Bandung - persis.or.id, Baru baru ini muncul kontroversi akibat adanya pelarangan memakai cadar bagi mahasiswi muslimah di salah satu kampus di Yogyakarta.
Wakil ketua Umum PP Persis, Dr. Jeje Zaenudin, menilai pelarangan cadar tersebut sebagai suatu hal yang diskriminatif.
"Saya menilai, pola pikir dan tindakan yang melarang cadar di kampus sebagai sikap diskriminatif dan pola pikir yang picik", tutur Jeje, kepada persis.or.id, Sabtu siang (10/03/2018).
Ia mengkritisi, jika pihak kampus memberikan hak kebebasan individu bagi mahasiswa-mahasiswi untuk bisa gondrong, bertato, celana pendek, baju pendek dan lainnya,
"Lalu, apa dasarnya yang memakai cadar dengan alasan agamanya harus dilarang?", ujarnya.
Kalau pemakaian cadar itu diidentikan dengan faham radikalisme, lanjut Jeje, lalu apakah setiap ada kesamaan simbol dengan kelompok radikal akan dilarang?
"Sangat naif, jika menolak radikalisme dengan melarang cadar. Jadi sejauhmana faham moderat bisa diajarkan dan dibuktikan di kampus?", lanjutnya.
Terakhir, Jeje mengatakan radikalisme selalu ada dari dua kutub yang berhadapan, radikalisme liberal dan radikalisme tekstual. (HL/TG)