Pendidikan Islam Perspektif Syed Naquib Al-Attas

oleh Reporter

23 Desember 2023 | 07:12

Oleh: Luqman Nur Hakim (UIN Sunan Gunung Djati Bandung)

Pendidikan Islam merupakan perpaduan antara dua unsur kata penting yaitu pendidikan dan Islam. Di mana masing-masing kata tersebut memiliki makna definitif yang begitu luas. Kata pendidikan sendiri secara etimologi berasal dari bahasa Indonesia yaitu dengan kata dasar didik yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Kecerdasan pikiran dan akhlak merupakan dua aspek dalam diri manusia yang tidak dapat dipisahkan sehingga pendidikan harus bisa membimbing, mengarahkan serta memprosesnya secara benar agar kedua aspek tersebut dapat berkembang dengan lebih optimal. Kedua aspek tersebut sangat berpengaruh dalam kepribadian setiap individu manusia. Terutama kepribadian sering sekali dikaitkan dengan persoalan akhlak dan jarang melihat aspek kecerdasan pikiran.


1. Landasan Pendidikan Islam
Dalam penerapan pendidikan Islam terdapat tiga landasan dasar sebagai pedoman dan pijakan utama untuk merealisasikan tujuan pendidikan Islam di antaranya sebagai berikut:
a. al-Qur`an
Kitab suci al-Qur`an merupakan kitab pedoman hidup bagi umat Islam di seluruh dunia. al-Qur`an adalah suatu himpunan wahyu Tuhan yang sampai kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril. Kitab suci tersebut tidak diwahyukan secara keseluruhan namun secara berangsur-angsur sesuai dengan munculnya kebutuhan dalam kurun waktu dua puluh tiga tahun.
b. Hadis
Penjelasan makna hadis dalam hal ini adalah merujuk kepada segala ucapan atau perkataan, perbuatan, tindakan, keputusan atau ketetapan, sifat dan cita-cita dari Nabi   Muhammad SAW.
c. Ijtihad
Ijtihad merupakan usaha dengan sungguh – sungguh sampai menghabikan kesanggupan seorang faqih (ahli hokum agama) guna menyelidiki dan memeriksa keterangan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, untuk memperoleh atau menghasilkan sangkaan menetapkan satu hokum syara’ yang di amalkan dengan jalan mengeluarkan hokum dari Al-Qur’an atau Sunnah.

Biografi Singkat Syed Muhammad Naquib al-Attas
Naquib lahir di Bogor, yang saat ini merupakan provinsi Jawa Barat pada tanggal 5 September 1931 M. Ia adalah adik kandung dari Prof. Dr. Syed Husen al-Attas, pakar sosiologi dan ilmuwan di Universitas Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. Nama lengkap Naquib adalah Syed Muhammad Naquib bin Abdullah bin Muhsin al-Attas.

Kepakaran Naquib dalam berbagai ilmu, seperti filsafat, sejarah dan sastra sudah diakui di kalangan Internasional. Pada tahun 1970 M ia dilantik oleh para filosof Amerika sebagai International Member of the America Philosophical Association. Ia juga pernah diundang mengisi ceramah di Temple University, Philadelpia, Amerika Serikat dengan topik Islam in Southeast Asia: Rationality Versus Iconography (1971) dan di Institut Vostokovedunia, Moskow, Rusia dengan topik The Role Islam in History dan Culture of the Malays (1971). Ia juga menjadi pimpinan panel bagian Islam di Asia Tenggara dalam XXIX Conggres International Des Orientalistis, Paris (1973). Ia juga rajin menghadiri kongres seminar internasional sebagai ahli panel mengenai Islam, filsafat dan kebudayaan (al-tamaddun) baik yang diadakan UNESCO maupun yang diadakan oleh badan ilmiah dunia lainnya.

Adapun karya – karya beliau sebagai berikut: Syed Muhammad Naquib al-Attas, The Concept of Education in Islam: A Framework for an Islamic Philosophy of Education, Kuala Lumpur: ABIM, 1980; Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, Kuala Lumpur: ABIM, 1978; Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and the Philosophy of Science, Malaysia: ISTAC, 1989; Aims and Objectives of Islamic Education, Jeddah: University of King Abdul Aziz, 1979. Buku ini ditulis bersama tujuh orang termasuk di dalamnya Syed Muhammad Naquib al-Attas.


Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas
Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas, pendidikan khas Islam merupakan pengenalan dan pengakuan, yang secara berangsur-angsur ditanamkan di dalam diri manusia, mengenai tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu ke dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan akan kedudukan Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadian.

Ringkasnya pendidikan adalah suatu proses penanaman pengenalan dan pengakuan ke dalam diri manusia dalam rangka membimbing manusia kepada pengenalan dan pengakuan akan kedudukan Tuhan. Artinya di sini Syed Muhammad Naquib al-Attas memaknai konsep pendidikan secara substantif mengarahkan manusia untuk mengakui akan Tuhannya. Dengan demikian pendidikan yang baik adalah pendidikan yang seharusnya menjadikan manusia kembali kepada Tuhannya dalam segala aktivitas kehidupannya.

