Banda Aceh, persis.or.id - Ketua Bidang Dakwah Pimpinan Wilayah Persatuan Islam (PW PERSIS) Aceh Dr. Tgk. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA.. mengingatkan umat Islam mengenai kewajiban menjadiikan Nabi Muhammad Saw sebagai idola dan panutan dalam kehidupan sehari-hari.
"(Ini) Sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim, baik dalam persoalan ibadah, muamalah maupun akhlak (perilaku)," ungkapnya.
Dirinya mengutip surat Al-Ahzab ayat 21, yang artinya: “Sesunggguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri tauladan bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Dalam surat lain yaitu Al-Qalam ayat 4 juga disebutkan keutamaan Nabi Muhammad Saw, yakni berbudi pekerti luhur.
"Begitu mulianya akhlak Nabi Saw sehingga datang pujian langsung dari Allah ta’ala, agar kita meneladaninya. Ini berarti perintah Allah swt kepada umat Islam untuk menjadikannya sebagai idola dan panutan dalam kehidupan sehari-sehari, baik dalam persoalan ibadah, muamalah maupun akhlak," ujarnya dalam khutbah Jum'at(15/09/23) di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
Namun, Ustaz Yusran yang juga Doktor Fiqh dan Ushul Fiqh pada International Islamic University Malaysia (IIUM) menyayangkan perilaku sebahagian muslim yang tidak menjadikan Nabi Saw sebagai idola dan panutannya.
"Sangat disayangkan, selama ini sebahagian umat Islam telah meninggalkan panutan mereka ini. Mereka telah kehilangan jati dirinya sebagai seorang muslim dengan mengutamakan manusia lain daripada Nabi Saw, dan menjadikan orang-orang yang seharusnya tidak patut dijadikan panutan," tambahnya.
Menurutnya, banyak yang lebih senang dan bangga menjadikan para artis, selebritis, pemain bola, pemain musik, politikus, filusuf dan lainnya sebagai idola dan panutan, bahkan orang kafir sekalipun.
"Akibatnya, muncullah berbagai maksiat seperti kriminal, kerusakan moral, paham sesat, dan maksiat lainnya. Tentu saja kita mesti risau dengan kondisi umat Islam seperti ini. Ini permasalahan yang harus mendapat perhatian dan diperbaiki segera," ujar tgk Yusran.
Dirinya menegaskan bahwa kualitas iman seseorang sangat tergantung pada sejauh mana kecintaannya kepada Nabi Muhammad Saw.
"Orang yang memiliki iman yang sempurna, selalu memposisikan cintanya kepada Rasul Saw dengan posisi urutan pertama dibandingkan kepada manusia lain. Cintanya itu melebihi cintanya kepada orang lain termasuk orang tuanya, istri/suaminya, anaknya, bahkan dirinya sendiri," paparnya.
Dirinya juga mengutip sabda Rasulullah Saw dalam sebuah hadis riwaya Bukhari saat berkata: “Tidaklah sempurna iman salah seorang kalian sehinga aku lebih dicintai dari kedua orang tuanya, anaknya dan manusia semua.”
Dalam hadis lain, Rasulullah Saw juga bersabda: “Tidaklah sempurna iman seseorang sehingga aku lebih dicintai dari dirinya sendiri." (H.R. Ahmad)
Keagungan Sosok Nabi Muhammad Saw
Tgk Yusran juga menjelaskan keagungan akhlak Nabi Saw untuk diteladani oleh umat Islam.
Menurutnya, Nabi Saw adalah sosok manusia yang memiliki kepribadian yang paling agung dan mulia di muka bumi.
Akhlak beliau adalah Al-Qur'an, sebagaimana ditegaskan oleh Aisyah ra. ketika ia ditanya tentang akhlak Rasul Saw.
"Sepanjang hidupnya, Nabi Saw orang yang paling jujur. Apa yang dikatakannya adalah kebenaran. Beliau tidak pernah berdusta, baik saat sungguhan maupun bergurau. Beliau memerintahkan umatnya untuk berkata benar (jujur) dan mengecam perbuatan dusta," tegasnya.
