Problematika Kehidupan Lansia

oleh Reporter

01 Maret 2017 | 12:08

Lansia adalah tahap penuaan pada diri manusia yang tidak dapat dihindari oleh siapa pun, karna proses menua (aging) merupakan proses alamiah yang bersifat natural dan berlangsung secara bertahap sejak masa konsepsi manusia sehingga ia meninggal dunia, Lansia menurut Kementrian Kesehatan RI, terbagi kepada tiga kelompok, yaitu:
  1. Lansia Dini, yaitu usia 55 tahun – 64 tahun.
  2. Lansia Menengah, yaitu usia 65 tahun – 70 tahun.
  3. Lansia Resti (Resiko Tinggi), yaitu usia 70 tahun ke atas.
Anggota Persistri pada umumnya sudah memasuki usia Lansia, sehingga tidak menutup kemungkinan banyak permasalahan Lansia yang dihadapi oleh anggota Persistri dimana pun berada. Salah satu tugas Bidgar Konsultasi Keluarga di Persistri adalah menangani permasalahan-permasalahan Lansia tersebut supaya mereka dapat diberdayakan kehidupannya, sehingga para Lansia Persistri mengalami kehidupan yang Sakinah (adem, ayem, tenang, dan tentram) di akhir masa hayatnya. Problematika Kehidupan Lansia Ketika seseorang memasuki usia Lansia, akan muncul problem-problem kehidupan disebabkan terjadinya penurunan fungsi fisik, peningkatan emosional, perubahan sosial, serta perubahan psikologis. Perubahan-perubahan ini sangat berpengaruh terhadap daya tahan hidup Lansia. Problem-problem kehidupan Lansia yang perlu diketahui antara lain:
  1. Persoalan Kepribadian
Ketika memasuki usia Lansia, dimana seseorang mulai pensiun dari perkejaannya, ia mulai khawatir dan cemas lantaran kehilangan sebahagian penghasilan, kehormatan, bahkan harga diri. Kekhawatiran yang berlebihan ini (Anxietas) mengakibatkan seorang Lansia menderita gejala Post Power Syndrome (kumpulan gejala setelah tidak menjabat), yang ditandai dengan gejala mudah tersinggung, mudah marah, egois, pundungan dan belikan.
  1. Persoalan Memori
Ketika seseorang memasuki usia kurang lebih 65 tahun, akan dihadapkan pada persoalan terganggunya memori, dimana seseorang sering lupa mengingat pekerjaan yang baru dilakukannya yang disebut dengan istilah pikun (Dementia) atau  Alharam. Gejala-gejala kepikunan ini antara lain:
  1. Gangguan memori yang mempengaruhi keterampilan pekerjaan, seperti lupa menyimpan kunci, lupa memasukan garam ke dalam sayur, dll.
  2. Kesulitan melakukan tugas yang biasa ia lakukan, seperti mengurus diri sendiri.
  3. Kesuliatan berbicara dan berbahasa, seperti Rero dalam bahasa Sunda.
  4. Disorientasi waktu. Tempat dan orang, seperti melaksanakan shalat Dzuhur jam 9 pagi, lupa jalan pulang ke rumah, lupa pada anak atau cucunya sendiri.
  5. Kesulitan mengambil keputusan yang tepat.
  6. Sering menyalahkan orang lain dan terkadang berprasangka buruk.
  7. Perubahan perilaku seperti menjadi agresif, cepet marah dan kehilangan minat untuk berinteraksi atau kehilangan minat terhadap hobi yang pernah ditekuninya.
  8. Hilangnya semangat hidup dan inisiatif.
  9. Persoalan tidur.
Ketika memasuki usia Lansia, pola tidur akan berubah dengan sendirinya. Ia akan bangun lebih awal disbanding ketika usia sebelumnya, ia pun akan lebih banyak tidur di siang hari ketimbang di malam hari. Di samping pola tidur yang berubah, ada pula gangguan tidur dimana seseorang tidak bisa tidur yang disebut Insomnia, atau tidur sambil berjalan “ngelindur” yang disebut Somnabulisme.
  1. Persoalan Seksual (Libiido)
Bagi Lansia laki-laki yang sehat dan normal, gairah seksual akan meningkat seperti masa pengantin baru, senang terhadap wanita yang berdandan menor termasuk gadis yang berusia ABG. Pernah terjadi kasus seorang kakek berusia 70 tahun memperkosa anak tirinya yang berusia 14 tahun sampai hamil. Hal ini menunjukkan bahwa sperma seorang kakek masih bisa membuahi sehingga perempuan tersebut hamil.
  1. Persoalan Kesehatan Fisik
Proses menua merupakan proses yang terjadi secara progressif (secara perlahan-lahan) yang menyebabkan tubuh kehilangan kemampuan untuk mengembalikkan dan menggantikan struktur dan fungsi normal jika menghadapi trauma atau pelukaan termaksu infeksi. Beberapa kemunduran fisik yang dihadapi Lansia, antara lain:
  1. Penurunan massa otot sehingga Lansia terlihat kurus dan keriput.
  2. Penurunan Energi Pengeluaran Basal (Basal Energy Expenditure/BEE). BEE adalah kebutuhan energy untuk mempertahankan kehidupan atau energy yang mendukung proses dasar kehidupan, seperti mempertahankan temperature tubuh, kerja paru-paru, pembuatan sel darah merah, dll.
  3. Penurunan kemampuan bernafas oleh karena berkurangnya elastisitas paru-paru.
  4. Penurunan kepadatan tulang oleh karena kurangnya mineral sehingga mudah untuk terjadinya patah tulang.
  5. Penurunan imunitas atau kekebalan tubuh sehingga rentan terhadap penyakit.
  6. Sistem pencernaan terganggu disebabkan giginya ompong sehingga proses pengunyahan makanan tidak sempurna.
  7. Penurunan sensivitas indra pengecap dan penciuman yang menyebabkan turunnya selera makan.
Demikian beberapa Problem Kehidupan Lansia yang harus difahami oleh seluruh anggota Persistri, terutama Bidgar Konsultasi Keluarga Persistri, supaya dapat menyikapinya dengan baik dan benar. Wallahu A’lam.   Husni Rofiqoh, M.Ag. Kabid Tarbiyyah PP Persistri     Akhbar Persistri No.07 Th. I Oktober 2016 M/Muharam 1438 H
Reporter: Reporter Editor: admin