Pendahuluan
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran [3]: 104)
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS At-Taubah [9] : 71)
Ayat tersebut menunjukan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam kewajiban berdakwah. Baik laki-laki maupun kaum perempuan sama-sama mempunyai tugas untuk menyeru / mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Menurut KH M. Isa Anshary (1984), setiap muslim adalah da’i (juru dakwah). Menjadi muslim otomatis menjadi juru dakwah, menjadi mubaligh bila dan di mana saja di segala bidang dan ruang.
Makna Dakwah
Dakwah secara bahasa merupakan kalimat masdar dari kata “da’a-yad’u” yang berarti mengundang, mengajak, dan menyeru. Adapun secara istilah, dakwah adalah mengajak atau menyeru manusia agar menempuh kehidupan ini di jalan Allah Swt.
Dengan kata lain, dakwah dalam istilah syariat Islam adalah usaha yang dilaksanakan oleh seorang individu muslim atau secara kelompok untuk membawa manusia kepada keridhaan Allah Swt., dengan cara dan pendekatan tertentu yang dibenarkan syariat Islam.
Menurut Endang S. Anshary (1991), dakwah adalah upaya menyampaikan ajaran Islam kepada manusia, baik dengan lisan maupun tulisan. Di Masyarakat, dakwah sering kali dipahami sebagai tugas dari juru dakwah seperti ustadz, kiai, atau mubaligh yang berdiri di depan mimbar, di hadapan umum kemudian berceramah.
Peran Perempuan dalam Dakwah
Sejak awal, sejarah perempuan dalam Islam memiliki peranan penting dalam penyebaran dakwah Islam. Orang pertama kali yang menerima dakwah Rasulullah adalah perempuan, yaitu Khadijah. Khadijah membantu dakwah Rasulullah dengan mengorbankan harta yang dimilikinya. Selain Khadijah, Aisyah juga memiliki peran yang sering menjadi tempat untuk menanyakan berbagai persoalan keislaman, baik pada saat Rasulullah masih ada maupun setelah kepergiannya. Dalam Al-Qur’an, banyak disebut tentang perempuan. Peranan mereka dalam masyarakat dan agama sangat besar, dimulai dari lingkungan keluarga sampai kepada lingkungan masyarakat pada umumnya. Kehadiran serta peranan mereka tidak bisa dinafikan untuk kebaikan umat secara keseluruhan.
Kiprah perempuan dalam lapangan dakwah pada saat ini sangat dibutuhkan. Banyak persoalan yang terjadi terkait tugas dan fungsi perempuan sebagai istri maupun sebagai ibu dari anak-anaknya. Sementara ada tugas lain dalam hal eksistensi diri di lingkungan kerja atau di lingkungan masyarakat. Sebagaimana dalam surah Ali Imran ayat 110 berikut.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS Al-Imran [3] : 110)
Ayat tersebut menunjukan bahwa kualitas umat Islam terletak dari aspek keimanan dan aspek aktivitas dakwah, dalam menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dalam penanaman keimanan dan aktifitas dakwah, perempuan memiliki peran yang pertama dan utama dalam membentuk generasi dan membangun peradaban. Sebagaimana yang dibuktikan Hajar, Ibu Nabi Ismail As. dalam mendidik anak sehingga mampu menjadi hamba Allah yang sabar ketika menerima perintah untuk disembelih.
Lingkup dakwah perempuan meliputi :
Dakwah pada Diri Sendiri
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (QS At-Tahrim [66]: 6)
Dakwah dimulai dari memperbaiki dan meluruskan diri sendiri untuk menjadi uswah dan qudwah. Keutamaan dan kesempurnaan seorang perempuan terletak pada ketaatannya kepada Allah Swt. Kesabaran di dalam menjaga dan memelihara keimanan serta kehormatan dirinya.
Seorang muslimah hendaknya tidak melupakan atau mengabaikan kewajiban terhadap ilmu pengetahuan dan semua hal yang bermanfaat bagi dirinya agar terhindar dari api neraka. Dengan demikian, ia akan senantiasa belajar, mengajar, dan berdakwah dengan segala macam cara yang sesuai dengan tabiatnya sebagai seorang perempuan.
Seorang perempuan harus yakin bahwa peranannya sangat besar dan pengaruhnya sangat efektif bagi suasana keluarga dan kehidupannya. Dengan akhlaknya yang mulia, kearifan dan perasaan diawasi Allah, perempuan akan mampu menjadikan rumah tangga seolah-olah surga yang dirindukan oleh suami dan anak-anaknya. Mereka merasakan kesejukan setelah merasakan panasnya kehidupan dan keletihan di luar rumah. Hal ini dapat terwujud manakala seorang perempuan dapat memelihara dirinya dengan menjalankan ketaatan akan syariat Islam.
Dakwah pada Keluarga
Perempuan merupakan pencetak generasi masa depan, guru para pejuang, dan penghantar umat ke tempat kembali yang mulia dengan cara mendidik anak-anaknya membaca al-Qur’an, menanamkan akidah, mengajarkan akhlak mulia, mengurus rumah tangga, dan hal lain yang bermanfaat. Semua itu pada dasarnya adalah sebuah esensi kerja dakwah. Mendidik anak bukanlah masalah yang sepele, tetapi merupakan hal yang sangat berguna bagi dakwah Islam di masa depan, yaitu mempersiapkan generasi Islam yang lebih baik. Sebagaimana yang disampaikan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib, “Ajarilah anak-anakmu, karena sesungguhnya mereka tercipta untuk suatu zaman yang berbeda dengan zamanmu”.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (QS Al-Anfal [8] : 27-28)
عن قتادة،قال: مُرُّوهُمْ بِطَاعَةِ اللهِ، وأَنْهُوْهُمْ عَنْ مَعْصِيَتِهِ.
