Pimpinan Cabang Pemuda Persis Margaasih kembali mengadakan Ribat (Riungan Bina Taqwa) bersama Al-Ustadz Eka Permana Habibillah yang dilaksanakan di Masjid Persis Margaasih. (18/8).
Dalam pemaparannya, banyak catatan penting terkait bagaimana hakikat dakwah di lapangan, dan bagaimana cara menyikapinya dengan benar.
Pertama, jangan terlalu berekspektasi dalam hasil dakwah.
Karena sikap berlebihan dalam ekspektasi atau harapan, hanya akan berujung kekecewaan. Misalkan, pucuk pimpinan, baik pimpinan cabang atau jamaah jangan terlalu berharap agar setiap kegiatan cabang atau jamaah itu seratus persen dihadiri oleh anggota. Karena ujung dari harapan ini adalah kekecewaan. Kita akan kecewa jika yang hadir hanya setengahnya atau kurang daripada itu. Karena menghadirkan seluruh anggota itu bukanlah hal yang mudah. Imbasnya, kita marah, dongkol, dan tidak 'bisa' menghargai pengorbanan dan perjuangan mereka yang hadir. Ini yang kita maksudkan "baperan" dalam berjam'iyah. Padahal kita hanya diwajibkan untuk sekedar mengajak, membuat program.
Kedua, ukuran keberhasilan dakwah itu bukan seberapa banyak pengikutnya. Namun, keberhasilan dakwah adalah jika kita tetap istiqamah di jalan dakwah ini.
Sebab, jika keberhasilan dakwah itu diukur dengan seberapa banyak jumlah pengikutnya, maka bisa dipastikan bahwa dakwahnya Nabi Nuh alaihissalam itu adalah dakwah yang gagal. Karena pada faktanya hasil dakwah Nabi Nuh alaihissalam selama 950 tahun itu ternyata hanya segelintir orang saja. Oleh karena itu, dakwahnya Nabi Nuh alaihissalam ini tidak bisa dikatakan sebagai dakwah yang gagal, karena ukuran keberhasilan dakwah itu ada pada keistiqamahan dan kesabaran.
Ketiga, Daek heug, teu ajak deui! (Mau Bagus, Kalau Belum Mau Diajak Lagi)
Penulis termotivasi untuk menjadikan kalimat yang disampaikan oleh Pak Presiden, "Daek heug, teu ajak deui!", ini menjadi motto kita dalam berdakwah. Bukan kalimat, "Daek heug, teu kajeun!"
Kenapa harus kalimat, "Daek heug, teu ajak deui!?" Karena kalimat ini menyiratkan arti pantang menyerah dalam dakwah. Nabi Muhammad SAW sejak sedari awal mengajak Abu Sufyan untuk masuk Islam. Tapi, setiap kali Nabi mengajak, Abu Sufyan selalu mengingkari, bahkan memusuhi. Apakah Nabi berhenti mengajak? Jawabannya, tidak. Nabi senantiasa mengajak kembali Abu Sufyan yang belum bersedia masuk Islam. Hingga pada akhirnya, baru setelah Nabi mengajak Abu Sufyan selama 20 tahun, baru Abu Sufyan bersedia masuk Islam.
Nabi Nuh alaihissalam mengajak anaknya Kan'an untuk mengikuti ajakannya. Namun, Kan'an tetap keukeuh tidak mau sejalan dengan ayahnya. Akhirnya, di detik-detik terakhir setelah air bah itu pasang, apa Nabi Nuh berhenti mengajak? Jawabannya tidak. Nabi Nuh tetap terus mengajak sampai gelombang pasang menghalangi dirinya dan anaknya. Luar biasa! Dakwah sampai detik-detik terakhir.
Jadi, tetap enjoy dalam dakwah, jangan punya fikiran berhenti dalam dakwah. Jangan "baperan". Karena ujian dakwah hari ini tidaklah seberat ujian dakwah di masa-masa Para Nabi dan Rasul sebelumnya.
***
Kontributor: Ade Abdullah (Ketua PC Pemuda Persis Margaasih)