Peran Orangtua dalam Memenangkan Fitrah Anak

oleh Reporter

11 Januari 2017 | 09:04

Dalam pandangan Islam, seorang anak dilahirkan dalam keadaan "fitrah". Sebagaimana dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda; كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara), maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. al-Baihaqi dan ath-Thabarani dalam al-Mu’jamul Kabir) Dalam hadits di atas, jelas bahwa seorang anak terlahir dengan fitrah. Fitrah itu bukan kosong bagai kertas putih seperti yang digemborkan oleh ilmuwan barat dengan teori "Tabula rasa" nya. Fitrah justru merupakan seperangkat "software" yang sudah Allah tanamkan pada setiap anak. Bahkan menurut para ulama, fitrah dalam hadits di atas adalah ketauhidan. Dan orangtua berperan dalam mengaktifkan fitrah yang sudah dimiliki oleh anak. Hadits di atas juga jelas, bahwa orangtua sangat berperan dalam kehidupan anak. Allah SWT sudah menanamkan fitrah pada anak, namun lingkungan khususnya orangtua memiliki peranan yang besar, apakah fitrah itu akan dikembangkan atau justru diredupkan. Orangtua memiliki peran yang besar dalam menjadikan seorang anak itu menjadi Muslim sejati, Muslim "jadi-jadian", atau justru menjadi Yahudi, nasrani, ataupun Yahudi. Disinilah peranan kita sebagai orangtua, untuk bisa mendidik dan membawa anak kita senantiasa berada pada fitrahnya yakni muslim muwahhid. Sebuah keniscayaan untuk bisa mendidik dan mengarahkan anak bisa seperti itu dengan kita senantiasa menuntut ilmu dan berpegang teguh terhadap Al-Quran dan Sunnah Nabi-Nya. Allahu A'lam   *** Oleh; Yuli, PD Pemudi Persis Kota Bandung
Reporter: Reporter Editor: admin