Dari Qatadah, dia berkata, “Perintahkanlah mereka untuk taat kepada Allah dan laranglah mereka untuk melakukan maksiat”. (Tafsir Ath-Thabari 23/492)
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: فَعَلَيْنَا أَنْ نُعَلِّمَ أَوْلَادَنَا الدِّينَ وَالْخَيْرَ وَمَا لَا يُسْتَغْنَى عَنْهُ مِنَ الْأَدَبِ
Ibnu Jarir berkata, “Wajib bagi kita mengajarkan anak-anak kita tentang agama dan kebaikan, beserta perkara adab yang dibutuhkannya”. (Fathul Qadir V/302)
Ayat-ayat dan hadits di atas menunjukan bahwa seorang perempuan sebagai seorang ibu memikul tanggung jawab besar dalam mendidik anak-anak yang merupakan amanah Allah sekaligus ujian kepada pasangan suami istri. Dalam hal ini, seorang ibu memainkan peranan yang signifikan dalam menanamkan ruh iman dan menunjukan jalan kebenaran yang hakiki untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal tersebut merupakan peran dakwah seorang perempuan di lingkungan keluarganya.
Dakwah di Ruang Publik atau Masyarakat
Perempuan, di samping perannya dalam keluarga, ia juga mempunyai peran lainnya di masyarakat dan negara. Jika ia seorang yang ahli dalam ilmu agama, maka wajib baginya untuk mendakwahkan apa yang ia ketahui kepada kaum perempuan lainnya. Begitu pula jika ia seorang ahli dalam bidang tertentu, maka ia mempunyai andil dalam urusan tersebut. Namun tentu dengan batasan-batasan yang telah di syariatkan.
Peran perempuan dalam berdakwah di masyarakat tidak seharusnya menjauhkan dari fitrah penciptaannya sebagai seorang perempuan yang mempunyai tugas utamanya di rumah. Sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 33 berikut.
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى وَأَقِمْنَ الصَّلاةَ وآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
Artinya : “dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, serta taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS Al-Ahzab [33] : 33)
Kendati pun demikian, tentu saja perempuan dapat pergi ke luar rumah untuk salat di masjid, berpartisipasi dalam kegiatan lain yang mungkin diperlukan untuk melakukan dakwah. Banyak wanita muslim yang membutuhkan bimbingan dan pendidikan akan tugas dan fungsinya sebagai hamba Allah, sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, dibutuhkan murabbi (pembina) perempuan yang mumpuni untuk dapat berperan dalam membimbing saudara seimannya. Mereka lebih mampu mengenali kekhasan dan masalah yang terkait dengan pendidikan perempuan sehingga dapat memahami dengan lebih baik ke arah mana dakwah terhadap perempuan harus diarahkan.
Menulis adalah salah satu cara dakwah paling tepat dan penting bagi perempuan. Mereka dapat menulis di rumah. Dengan demikian, kaum perempuan mampu memanfaatkan waktu luang mereka secara positif, dan tentunya dengan cara ini mereka dapat menjangkau semua kalangan masyarakat. Selain dengan cara menulis, peran dakwah perempuan pun dibutuhkan dengan cara lisan. Terbukti, dengan tumbuh suburnya majelis taklim di kalangan masyarakat luas, menuntut peran perempuan yang memiliki ilmu agama dan kemampuan komunikasi untuk berdakwah.
Banyak sekali medan dakwah yang strategis untuk dimaksimalkan muslimah dalam berdakwah kepada sesama muslimah. Terkait dengan kegiatan dakwah perempuan di masyarakat, ada banyak hal yang harus diperhatikan selain dari tafaqquh fiddin serta menjadi uswah dan qudwah, juga harus dengan seizin suami dan menjaga adab-adab Islami agar tidak menimbulkan fitnah.
Penutup
Dakwah merupakan aktivitas yang wajib dilakukan oleh setiap umat Islam, tidak terkecuali perempuan. Esensi dari dakwah adalah menyampaikan kebaikan dengan amar makruf nahyi mungkar.
Kaum muslimah adalah salah satu benteng dari benteng-benteng Islam yang tidak boleh dirongrong apalagi dirusak. Di pundak mereka ada tanggung jawab besar untuk melindungi, mendidik, dan menjaga umat dari berbagai kerusakan yang menyesatkan. Hendaknya, muslimah senantiasa istiqomah dalam dakwah mengayomi umat, maka seluruh lapisan masyarakat pun akan terlindungi. Kesalehan dan kesucian jiwa mereka merupakan jalan untuk melindungi umat dari kemungkaran.
Rasulullah Saw. bersabda : “wanita adalah tiang negara. Apabila baik wanitanya, maka baik negaranya, dan apabila rusak wanitanya, maka rusak negaranya.”
“Dunia adalah perhiasan, sebaik-baik perhiasan adalah wanita salehah”
Wallahu’alam bisshawab
Oleh:
Lia Yuliani
(Ketua Umum Persistri)
Ja'miyyah
30 November 2024 | 10:16