantara untuk membantu peran dan tugas dakwah di daerah-daerah tersebut.
Ramdhan tahun ini, da’i disebarkan ke berbagai daerah antara lain: Lampung Barat, Kepulauan Sapeken Madura, dan pedalaman Garut. Ke Lampung Barat yang bertugas kali ini adalah Ust. Kin Kin Syamsudin, alumni STAIPI yang sebelumnya pernah selama setengah tahun bertugas menjadi Da’i Pemuda Persis di daerah ini. Di Sapeken Madura, ada enam orang mahasiswa STAIPI Garut yang dirimkan yaitu Muhammad Nur Shiddiq (Mahasiswa Tafsir Hadits tingkat 4), dan Sanip Nashrullah (Mahasiswa Tafsir Hadits tingkat 3) ditempatkan di Pulau Sepanjang. Fatahul Ulum, Sifa Rahma, Siti Solihat, Novi Lailiy (Mahasiswa Tafsir Hadits tingkat 3), ditempatkan di P Sapeken.
Sementara di pedalaman Garut antara lain ditempatkan Adi Baharuddin Zulfi dan Abdurrahman Darmawan As-Syaibaniy (Mahasiswa Tafsir Hadits tingkat 3); Fachri Khoeruddin, Nur Annisa Destiani, dan Murni Siti Muktamarah (Mahasiswa Tafsir Hadits tingkat 3) yang ditempatkan di Pameungpeuk Garut; Ade Candra (Mahasiswa Tafsir Hadits tingkat 4) dan Sholehuddin (Mahasiswa Tafsir Hadits tingkat 3); keduanya ditempatkan di Talegong Garut; Yunus Ali Rohman (Mahasiswa Tafsir Hadits tingkat 4) ditempatkan di Caringin Garut; dan Abdurrahman (Mahasiswa Tafsir Hadits tingkat 2) yang ditempatkan di Cisewu Garut. Tiga Kecamatan terakhir merupakan daerah Garut sebelah Selatan yang berbatasan dengan daerah Cianjur Selatan dan daerah Bandung Selatan
Kegiatan yang dikelola oleh para da’i tersebut beragam. Di antaranya adalah membantu tugas mengajar santri Tsanawiyah dan Aliyah di Pesantren PERSIS Abu Hurairah (P. Sapeken), Santri Aliyah di Pesantren PERSIS Abu Hurairah II (P. Sepanjang), santri Tsanawiyah dan Aliyah di Pesntren PERSIS 113 Pameungpeuk, mengajar anak-anak pada Pesantren Ramadhan, mengajar anak-anak mengaji sore di mesjid-mesjid, menjadi Imam Tarawih sekaligus sebagai penceramah, menjadi Khatib Jum’at, mengisi pengajian Umum, pengajian ibu-ibu, mengisi kajian Subuh, mengadakan Buka Bersama, mengadakan acara Seminar tentang “Adab Pra Nikah” dan seminar tentang “Sekularisem, Pluralisme, dan Liberalisme.”
Mata pencaharian masyarakat di daerah-daerah di Kab. Garut kebanyakan adalah petani, pedagang, dan pengusaha. Sedangkan di Kec. Sapeken, di Kep. Madura adalah sebagai nelayan, pedagang, dan pengusaha. Sementara di Lampung Barat adalah petani kopi. Tingkat ekonomi masyarakat secara umum tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah, yaitu berada di tingkat rata-rata.
Kondisi umum masyarakat di daerah-daerah tersebut khusunya dalam segi pemahaman dan pengamalan agama tergolong sudah cukup memadai, karena di daerah-daerah tersebut masih terdapat para alim yang mengajarkan dan membimbing masyarakat dalam hal ilmu-ilmu agama. Namun tetap bantuan tenaga da’i masih sangat diperlukan karena, masyarakat yang tergolong awam masih cukup banyak dan tenaga da’i yang ada masih dirasa kurang. Oleh karenanya, di daerah-daerah tersebut meminta para da’i untuk kembali membantu mereka di masa yang akan datang, terkhusus pada Ramdhan-Ramadhan berikutnya.
Kendala yang dihadapi oleh para da’i khususnya di Kec. Sapeken, adalah bahasa. Meskipun masyarakat memahami dan menggunakan bahasa Indonesia, namun para da’i tidak bisa berkomunikasi secara sempurna dengan masyarakat, karena bahasa sehari-hari yang mereka gunakan adalah bahasa Bajo, yang merupakan bahasa pecahan dari Suku Bugis di Sulawesi dan Kalimantan.
Mudah-mudahan kegiatan kegiatan pengiriman da’i Ramadhan semacam ini dapat memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat, lebih khusus kepada para da’i yang mudahan-mudahan menjadi ladang amal sholeh, dan juga mudah-mudahan kegiatan ini berjalan dengan baik ke depannya. Aamiin.
Laporan: Muhammad Nur Sidiq (persis.or.id)