Ustaz Ara Djuhara “Jalan Siti Munigar Akan Selalu Kukenang”


oleh Henri Lukmanul Hakim

07 Februari 2025 | 09:04

Ustaz Ara Djuhara “Jalan Siti Munigar Akan Selalu Kukenang”

Seorang mahasiswa yang sedang haus ilmu-ilmu keislaman.. Bekal ilmu-ilmu dasar untuk penguasaan kitab klasik Islam, seperti nahwu, saraf, balagah, dan mantik, sudah dipahaminya dengan baik.


Ketika pada suatu hari, tahun 1970-an, teman kuliahnya mengajak ngaji kitab klasik Islam, maka disambutnya dengan riang dan gembira. Pergilah dua mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Sunan Gunung Djati Bandung ini, ke tempat pengajian, ternyata di rumah Ketua Umum PP Persatuan Islam (PERSIS), K.H.E. Abdurrahman, Gang Hassan, Jalan Siti Munigar, Kota Bandung. Jawa Barat.


Ustaz Drs. H. Ara Djuhara, M.Pd. kemudian merasa beruntung, punya teman kuliah, Endang Sukmana, salah seorang ustaz PERSIS, yang mengajaknya ngaji kitab klasik Islam di rumah K.H.E. Abdurrahman itu.


“Seorang ulama besar, kiai kharismatik, panutan jamaah PERSIS se-Nusantara, ternyata hidupnya sederhana,” kata Ustaz Ara, dalam catatan hariannya. Materi kajian yang diikutinya, ketika itu, Rabu malam, bahasan Surat An-Nisa 17 – 18, tentang taubat yang diterima dan taubat yang ditolak.


Ustaz Ara menilai, K.H.E.Abdurrahman, tampak ramah, pemurah, akrab, dan penuh kekeluargaan. Sebagai santri yang kali pertama mengikuti pengajian kitab klasik Islam itu, mengakui hal ini.“Jalan Siti Munigar, akan selalu kukenang. Ada pengalaman berkesan yang tak terlupakan,” tulis Ustaz Ara, dalam catatan hariannya.


Ustaz Ara pun kemudian tahu, K.H.E. Abdurahman ternyata tak hanya memimpin pengajian kitab klasik Islam dan berdakwah ke pelosok, tetapi juga menulis di majalah yang diasuhnya, Risalah – dan Ustaz Ara berlangganan. “Majalah ini saya jilid. Rubrik ‘Istifta’ (tanya jawab agama) selalu saya baca,” kata Ustaz Ara lagi. Risalah berisi pula materi khotbah - yang dijadikan acuan ustaz PERSIS di daerah.


Ustaz Ara dilahirkan di Bandung 21 Mei 1949. Pendidikan formalnya, sejak SD sampai meraih gelar sarjana S-2, ditempuh mulai dari Bandung, Serang, sampai Jakarta (S-2 Universitas Islam Jakarta). Istri satu, anak empat. Karier PNS-nya dimulai dari guru SD di Cimarga, Kabupaten Lebak (1974) sampai akhirnya di Badan Kepegawaian Daerah (BKD), lalu pensiun tahun 2005.


Di Kabupaten Lebak, Ustaz Ara pernah jadi dosen, aktif di MUI, jadi pengurus Muhammadiyah, juga giat di Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Dalam secarik kertas yang sudah dimakan proses waktu, ada tulisan tangannya yang masih bisa terbaca. Di beberapa baris, ada coretan dan koreksi. Terbaca di situ, “Jadilah pengkaji kitab, penceramah, dan penulis, seperti K.H.E. Abdurrahman!”.


Ustaz Ara wafat pada hari Selasa, 28 Januari 2025. K.H. Dadan Maulana, lulusan sebuah perguruan tinggi di Iran, juga pengasuh Pesantren Zamzam (Rangkasbitung), menulis di media sosial, “Almarhum tokoh Muhammadiyah dan PERSIS Lebak. Ilmu keislamanya, tauhid, dan tasaufnya dalam”. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Lebak khususnya, memang, kini kehilangan seorang yang fasih membaca kitab klasik Islam. (Dean Al-Gamereau).



BACA JUGA: PW PERSIS Banten Miliki Pimpinan Daerah Baru, PD. Tanggerang Selatan