Oleh: Adam Tsabiet
(Anggota PC Pemuda PERSIS Pameungpeuk, Asatiz Muallimin PPI 3 Pameungpeuk)
Ada ribuan, atau mungkin puluhan ribu anak-anak, cucu-cucu, atau bahkan cicit-cicit anggota PERSIS & badan otonomnya yang hadir di Silatbar (Silaturahmi Akbar) dan Grand Launching Muktamar, Sabtu, 27 Agustus 2022 yang lalu. Mereka dituntun, diajak, dan dibawa serta untuk ikut andil bersama kakak, orang tua, kakek, nenek, ataupun buyutnya guna sama-sama memeriahkan acara tersebut.
Mobil patroli petugas kepolisian lalu-lalang di stadion Si Jalak Harupat yang menjadi lokasi silatbar, sayup-sayup pengeras suaranya memuntahkan kata, "Hati-hati, yang bawa anak. Hati-hati, yang bawa anak, jangan sampai lepas dari kontrol orang tuanya," begitu kurang lebih maklumatnya.
Penulis merasa anak-anak yang hadir kemarin itu layaknya diri Penulis sendiri ketika masih kanak-kanak dahulu. Yang penting asyik, yang penting rame, ikut orang tua ke acara-acara PERSIS, baik itu acara pengajian umum, musker, muscab, maupun sekadar ikut acara rapat persiapan kurban.
Nyatanya, ternyata orang tua dan atau kakak-kakak senior penulis pun mengalami hal serupa: dibawa orang tuanya hadir di acara-acara PERSIS, baik berupa acara ritual ibadah semisal jum'atan, tarawih 11 raka'at, shalat Id di lapang, maupun acara-acara lainnya.
Konon, di antara mereka ada yang pernah mengalami hal pahit macam rundungan, ejekan, dan atau hinaan dari teman-temannya, baik di sekolah maupun lingkungannya. Dikata-katain dasar anda aliran sesat lah, agama baru lah, dsb. Katanya, semua perundungan itu seolah sudah jadi 'makanan sehari-hari'.
Berbeda dengan saat ini, kurang lebih 1 abad sudah perjuangan PERSIS mensyiarkan Al-Quran dan sunnah, meski mungkin nada-nada sumbang kepada PERSIS, anggotanya, serta anak-anaknya masih juga ada, tapi nyatanya tidak sekentara dahulu. Sungguh, satu di antara banyak hal yang mesti disyukuri dan ditafakuri.
Dengan dibarengi kehendak-Nya, serta melalui peran dan ikhtiar anak-anak zadul (zaman dulu) yang di antaranya pernah di-bully itulah, kini PERSIS bertumbuh-kembang secara dinamis. Berkat keinsyafan, kreatifitas, dan upaya-upaya si anak yang dulu sering ngunguntit orang tuanya itulah kini PERSIS menjadi lebih besar dari sebelumnya.
Maka, betapa anak-anak kita memang merupakan bagian dari aset PERSIS yang mahal harganya nan mewah, aset perjuangan dakwah yang istimewa dan potensial. Di pundak merekalah kelak PERSIS ini menjadi bagian dari tanggung jawabnya.
Membawa dan melibatkan anak-anak kita pada acara-acara jamiyyah merupakan satu bagian dari ikhtiar kita menshalehkan mereka, juga menginsyafkan mereka akan hakikat perjuangan dakwah Islam, yang memang harus terus direalisasikan secara berkelanjutan dari generasi ke generasi hingga hari kiamat.
Acara-acara jamiyyah kita, selama dapat dimungkinkan, memang harus tetap selalu ramah anak serta ramah keluarga, sebab di PERSIS memang demikianlah adanya. Anak dan keluarga merupakan bagian penting yang tak terpisahkan dari proses perjalanan dakwah Islam dan PERSIS itu sendiri.
Pun merupakan tantangan bagi PERSIS di mana lembaga pendidikan PERSIS hari ini menjadi tempat bernaung jutaan anak, dari mulai tingkat PAUD, RA, MI, MTs, hingga tingkat Mu'allimin, baik yang terhimpun melalui RG-UG maupun IPP-IPPI. Tentunya, mereka membutuhkan perhatian, pengayoman serta dekapan yang lebih serius lagi dari PERSIS itu sendiri.
Kepolosan, keluguan, dan mungkin kebandelan. Belum lagi keakraban mereka dengan gadget dan teknologi menjadi spektrum khas yang sungguh menantang PERSIS untuk bagaimana mengolah sekaligus memfungsikan mereka untuk kemaslahatan yang sebesar-besarnya bagi Islam.
Bagaimanapun anak-anak kita ini sungguh sangat dibutuhkan untuk masa depan dakwah Islam. Sebab memang perjalanan dakwah Islam ini masihlah sangat panjang, dibutuhkan tenaga-tenaga yang lebih besar dan lebih segar juga untuk mengarunginya.
Allah Swt. berfirman, “Dan orang-orang yang beriman, dan anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS Ath-Thur [52] : 21)