Nabi Saw, kata dia, adalah seorang yang amanah. Beliau menunaikan amanah dari Allah swt untuk disampaikan kepada ummat dengan sempurna tanpa mengurangi atau melebihkan sehuruf pun.
Beliau menyampaikan semua pesan-pesan (wahyu) Allah Swt tanpa menyembunyikan sedikitpun.
Beliau selalu bersikap amanah dan memerintahkan umatnya untuk amanah. Sebaliknya, beliau mengecam orang yang tidak amanah.
Nabi Saw juga seorang yang adil dalam bersikap dan memutuskan perkara. Beliau selalu berlaku adil dan memerintahkan ummatnya untuk berlaku adil.
Beliau bahkan mengecam orang yang berlaku tidak adil (zhalim) dengan dosa besar.
Keutamaan lain yang dimiliki Nabi saw adalah beliau merupakan seorang yang rendah hati.
Beliau sering menjenguk orang sakit, mengasihi orang fakir dan miskin, menyantuni orang sengsara, dan menolong orang yang lemah.
Beliau duduk dan tidur di atas tanah beralaskan tikar. Nabi tidak suka pujian dan melarang pujian terhadap dirinya.
Beliau melarang orang lain berdiri dan berhenti menundukkan kepalanya untuk menghormati kedatangannya.
"Meskipun beliau seorang Nabi bahkan kepala negara Islam se-dunia, beliau membawa sendiri keperluan keluarganya, memperbaiki sendiri sandalnya, menjahit sendiri bajunya yang robek, memeras sendiri susu kambingnya, memotong dagingnya bersama isterinya, dan menyuguhkan makanan kepada tamunya. Beliau tidak perlu pembantu atau ajudan," paparnya.
Tidak hanya sampai di situ, dirinya juga mengagumi sosok Nabi Saw yang dermawan.
Menurut hadis riwayat Bukhari, kedermawanan beliau lebih cepat dari pada angin yang bertiup.
Kedermawanannya bagaikan orang yang tidak pernah takut jatuh miskin dan tetap berinfaq meskipun hanya memiliki sedikit harta atau makanan.
Nabi Saw juga seorang da'i dan murabbi yang sempurna. Beliau bersikap lembut dalam memberikan dakwah dan tarbiyah .
Beliau menyentuh kalbu manusia dengan cara yang paling lembut. Beliau seorang da'i yang suskes yang dakwah dan tarbiyah, sesuai dengan perintah Allah dlm surat An-Nahl ayat 125.
Juga, Nabi Saw adalah seorang pemimpin sejati. Kepemimpinan beliau patut dicontoh oleh para pemimpin saat ini.
Beliau pemimpin yang cerdas, jujur, amanah dan adil, bukan pemimpin yang bodoh, dusta, korup, khianat dan zhalim.
Beliau pemimpin yang berani menegakkan Syariat Ialam di muka bumi ini, membela kebenaran dan menghancurkan kebatilan, bukan pemimpin pengecut dan takut kehilangan jabatan karena menegakkan syariat Islam.
"Beliau pemimpin yang pemurah dan peduli rakyat, bukan pemimpin yang kikir dan hanya memperkaya diri, keluarga dan kelompoknya. Beliau pemimpin yang wara’ dan bertakwa, bukan pemimpin yang fasiq dan munafiq. Beliau pemimpin yang tawadhu’, bukan pemimpin yang sombong dan angkuh," ungkapnya.
Beliau, kata dia, adalah pemimpin yang murabbi dan muallim, bukan pemimpin yang hanya pandai bicara dan perintah saja.
"Beliau pemimpin yang sederhana dan zuhud, bukan pemimpin yang hidup mewah dan menghambur-hamburkan uang rakyat untuk kepentingan pribadi, keluarga dan golongannya," pungkas Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Provinsi Aceh ini.
[]
Editor: Fia Afifah