Mencari Pemimpin Ideal Hima Persis
Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (Hima Persis) lahir pada tanggal 24 Maret 20 tahun yang lalu, tentunya usia Hima Persis sudah tidak muda lagi. Dua dekade adalah waktu yang cukup untuk meletakan pondasi organisasi yang kuat, bukan lagi dihadapkan pada persoalan internal yang tak tunjung usai. Namun di usia yang ke-20 juga bukan saatnya berbangga diri. Jika berkaca dari situasi Hima Persis saat ini, masih banyak hal yang harus di benahi, dari segi sistem organisasi mulai dari pola pengkaderan, manajemen keorganisasian, sampai pada kepada strategi pengembangan dan konsolidasi organisasi.
Usia Hima Persis ke-20 terasa sangat spesial, karena ditahun ini merupakan momentum untuk membenahi apa yang kurang dan harus di benahi bagi Hima Persis. Muktamar Hima Persis VIII yang akan segera digelar tidak lama lagi bukan hanya ajang suksesi kepemimpinan semata. Tapi lebih dari itu, Muktamar VIII harusnya dijadikan sebagai momentum kebangkitan Hima Persis dan ajang Konsolidasi organisasi sampai ke tingkat akar rumput.
Muktamar sebagai wadah musyawarah tertinggi Hima Persis selalu menghadirkan persaingan kandidat calon ketua umum. Suksesi kepemimpinan selalu menjadi perbincangan hangat dan paling menarik dibanding pembenahan Qanun Asasi dan Qanun Dakhilil, Garis Besar Haluan Organisasi, serta peraturan keorganisasian yang lainnya. Hal itu sangat lah wajar, mengingat ketua umum lah yang nantinya akan menakhodai Hima Persis serta menjadi penentu kemajuan organisasi ini di periode selanjutnya. Pepatah mengatakan “tidak ada prajurit yang salah, yang salah adalah komandannya” maka benar, jika organisasi ini ingin lebih mapan, makan komandan yang akan menentukan geraklangkah Hima Persis haruslah yang paham apa yang dibutuhkan dan tau apa yang seharusnya di lakukan untuk Hima Persis.
Seluruh kader Hima Persis perlu melihat siapa kandidat ketua umum Pimpinan Pusat yang punya komitmen untuk membesarkan Hima Persis, mempunyai perhatian untuk merespon berbagai persoalan pemikiran Islam, permasalahan rakyat, bangsa dan negara. Visi besar Hima Persis harus dimapahmi secara komprehenseif serta mampu diaktualisasikan dalam gerak langkah ketua umum kelak. Pemimpin yang ideal tentunya ada pada sosok Rasulullah SAW. Hima Persis selalu menjunjung tinggi al-Qur’an dan as-Sunnah dapat mengambil pelajaran dari sosok Rasulullah SAW yang progresif, inovatif, akomodatif, serta melakukan perubahan yang revolusioner.
Sala satu persoalan utama Hima Persis adalah integritas. Karena itu, pemimpin yang memiliki integritas, kapasitas, dan kapabilitas yang tinggi menjadi syarat mutlak ketua umum Hima Persis kelak. Selain itu Hima Persis membutuhkan pemimpin yang mampu mengkonsolidasikan kader sampai ketingkat grass root dan mampu melaksanakan pengkaderan yang merata sehingga tidak hanya terpusat pada wilayah tertentu saja. Pembinaan secara periodik ke berbagai wilayah sampai ke daerah-daerah menjadi langkah kongkret pemerataan pembamgunan organisasi.
Hima Persis yang sampai saat ini sudah memipiki beberapa pimpinan wilayah di berbagai provinsi se-Indonesia perlu sentuhan yang optimal. Kader yang tersebar di Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Yogyakarta, Jawa Timur, Riau, Kepulauan Riau, sampai ke wilayah Indonesia timur di Maluku perlu pembinaan yang matang sehingga mampu menjalankan roda organisasi dengan maksimal. Pembinaan yang merata menjadi sangat urgent. Dengan turun pembinaan kewilayah-wilayah sampai kedaerah-daerah, Pimpinan Pusat yang dikomandoi ketua umum mampu merasakan berbagai persoalan kader di lapangan.
Kegiatan dan prgram-program yang hanya terkonsentrasi di wilayah tertentu saja menjadi kelemahan besar Hima Persis. Sekretariat yang masih berada diluar pusat Indonesia menjadi indikator penghalang organisasi ini menasional. Sehingga terkesan terlambat dalam menyerap dan merespon berbagai persoalan keumatan dan kebangsaan.
Jika berkaca dari sosok Ir. Soekarno (presiden pertama RI) mampu membawa Indonesia ketingkat dunia, maka seharusnya Hima Persis mampu melahirkan sosok pemimpin yang bisa membawa nama baik organisasi sampai kepenjuru negri. Bahkan kedepan bisa membumikan visi organisasi sampai ke tingkat internasional. Salah memilih pemimpin, resikonya sangat besar. Hima Persis akan mengalami disorientasi di tangan pemimpin yang tidak kapabel.
