Jakarta – persis.or.id, PP Persistri yang diwakili sekretaris umum (sekum), Dr. Taty Setiaty, M.Pd, dalam sidang pleno kelompok 7 mengemukakan masalah utama non-agamis yang bisa merongrong kerukunan hidup beragama di Indonesia. Menurutnya, masalah non-agamis terhadap ancaman kerukunan ini adalah rendahnya pemahaman agama di masyarakat. “Akar dari ketidakfahaman ini adalah pendidikan. Perlu pendidikan yang dapat membangun karakter bangsa yang toleran namun memahami, mencintai serta istiqamah dengan keyakinan agamanya”, tuturnya, Jumat (09/02/2018), dalam kegiatan Mubes Pemuka Agama se-Nasional. Pendidikan karakter tersebut, dipandang Taty, harus dimulai sejak dini melalui pendikan anak usia dini. Bagaimana anak-anak sejak dini di PAUD dikenalkan dengan pembiasaan perilaku mau mengalah, bergiliran untuk berbicara, tidak berteriak ketika marah, mau mendengar ketika orang lain berbicara, menghargai milik orang lain, sabar menunggu giliran, mau bermain dengan semua teman dll. “Pembiasaan seperti itu sangat mendukung pada terwujudnya karakter toleran, hidup rukun, tidak anarki dan bersedia berdialog”, tambahnya. Pendidikan karakter tersebut, dipandang Taty, perlu dilakukan dalam kehidupan keluarga. Oleh karena itu penting untuk menguatkan ketahanan keluarga. Keluarga harus menjadi tempat transfer kembali nilai-nilai kasih sayang dalam suasana kehidupan keluarga yang menjadikan agama sebagai fondasi berperilaku. “Kekeringan silaturahmi di dalam keluarga menumbuhkan watak anti sosial sebagai bibit karakter yang menghambat kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat”, terang Taty. Diharapkan pada akhirnya usaha-usaha yang dilakukan itu bisa melahirkan individu dan masyarakat yang memiliki karakter positif. (TS/TG)
Nasional
27 November 2024 | 13:41