PW IPP Jawa Barat Bersama HIMAJUBI dan HIMAJUDIS FKIP UNIPI Bahas Program Kolaborasi Ramadhan

oleh Reporter

31 Agustus 2025 | 17:56

PW IPP Jawa Barat Bersama HIMAJUBI dan HIMAJUDIS FKIP UNIPI Bahas Program Kolaborasi Ramadhan

Bandung, persis.or.id – Bertempat di Ruang Micro-Teaching Kampus UNIPI, PW IPP Jawa Barat bersama Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris (HIMAJUBI) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah (HIMAJUDIS) FKIP UNIPI menggelar rapat harmonisasi untuk merancang kegiatan kolaborasi pada Ramadhan mendatang, Sabtu (30/8/2025).


Rapat ini dihadiri para pucuk pimpinan dari ketiga organisasi. Hadir di antaranya Ketua Umum PW IPP Jawa Barat, Chairul Ismet, beserta Sekretaris Jenderal dan Bendahara Umum, Zaki Nuril Achmad, serta Hisyam Zhahir Al-Faiz. Dari HIMAJUBI hadir Ketua, Amar, dan dari HIMAJUDIS hadir perwakilan, Fajar Romadhon. Turut serta pula Qeannu Zia Zumar selaku Ketua Pelaksana kegiatan sekaligus anggota Bidang Kaderisasi PW IPP Jawa Barat.


Rapat harmonisasi ini ditujukan sebagai gerbang awal untuk membangun kedekatan emosional sekaligus menjalin chemistry di antara tiga organisasi menuju agenda kolaboratif di bulan Ramadhan. Menurut Qeannu, kegiatan ini hadir sebagai ikhtiar mempererat silaturahmi antarorganisasi yang berbeda sifat, di mana IPP berstatus organisasi otonom sementara HIMAJUBI dan HIMAJUDIS merupakan organisasi mahasiswa internal kampus.


Agenda besar tersebut rencananya akan dilaksanakan di Kabupaten Bandung Barat, tepatnya di Pesantren PERSIS Cipada. Isu yang diangkat berangkat dari fenomena minimnya minat santri PERSIS untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi, khususnya Perguruan Tinggi Persatuan Islam.


Chairul Ismet mengonfirmasi isu tersebut dengan data faktual. “Kita memiliki setidaknya 9.062 santri Persatuan Islam di Jawa Barat pada tahun 2024, dan kemungkinan besar jumlahnya meningkat pada hari ini. Namun, yang menjadi poin penting adalah bagaimana mendorong agar dari jumlah tersebut minimal ribuan santri, atau sekitar 30%, dapat masuk ke Perguruan Tinggi Persatuan Islam. Isu kurangnya minat pelajar Persatuan Islam untuk menjadi anggota otonom tidak bisa hanya ditangani organisasi otonom, tetapi juga harus menjadi perhatian Perguruan Tinggi Persatuan Islam. Sebab, jika minat organisasi rendah, maka sulit mengajak ribuan santri itu masuk ke perguruan tinggi PERSIS,” ungkap Chairul.



BACA JUGA:

IPPi PERSIS Kecam Kekerasan Seksual: Perempuan Harus Dilindungi, Bukan Disalahkan

Reporter: Reporter Editor: Taufik Ginanjar