Kader harus mencari pemimpin yang bertipikal pekerja keras dengan gagasan-gagasan cerdas dan aplikatif. Bukan gagasan melangit yang susah di bumikan tanpa dasar rasionalisasi yang kuat. Memilih pemimpin Hima Persis juga tidak selakyaknya terjebak pada persoalan fisik dan materi, atau bahkan terjebak janji-janji hiasan bibir semata. Praktek bagi bagi kekuasaan kadang kala mencederai idealisme kader. Kader yang memiliki segudang potensi terganjal karena tidak dalam lingkaran kesepakatan team pemenangan.
Membangun Team Work Hima Persis dan Mengurai Konflik
Bagi-bagi jatah kekuasaan pasca muktamar kadang menjadi faktor perusak kinerja tim karena diisi oleh orang yang tidak kompeten menduduki sebuah jabatan. Namun disisi lain, tim bisa tidak solid jika dinamika internal tasykil Pimpinan Pusat (PP) tidak kunjung reda pasca muktamar. Saling sikut untuk bisa tampil paling depan, serta saling mengganjal sesama tim menjadi blunder satu sama lain.
Ketua umum harus membangun tim yang solid di Pimpinan Pusat (PP Hima Persis) untuk merealisasikan visi ketua umum dan mempermudah gerak langkah organisasi. Tim menjadi modal utama untuk melaksanakan program dengan maksimal. Tim yang tidak terkordinir dengan baik menjadi duri dalam daging di tubuh Hima Persis.
Hima Persis sebagai sebuah organisassi terdiri dari komponen yang saling berkaitan atau saling ketergantungan satu sama lain dan terdapat proses kerjasama untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Komponen yang saling tergantung itu adalah tujuan dan nilai-nilai yang tergambar dalam visi dan misi, teknikal dan menejerial sebagai strategi dan taktik pengembangan Hima Persis, serta tasykil dan SDM yang menjadi motor pergerakan, semuanya harus teramu dengan baik. Dalam proses manajerial tim, tidak ada jaminan selalu tercipta kesesuaian atau kekompakan atara individu didalam tasykil. Munculnya ketidak cocokan karena heterogenitas SDM yang ada didalam tasykil pimpinan, perbedaan nilai-nilai (value) dan kepentingan, komunikasi yang kurang baik, saling tidak percaya satu sama lain dan sebagainya menjadi faktor yang melatar belakangi ketegangan tim. Perbedaan-perbedaan inilah yang membawa suasana Hima Persis kedalam pusaran konflik, sehingga pelaksanaan kinerja tim tidak kondusif.
Agar tim yang membangun Hima Persis tampil efektif, maka tasykil harus mampu menciptakan suasan hubungan kerjasama yang saling mendukung satu sama lain, untuk pencapaian tujuan organisasi. Selain menciptakan kerjasama, hubungan team juga melahirkan suasana konflik yang sulit dihindari. Hal ini terjadi karena masing-masing komponen yang ada dalam organisasi tidak saling kerjasama membawa kepentingan masing masing dan tidak saling kerjasama satu sama lain.
Manajemen organisasi Hima Persis tidak akan berjalan dengan kalau tidak ada pemimpin yang bertanggung jawab atas organisasinya. Ketua umum tidak akan maksimal dalam pelaksanaan tugasnya jika tidak ada bawahan (pengurus/tasykil) yang selalu berinteraksi membantunya. Adanya ketua umum dan jajaran pengurus lainnya sebagai satu bukti bahwa organisasi dan struktur saling berkaitan, dan Hima Persis tidak akan berjalan efektif tanpa itu semua. Struktur dalam organisasi mencakup derajat spesialisasi tanggung jawab yang diberikan organisasi kepada kader dalam tasykil, kejelasan wilayah kerja, kecocokan antara tujuan kader dengan tujuan Hima Persis, gaya kepemimpinan, serta reward sebagai sistem imbalan. Sebagai tolok ukur derajat spesialisasi tanggung jawab tasykil mendorong terjadinya konflik dalam tasykil. Semakin besar organisasi maka semakin besar pu;a potensiu terjadinya konflik.
Hima Persis pada kenyataanya belum terlalu besar, seharusnya hima persis tidak disibukan dengan konflik internal tasykil. Fighting just a moment, maka pasca muktamar semua kembali bersatu membangun situasi organisasi yang sejuk membangun kerjasama tim yang kuat. Konflik yang terjadi sebagai suatu proses akibat ketidak sesuaian (perbedaan pendapat atau sudut pandang) berbagai pihak akan berpengaruh pada pihak-pihak yang terlibat (termasuk berpengaruh pada Hima Persis) baik pengaruh positif maupun negatif harus segera diselesaikan agar tercipta stabilitas organisasi yang kondusif. Dengan begitu, team work di pimpinan pusat akan menjadi faktor utama membangun Hima Persis yang kuat.
