Bandung, persis.or.id - Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP PERSIS) merasa prihatin dengan tingginya angka penularan HIV dan sifilis di Indonesia.
Hal tersebut harusnya menjadi alarm peringatan bagi seluruh pihak, terutama masyarakat untuk meningkatkan kesadarannya terkait persoalan HIV dan sifilis tersebut.
“Saat ini bukan lagi mencari kambing hitam dari permasalahan ini. Kalau mencari kambing hitamnya malah akan menjadi masalah, yang pada akhirnya saling tuding,” ujar Ketua Bidang Garapan Sosial Kesehatan dan Lingkungan Hidup PP PERSIS dr. Sony Ramdhani kepada persis.or.id, Kamis (11/5/20223).
Menurutnya, penularan HIV dan Sifilis juga turut disebabkan sudah tidak ada lagi pemeriksaan rutin kesehatan oleh dinas terkait di lokalisasi-lokalisasi. Hal ini dikarenakan penutupan lokalisasi.
“Berbeda dengan dulu, dinas terkait rutin memeriksa dan mendata di lokalisasi. Jadi hasilnya dapat diketahui Pekerja Seks Komersial (PSK) yang sakit tertular HIV atau sifilis bisa dipisahkan untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut,” tambahnya.
Selain itu, dr. Sony menambahkan bahwa faktor utama yang bisa menjadi penyebab tingginya penyakit ini adalah perilaku seks bebas dan perilaku seks menyimpang.
“Jangan ada stigmatisasi kepada ibu hamil dengan ODHIV karena bukan kesalahan mereka. Justru yang harus jadi konsen kita adalah menjaga perilaku masyarakat agar menghindari penyakit HIV tersebut,” tegasnya.
Penularan HIV dan Sifilis bisa terjadi karena infeksi menular seksual. Sehingga, kata dia, diperlukan pemahaman masyarakat tentang hubungan seksual yang aman.
Saat ini untuk mengurangi penularan tersebut sangat dibutuhkan peran serta negara, pemuka agama, dan para alim ulama.
Selain itu, semua pihak bisa mengedukasi kepada masyarakat dampak bahaya dari seks bebas atau penyimpangan seks.
“Masyarakat harusnya sadar penularan ini dapat dikurangi dengan melakukan seks yang aman. Yaitu dengan pasangan yang sah," ujarnya.
dr. Sony juga berpesan, masyarakat harus lebih berhati hati karena HIV bukan hanya menular dari hubungan seksual saja, tetapi juga dapat dari luka, darah, dan sebagainya.
Terbaru, kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia meningkat pada 2023 ini.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Muhammad Syahril menyebut penularan kasus didominasi oleh ibu rumah tangga.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV mencapai 35%.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kasus HIV pada kelompok lainnya seperti suami pekerja seks dan kelompok MSM (man sex with man).
“Aktivitas ini telah menyumbang sekitar 30% penularan dari suami ke istri. Dampaknya, kasus HIV baru pada kelompok ibu rumah tangga bertambah sebesar 5.100 kasus setiap tahunnya,” kata dr. Syahril dikutip dari sehatnegeriku.kemenkes.go.id.
[]
(/HL)