JAKARTA - Usai mendatangi Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) sekaligus Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla (JK), Pendeta Gilbert Lumoindong menyambangi kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia menyampaikan permohonan maaf kepada para pimpinan MUI dan seluruh umat Islam setelah videonya viral.
Ketua MUI, Ustaz Jeje Zaenudin mengungkapkan, dalam klarifikasinya Gilbert mengaku dekat dengan beberapa pendakwah Islam seperti Ustaz Das'ad Latif, Ustaz Yusuf Mansur, Ustaz Abdul Somad, bahkan pernah bertemu dengan Habib Rizieq Shihab. Dalam pengakuannya, dia juga merasa dibesarkan di lingkungan mayoritas muslim.
"Hanya satu dua keluarganya katanya yang non muslim. Jadi sejak kecil (dia mengaku) sekolah di tempat orang Islam, belajar Islam, dan menurut pengakuan dia tidak ada niat melecehkan ajaran Islam," kata Ustadz Jeje dalam keterangannya, Rabu (17/4/2024).
Menurut Ustaz Jeje, Gilbert mengaku punya sifat dan tabiat suka bercanda, suka humor, dan biasa saling "meledek" dalam arti positif dengan sesama pendeta atau umat Islam terkait ajaran Islam. Termasuk bercanda dengan pendakwah Islam; Ustadz Das'ad Latif, Ustadz Yusuf Mansur, dan lainnya terkait perbandingan zakat di Islam dan perpuluhan di Kristen.
"Dia bilang di Kristen kan beli tiketnya VIP, 10 persen, sehingga bisa enak-enak, bisa bercanda (dalam ibadah). Sementara di Islam (zakat atau sedekahnya) paling ekonomis, paling murah, sehingga dia harus susah payah mendapatkan tiket ke surga," ujarnya.
Kendati Gilbert mengaku tidak ada maksud melecehkan, namun potongan video yang tersebar tentu akan membuat publik menilai dia sedang membandingkan dan menjelekkan Islam. Atas dasar itu, jelas Ustadz Jeje, dia meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.
"(Dalam pengakuannya) dia tidak bermaksud merendahkan, mencemooh, apalagi melukai, menistai ajaran Islam dan kaum muslimin. Itu klarifikasi Pendeta Gilbert di MUI," katanya.
Merespon klarifikasi tersebut, MUI mengingatkan kepada Gilbert agar jangan sekali-kali membanding-bandingkan agama, karena itu menyalahi etika dakwah antar agama yang dibuat dalam Kerukunan Umat Beragama. Gilbert juga harus menyampaikan permintaan maaf secara terbuka dan di ekspose di media.
"Pada prinsipnya MUI memaafkan siapapun yang berbuat kesalahan, karena berbuat kesalahan lidah atau lisan bisa terjadi dari pendakwah manapun. Terkadang dari umat Islam ke non muslim ada yang berlebihan, dari non muslim ke Islam juga sering," ujarnya.
"Nah, maka secara musyawarah diselesaikan dengan permintaan maaf dan berjanji tidak akan mengulangi. Tidak perlu sampai ke ranah hukum, karena tidak selamanya permasalahan di bawa ke ranah hukum kalau sudah klarifikasi, minta maaf, dan berjanji tidak mengulangi," imbuhnya.
Dijelaskan, jika terdapat kelompok masyarakat yang tidak puas, kemudian tetap mengusut untuk di bawa ke jalur hukum, itu hak masyarakat.
"Tetapi secara kelembagaan, MUI melihat dan mendengar langsung klarifikasi, minta maaf, dan berjanji tidak mengulangi lagi. Kami juga mengimbau umat muslim tidak melakukan hal yang sama," tandasrnya.