Merumuskan Sistem dan Ajang Adu Gagasan di Muktamar
Pemilihan ketua umum buka satu-satunya agenda yang akan berlangsung di Muktamar VIII Hima Persis. Momentum yang tidak kalah penting adalah adu gagasan untuk merumuskan sistem dan pedoman keorganisasian Hima Persis. Muktamar mempunyai wewenang untuk menetapkan QA-QD (Qanun Asasi dan Qanun Dakhili sebagai pedoman organisasi dan landasan konstitusi Hima Persis), Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO), Pedoman Kaderisasi, Pedoman Administrasi Organisasi, dan merumuskan rekomendasi hasil muktamar Hima Persis. Selain itu Muktamar juga berwenang untuk menilai laporan pertanggung jawawban pimpinan pusat (PP Hima Persis). Setelah itu hasil muktamar disampaikan kepada Piminan Pusat Persatuan Islam (PP Persis).
Hasil muktamar Hima Persis juga harus secepatnya tersosialisasikan kepada seluruh kader, sehingga kaderpun paham bagaimana aturan main dalam menjalankan organisasi. QA-QD sebagai konstitusi Hima Persis harus dipahami oleh kader dan betul-betul dijalankan oleh kader. Seperti seorang muslim, harus betul memegang teguh al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai pedoman dan menjadikan petunjuk dalam kehidupan baik habl min an-nas dan habl min Allah. Atau sebagai warga negara Indonesia ada UUD 1945 dan UU serta peraturan-peraturan lain yang harus dijalankan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan begitu kader memahami apa yang harus dilaksanakan sebagai bagian dari Hima Persis.
QA-QD Hima Persis sebagai sebagai landasan konstitusi organisasi dijadikan pedoman dalam melaksanakan seluruh aktifitas keorganisasian. Pembahasan QA-QD dalam muktamar bukan hanya agenda formalitas semata, kemudian pasca muktamar semua seperti tidak membawa hasil apa-apa selain memilih ketua umum. Justru seharusnya menjadi ajang adu gagasan sengit antara semua peserta (delegasi berbagai pimpinan) sehingga dapat diterima dan diaplikasikan dengan seksama. Merumuskan QA-QD bukan main-main asal sepakat asal setuju, peserta muktamar bukan paduan suara, seperti kata Iwan Fals “hanya tau nyanyian lagu setuju”. Lebih miris lagi, pada pembahasan QA-QD peserta muktamar tidak ada dilokasi sidang, entah sibuk dengan lobi-lobi politik atau tertidur pulas karena lelah. Muktamar bukan ajang pindah tidur dari rumah/kosan ke lokasi muktamar.
Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) merupakan haluan perjuangan organisasi yang merupakan kehendak Muktamar dan berisi serangkaian program perjuangan organisasi yang bersifat holistik. Melalui GBHO inilah pokok-pokok kebijakan segala bidang dalam menjalankan program sehingga semua kegiatan lebih terarah dan berada dalam haluan organisasi. Orientasi organisasi tergambar jelas didalamnya, kebijakan-kebijakan pimpinan harus sejalan dengan apa yang termaktub dalam GBHO.
Sama halnya dengan QA-QD dan GBHO, pedoman administrasi dan pedoman kaderisasi adalah hal penting yang perlu dibahas dan disempurnakan untuk pembenahan sistem keorganisasian di Hima Persis. Belum selesai sampai disitu, sistem yang sudah dirumuskan dan dibenahi harus secepatnya disosialisasikan kesemua wilayah dan dijalankan seluruh kader. Memahami dan menjalankan QA QD bukan hanya tugas dari pimpinan pusat, disisi lain kaderpun tidak bisa berbuat apa-apa jika sistem yang ada tidak sampai ditangan seluruh kader. Dengan begitu, pemerataan pembangunan organisasi bisa berjalan jika semua menjalankan peraturan yang ada dengan serempak.
Berangsur Hima Persis berada pada jalur munuju organisai yang besar, mapan, dan mampu melahirkan kader-kader yang yang di inginkan sesuai tujuan organisasi. Kader yang mempunyai spiritualitas yang tinggi dan kualitas intelektual yang mumpuni, dan teraktualisasikan dalam perbuatan dan kesalihan sosial dalam melaksanakan amar ma’ruf nahyi munkar. Hima Persis membidani lahirnya kader yang ilmiah dalam pemikiran, progresif dalam gerakan serta melakukan perubahan-perubahan yang revolusioner. Belum terlambat bagi kader Hima Persis, untuk menyiapkan diri sebagai lokomotif perubahan menjadi pemimpin berkualitas untuk Hima Persis, bermanfaat untuk umat, dan berjasa bagi agama dam negara.
Allah Maha Mengetahui dengan Segala Kemahaannya
Wa maa yadzdzakkaru Illa Ulul AlbabCeceng KholilullohKetua Pimpinan Wilayah Hima Persis DKI Jakarta