Palangkaraya - persis.or.id, Fenomena kebakaran hutan di Indonesia merupakan fenomena yang bisa dibilang sering terjadi. Terutama di berbagai wilayah yang memiliki intensitas hutan yang masih luas dan lebat, khususnya kalimantan. Kebakaran hutan di kalimantan bisa disebut rutin terjadi setiap tahunnya. Bahkan beberapa warga menyebutkan kebakaran hutan ini dapat terjadi sebanyak dua sampai tiga kali setahun.
Di samping apakah kebakaran ini terjadi secara alami (disebabkan kemarau panjang) maupun ada oknum tertentu yang melakukan pembakaran hutan di berbagai tempat, tentunya kondisi ini sangat miris untuk didengar. Pasalnya kebakaran hutan ini menyebabkan dampak negatif dari segi kelestarian lingkungan maupun kesehatan bagi masyarakat sekitar, apalagi kebakaran di Kalimantan ini –yang berpusat di beberapa daerah di Kalteng seperti Palangkaraya dan Sampit– dikabarkan pengaruh kebakaran yakni kabut asap sudah memasuki kawasan negri tetangga Malaysia.
Polusi udara yang ditimbulkan dari kebarkaran hutan ini telah memunculkan beberapa korban yang terserang kesehatan pernafasannya –baik itu ISPA maupun selainnya– dan sudah dapat mengganggu beberapa aktifitas yang ada seperti diliburkannya sekolah tingkat dasar dan menengah (SD dan SMP) hingga keadaan kembali kondusif. Untuk mencegah dampak negatif, maka baik pemerintah, pusat kesehatan masyarakat maupun komunitas independen pun mulai bermunculan melakukan berbagai program preventif, apakah itu berupa check kesehatan, pembagian oksigen gratis, maupun kegiatan lainnya.
Kondisi ini pun dimanfaatkan oleh Pimpinan Wilayah Persatuan Islam dengan program bakti sosial kepada masyarakat melalui kegiatan bagi-bagi masker. Alhamdulillah, kegiatan ini telah digelar selama tiga minggu bertutur-turut. Baik Persis dan –terutama– Persistri ikut serta dalam acara sosial ini.
Pembagian ini dialokasikan di beberapa stopan lampu merah jalan Palangkaraya yang ramai dilalui masyarakat, baik mereka yang berjalan kaki dan tentunya kepada para pengendara. Disampin itu, PW Persis yang memiliki stok biskuit balita dan Ibu hamil pun membagikannya bersamaan dengan pembagian masker ini. Sehingga, pembagian dua materi yang berbeda ini (masker dan biskuit) menimbulkan rasa penasaran warga dan tidak jarang ada yang bertanya “Program dari siapa ini?” yang tentunya itu menjadi wasilah pengenalan dan penyebaran nama Persis.
Program ini menjadi salah satu usaha kecil untuk meminimalisir efek negatif dari polusi kabut asap yang lumayan pekat bagi masyarakat sekitar apalagi mereka yang berkendara. Adapun bagi jamiyyah, mudah-mudahan program ini menjadi buki bahwa persis dapat berpartisipasi dalam program-program sosial, selain dikenal sebagai ormas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan dawkah, apalagi di kalimantan tengah ini di mana PW Persis baru muncul dan eksis pada tahun 2017. Di samping itu, mudah-mudahan program ini dapat mempercepat pengenalan Persis kepada masyarakat dan penduduk di Palangkaraya serta melahirkan opini yang baik dalam pandangan masyarakat terhadap Persis khususnya di Palangkaraya - Kalteng. (*)