Kairo, persis.or.id - Rombongan Bidang Tarbiyah PP PERSIS yang dipimpin Al-Ustaz Dr. Tiar Anwar Bachtiar dengan ditemani Dr. Pepen Irpan Fauzan dan pengurus PCI PERSIS Mesir berkunjung dan mengobservasi sistem pendidikan Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, Ahad (15/10/23) pagi.
Di sana, Bidang Tarbiyah diperkenankan untuk mengobservasi Kulliyat Lughah wa Tarjamah (Fakultas Bahasa dan Terjemah, sebuah model analogi Fakultas Sastra—yang di beberapa perguruan tinggi telah bertransformasi menjadi Fakultas Ilmu Budaya—di Indonesia).
Secara khusus, Bidang Tarbiyah melihat dan memperhatikan sistem pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) bagi para mahasiswa asal Mesir atau negara Timur Tengah lainnya yang berada di Universitas Al-Azhar.
Tujuan utama kunjungan pada Program BIPA Al-Azhar ini adalah untuk menjajaki peluang adanya fresh graduate Azhari yang bisa menjadi pengajar Bahasa Arab (native speaker) di Pesantren-pesantren PERSIS di Indonesia pada masa yang akan datang.
“Sebagaimana kita maklumi bersama, pembelajaran Bahasa Arab pada generasi milenial PERSIS pada umumnya mengalami penurunan kualitas,” ujar Ustaz Pepen.
Di samping faktor sistem pembelajaran di Pesantren PERSIS yang terlalu fokus pada aspek grammatical (qawa’id), juga ada faktor lainnya pada santri-santri PERSIS kontemporer
“(Mereka) cenderung mengalami pelemahan pada aspek literasi Arab, karena pada umumnya kurang termotivasi dalam pembelajaran Bahasa Arab,” tambahnya.
Berbeda dengan Bahasa Inggris yang cenderung mengalami penguatan baik secara kualitatif maupun kuantitatif pada tiap Pesantren PERSIS.
Oleh karena itu, salah satu program prioritas Bidang Tarbiyah pada tahun 2024—sesuai hasil evaluasi UAPS Tahun 2024—adalah penguatan kemampuan Bahasa Arab baik pada Asatiz maupun santri Pesantren PERSIS.
Sebagai bagian dari upaya penguatan inilah, Bidang Tarbiyah berkunjung sekaligus berdialog pada dosen dan mahasiswa Program BIPA Kulliyat Lughah wa Tajramah Al-Azhar.
Pilihan peluang pada Program BIPA ini adalah; Pertama, mahasiswa Mesir sebagai native speaker karena Bahasa Arab adalah Bahasa ibunya, namun mereka juga sudah cukup paham (secara umum) dengan Bahasa Indonesia, karena secara khusus dipelajari di Program BIPA ini.
Kedua, sebagai fresh graduate, para native speaker ini diharapkan masih mempunyai idealisme di samping tentu saja secara pembiayaan akan cenderung lebih efisien.
Dalam kesempatan tersebut, Bidang Tarbiyah berkesempatan berbincang dengan tiga orang mahasiswa Mesir. Yakni: Islam, Mukmin, dan Shalah. Ketiganya berusia dua puluh tahun.
Bidang Tarbiyah juga berdiskusi secara serius dengan dosen Program BIPA Al-Azhar ini, yakni Al-Ustaz Dr. Feri Ramadansyah.
Dalam diskusi tersebut, Ustaz Feri memberikan beberapa opsi menarik untuk program pengembangan Pendidikan Bahasa Arab, baik di Pesantren PERSIS maupun di perguruan tinggi PERSIS.
Ustaz Feri juga menawarkan adanya jaringan Ma’had Lughah sebagai katalisator penguatan Bahasa Arab pada kader-kader PERSIS. Sebuah peluang yang tentu saja disambut hangat oleh Al-Ustaz Tiar selaku Ketua Bidang Tarbiyah PP PERSIS.
Kunjungan dan diskusi dengan dosen dan mahasiswa Program BIPA Universitas Al-Azhar berakhir sekitar pukul 12 siang waktu Kairo, Mesir.
Setelah itu, rombongan Bidang Tarbiyah melanjutkan misi lainnya di Timur Tengah. Yakni, audiensi dengan Mudir Markaz Tadrib pada lembaga Darul Ifta Al-Misriyyah. Yakni, pejabat setingkat eselon II Pemerintah Mesir yang mengurusi Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) negara Mesir, khususnya di bidang fatwa agama. (/PIF)
[]