Konsep kunci dalam pendidikan, menurut al-Attas adalah ta'dib. Kata ta'dib yang berakar dari kata adab berarti pembinaan yang khas berlaku pada manusia. Adab ialah disiplin tubuh, jiwa dan ruh, disiplin yang menegaskan pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat dalam hubungannya dengan kemampuan dan potensi jasmaniah, intelektual dan rohaniah; pengenalan dan pengakuan akan kenyataan bahwa ilmu dan wujud ditata secara hierarkis sesuai dengan berbagai tingkat (maratib) dan derajatnya (darajat).

Bagi Syed Muhammad Naquib al-Attas, sebagaimana pandangannya tentang pentingnya bahasa, kesalahan semantik dalam memahami konsep pendidikan dan proses pendidikan mengakibatkan kesalahan isi, maksud dan tujuan pendidikan. Istilah tarbiyah tidak cukup representatif untuk pendidikan tetap telah berlaku salah kaprah. Kata ta'dib lebih tepat untuk pendidikan dan proses pendidikan, sebab ta'dib lebih luas cakupannya, meliputi unsur pengetahuan (ilm-ma'arif), pengajaran (ta'lim) dan pengasuhan (tarbiyah).

Istilah tarbiyah yang berlaku selama ini harus diuji secara kritis, pernyataan yang membela relevansi istilah tarbiyah untuk pendidikan dengan mengutip Q.S. al-Isra' ayat 24, menurut al-Attas kurang tepat. Kata rabba dalam ayat tersebut tidak berarti pendidikan, tetapi kasih sayang. Ia tetap menempatkan ta'dib untuk pendidikan dan proses pendidikan, menurutnya pendidikan ialah peresapan dan penanaman adab pada manusia yang mana prosesnya disebut ta'dib.

Alasan al-Attas cenderung lebih memakai ta'dib daripada istilah tarbiyah maupun ta'lim adalah karena adab berkaitan erat dengan ilmu. Ilmu tidak bisa diajarkan dan ditularkan kepada anak didik kecuali orang tersebut memiliki adab yang tepat terhadap ilmu pengetahuan dan berbagai bidang. Sementara bila dicermati lebih mendalam, jika konsep pendidikan Islam hanya terbatas pada tarbiyah atau ta'lim ini, telah dirasuki oleh pandangan hidup Barat yang melandaskan nilai-nilai dualisme, sekulerisme, humanisme dan sofisme sehingga nilai-nilai adab semakin menjadi kabur dan semakin jauh dari nilai- nilai hikmah Ilahiyah.

Kekaburan makna adab atau kehancuran adab itu, menjadi sebab utama dari kezaliman, kebodohan dan kegilaan.  Hal senada dengan apa yang dikemukakan oleh Abdurrahman an-Nahlawi bahwa konsep pendidikan Barat yang cenderung didasarkan pada paham sekuler memisahkan dimensi agamis dalam tatanannya sehingga pada praktiknya konsep pendidikan Barat adalah suatu upaya pemberian kebebasan mutlak untuk mempertinggi ak

Inti persoalan yang membedakan antara tarbiyah dan ta'dib adalah bahwa dalam konsep tarbiyah secara kualitatif lebih ditonjolkan kasih sayang (rahmah) daripada pengetahuan (ilmu), sedangkan dalam konsep ta'dib lebih ditonjolkan pada pengetahuan (ilm) daripada kasih sayang (rahmah). Secara konseptualnya, ta'dib telah meliputi unsur-unsur pengetahuan (ilm), pengajaran (ta'lim) dan pengetahuan yang baik (tarbiyah), sehingga tidak perlu digunakan istilah tarbiyah, ta'lim, atau ta'dib secara sendiri-sendiri untuk menyebut konsep pendidikan Islam. Karena itu, ta'dib merupakan istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan pendidikan dalam arti Islam.

Hakikat pendidikan Islam sebenarnya terfokus kepada suatu proses pendidikan, bimbingan dan arahan yang berusaha mengembangkan potensi diri manusia dengan tujuan terbentuknya kepribadian yang dilandasi nilai-nilai etis Islam. Kemudian landasan utama pendidikan Islam adalah bersumber dari al-Qur`an, Sunnah Rasulullah SAW dan konsep ijtihad, lalu bahwa unsur-unsur esensial dalam sistem pendidikan Islam itu didasarkan pada beberapa konsep, yaitu konsep agama (din), manusia (insan), ilmu pengetahuan (ilm dan ma'rifah), kebijakan (hikmah), keadilan (adl), amal (‘amal sebagai adab) dan konsep universitas.

***


Daftar Pustaka

Syed Mahmudannasir, Islam, Konsepsi dan Sejarahnya, cet. ke-2, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991).

Humar Syihab, al-Qur`an dan Rekayasa Sosial, (Jakarta: Pustaka Kartini, 1990).

Moenawar Chalil, Kembali kepada al-Qur`an dan as-Sunnah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991).

Ismail SM dalam Ruswan Thayib dan Dar Muin, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999).

Syed Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam, terj. Haidar Baqir, (Bandung: Mizan, 1994).

Hery Sucipto, Syed Naquib al-Attas: Megaproyek Islamisasi Peradaban, (Tabloid Republika: Dialog Jum'at, 26 September 2003).

Reporter: Reporter Editor: admin