Bandung –persis.or.id, Beberapa media ramai memberitakan bahwa Persis mendukung Rizal Ramli (RR) menjadi R1. Sebenarnya apa sih yang disampaikan olehnya?
Berikut, obrolan Rizal Ramli saat menikmati kopi pagi bersama ketua Umum PP Persis, KH. Aceng Zakaria, sebelum keduanya menjadi pembicara pada acara Launching Baituttamwil Berkah Umat, Sabtu (14/04/2018).
“Saya rasa ini adalah langkah yang bagus, apalagi Persis organisasi yang sangat tua karena berdiri sebelum Indonesia merdeka”, tutur RR mengawali pembicaraan.
Ia meneruskan, Persis punya banyak pesantren di seluruh Indonesia dan yang terbanyak ada di Jawa Barat, termasuk adanya perguruan tinggi Persis ini adalah langkah yang bagus untuk menunjang ekonomi umat.
Kegiatan umat Islam yang sifatnya ritual itu memang sangat penting untuk menguatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT, tetapi menurt RR, jangan sampai kita terlupakan membangun kekuatan ekonomi umat.
Umat Islam itu, tutur RR, jika dilihat dari struktur ekonomi di Indonesia, ternyata mayoritasnya berada pada golongan menengah ke bawah.
Mayoritas umat terbesar ini sayangnya tak dipikirkan oleh Presiden, bahkan terlihat jalansendiri-sendiri.
RR mencontohkan, kredit perbankan nasional itu 83% hanya untuk pemilik modal (kapitalis),17% untuk pengusaha menengah dan plus 60 juta pegusaha kecil dan rumah tangga. Itumenurutnya komposisi dan alokasi kredit yang tidak adil sudah.
“Waktunya kita geser dalam lima tahun, kalau bisa pengusaha yang besar-besar itu cukup hanya 50% karena mereka memiliki cara lain untuk pembiyaaan penerbitan obligasi, menerbitkan saham atau pinjaman luar negri”, ungkap RR.
Tapi jika dana alokasi 50%, lanjutnya, kita geser ke bawah itu banyak sekali organisasi, kegiatan usaha ekonomi menegah bawah yang berkembang dengan cepat.
“Tetapi ini juga harus hati hati kalau sekedar jor-joran kasih kredit, bisa-bisa macet nanti”, tambahnya.
RR juga mengatakan, ada beberapa contoh yang dulu dia lakukan, misalnya waktu itu di BRI Unit Desa sendiri. ketua ketua tim BRI Unit Desa pada tahun 1982 RR yang dibenahi bersama tim dari Harvard.
“Esensinya yaitu bagaimana kredit macet itu rendah sekali. BRI Unit Desa hanya kurang dari 0,3% selama puluhan tahun atau model yang dikembangkan oleh BMN dimana kreditnya hanya untuk ibu-ibu saja, karena kredit untuk ibu-ibu minim kemacetannya dan jarang disalahgunakan”, terang RR.
Metode tersebut menurut Begawan Ekonomi Indonesia ini, menjelaskan bahwa BMN itu macetnya hanyakurang dari 0,2%.
“Itu sangat rendah jika dibandingkan dengan perbankan nasional yang angka kredit macetnya 4%”, ujarnya.
Ia menegaskan bahwa umat Islam jangan hanya terfokus pada ibadah ritual saja, tetapi ekonomi umat Islam mesti kuat, agar umat Islam itu lebih kuat dan lebih sejahtera.
“Saya menyambut baik Ketua Umum Persatuan Islam untuk membangun kegiatan ekonomi umat, tetapi tolong diperhatikan organisasinya, terkadang cita-cita besar tetapi organisasi berantakan ini nantinya akan bermasalah”, nasehatnya.
Ia berharap, Persatuan Islam (Persis) didukung dengan teman-teman yang amanah dan organisasinya rapih sehingga cepat bisa berkembang ekonomi umatnya.
“Pertanyaan menepis Indonesia bubar pada tahun 2030 nanti bagaimana?”, tanya salah seorang.
Kalau Indonesia bubar lain lagi, kata RR.
“Kalau kita tidak hati-hati dalam masalah agama, bisa bikin bubar Indonesia,misalnya kalau tidak adil terhadap suatu agama apalagi umat Islam itu akan jadimasalah besar”, jelas Rizal Ramli.
RR menyebut dirinya teringat perpecahan di India, Pakistan dan Bangladesh, bukan disebabkanmasalah ekonomi. Akan tetapi justru karena masalah agama yang tak bisa disikapidengan baik.
“Pada dasarnya, saya sangat gembira bisa bertemu dengan Ketua Umum Persis, saya sudah kenal sejarah Persis, peranannya dan kontribusinya untuk kemerdekan RI”, pungkasnya. (HL/TG)