Bandung, persis.or.id – Banyak respons positif dari para peserta kegiatan Seminar Kesehatan Mental "Muslimah Mental Health" yang digelar oleh PP Pemudi PERSIS.
Salah satunya dari Resi Disniyasari. Dirinya mengaku kagum dengan paparan dari seluruh pemateri yang memberikan insight positif untuk para muslimah. “Saya merasa terpukau dan tidak mau berpaling sedikit pun,” ucapnya.
Kegiatan seminar kesehatan mental tersebut juga merupakan salah satu kegiatan penyerta Muktamar XII PP Pemudi PERSIS. Digelar pada Ahad (11/09/2022) lalu, acara ini dilaksanakan di Gedung Dispusipda Jabar.
“Dalam kegiatan kali ini hadir 190 peserta dari utusan PC dan PD, yang terdiri dari anggota Pemudi PERSIS dan juga dari kalangan umum,” jelas Herma Hermawati selaku Wakil Ketua Muktamar PP Pemudi PERSIS.
Bukan hanya seminar kesehatan mental, akan ada juga kegiatan penyerta lainnya pada Oktober nanti. “Ahad kedua bulan depan akan bertemu lagi di acara penyerta bertema isu lingkungan. Mari mencoba menjaga lingkungan dan pengelolaan sampah,” terangnya.
Ketua Umum PP Pemudi PERSIS Ina Hanafiah mengatakan, peserta kali ini adalah bagian dari para peserta Muktamar Pemudi nanti.
“Hasil seminar ini akan direkomendasikan ke meja Muktamr. bukan hanya bagian dari syarat tapi juga bentuk tholabul ilmi, agar lebih paham kepada Allah Swt,” ungkapnya.
Kegiatan seminar kesehatan mental ini juga merupakan upaya dari PP Pemudi PERSIS untuk meningkatkan literasi kepada anggota agar lebih cerdas dalam berjamiyyah.
KH Aceng Zakariya selaku Ketua Umum PP PERSIS mengapresiasi kegiatan seminar kesehatan mental kali ini. “Jika Pemudi sudah memiliki program mengarah ke sana (kesehatan mental), ini adalah sesuatu yang mulia, karena dapat memperbaiki akhlak umat menurut sisi agama. Kami merasa bangga,” terangnya.
Ustaz Aceng juga mengingatkan agar permasalahn kesehatan muslimah tidak berhenti sampai di sini. “Tentu harus ada tindak lanjut. Dipelajari, disosialisasikan, insya Allah semua juga bisa sama-sama memperbaiki diri,” paparnya.
Akhlak sebagai Bingkai Jiwa Umat Islam
Sebagai keynote speaker, Ustad Aceng Zakariya memberikan pandangannya mengenai masalah kesehatan mental. Menurutnya, masalah tersebut masih jarang disadari dan dirasakan oleh penderitanya.
“Selama ini, kesehatan fisik yang baru bisa disadari, dilihat dan diobati, kalau penyakit mental masih belum memiliki ‘dokter’ khusus,” terang Ketua Umum PP PERSIS tersebut.
Menurutnya, persiapan untuk mengatasi masalah kesehatan fisik sudah disiapkan. Mulai dari puskesmas hingga rumah sakit. “Sekitar 10 dokter spesialis ada untuk menangani permasalahan fisik. Namun untuk mengatasi kesehatan mental, belum ada. Kalua pun ada, jarang sekali sebab belum menjadi perhatian,” paparnya.
Salah satu yang menjadi concern-nya adalah masalah akhlak yang mengancam dunia saat ini. Sebab, akhlak juga termasuk pekerjaan psikis, meski akan terlihat secara fisik.
“Bisa kita lihat mental, akhlak, dan moral masyarakat saat ini. Timbulnya kekerasan adalah akibat mentalnya yang rusak. Misalnya ada anak berani membunuh orang tuanya,” terangnya.
Padahal, kata dia, Islam begitu menekankan perihal akhlak ini kepada umatnya. Islam betul-beteul mengedapankan akhlak agar orang-orang memiliki akhlak mulia.
“Faahsin khuluki, perbaguslah akhlak, baik dalam bermasyarakat, di rumah, dan sebagainya. Tuntutan agar memiliki akhlak yang baik di segala bidang yang menjadi perhatian bagi kita,” terangnya.
Untuk mewujudkannya, ustaz yang telah menelurkan ratusan buku ini mengingatkan mengenai pentingnya memiliki hati yang bersih. “Intinya penyakit akhlak datangnya dari hati. Maka perbaiki hati agar bersih, agar menunjukkan sebaik-baik akhlak,” tandasnya.
Faktor Keimanan dalam Masalah Kesehatan Mental
Pemateri pertama, Novie Octaviane Mufti, M.psi, yang merupakan seorang psikolog ini mengungkapkan mengapa perempuan rentan mendapatkan masalah kesehatan mental.
Dirinya menekankan bahwa tidak boleh sembarangan self-diagnosing. Sebab, ada banyak hal yang yang dapat menyebabkan seseorang memiliki masalah kesehatan mental.
Sehat juga bukan hanya terbebas dari penyakit fisik, namun diharuskan adanya keseimbangan antara fisik, psikis dan kesehatan sosial.
Banyak yang mengaitkan antara masalah kesehatan mental dengan keimanan seseorang. Tanpa menyangsikan, Novie menganggap bahwa itu sah-sah saja.
“Boleh banget faktor keimanan dijadikan patokan untuk refleksi. Misalnya, kenapa saya yang suka shalat tapi masih tidak tenang. Periksa dulu, shalatnya udah didalami atau belum, atau cuma menggugurkan kewajiban saja?” paparnya.
Menjadi pemateri selanjutnya, Hj. Gyan Puspa Lestari Lc , M.Pd mengatakan bahwa salah satu cara untuk mengatasi masalah kesehatan mental adalah dengan mengembalikan semuanya kepada Allah Swt.
“Hati yang tentram susah mendapatkannya. Padaha ini bisa menjaga kesehatan mental,” kata alumni Kairo ini.
Menurutnya, banyak sekali pembahasannya dalam Al-Quran, salah satunya terdapat dalam surat Ar Rum ayat 38 yang mengaitkan antara konsep memberi. Misalnya dengan infak, karena kaitannya sangat besar untuk kesehatan mental.
Menurutnya, dengan banyak memberi berupa infak dan sedekah ini akan membantu akan menentramkan hati
“Teteh-teteh mohon maaf, yang iurannya belum lunas, infaq bulanannya belum lunas, hayu kita perbaiki kesehatan mental kita hari ini juga. Segera datangi bendahara. Kita tentramkan kita, tenangkan hati kita dengan infak,” paparnya.
Masih dalam ayat dan surat yang sama, disebutkan juga salah satu manfaat berinfak. Dengan memberi pada kerabat yang dekat, kata dia, selain mendapat pahala infak, ada juga pahala silaturahim.
“Kondisi paling indah adalah mendengarkan keimanan kita. Hidupnya hati dengan keimanan, kematian hati dengan kekufuran. Hati sehat dengan ketaatan dan hati sakit dengan maksiat,” tutupnya.
Kontributor: PP Pemudi PERSIS
Editor: Fia Afifah