Frugal Living salah satu pilihan
Frugal living adalah gaya hidup yang mengutamakan penghematan dan kebijaksanaan dalam menggunakan sumber daya. Ini bukan hanya tentang mengurangi pengeluaran, tetapi juga tentang membuat pilihan cerdas yang berkelanjutan dan bermanfaat dalam jangka panjang. Konsep ini sangat relevan dengan konsep maslahat dalam Islam sebab menekankan pada pengelolaan sumber daya secara bijaksana dan efisien. Sikap ini akan menghadirkan perilaku yang tidak konsumtif dengan mempertimbangkan nilai-nilai manfaat, sehingga sangat memungkinkan dapat menghindari utang secara berlebihan atau ketergantungan pada gaya hidup hedonis.
Frugal living memungkinkan seseorang untuk lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan yang esensial (dharuriyat), seperti menjaga kesehatan (hifdzu an-nafs) dan pendidikan (hifdzu al-‘aql), daripada membuang-buang sumber daya pada hal-hal yang bersifat sekunder atau tersier tanpa pertimbangan yang matang. Hidup sederhana membantu menciptakan keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan spiritual, yang pada akhirnya membawa kepada kesejahteraan yang lebih menyeluruh dan berkelanjutan.
Selain itu, frugal living mendorong praktik berbagi dan solidaritas sosial. Meminilasir pengeluaran pribadi yang berlebihan berpotensi untuk terciptanya pemerataan pendapatan terhadap sesama yang lebih membutuhkan. Hal ini selaras dengan prinsip hifdzu an-nasl, menjaga keturunan serta menciptakan lingkungan yang harmonis melalui kegiatan saling berbagi. Ajaran Islam memberikan perhatian khusus kegiatan filantropi untuk mendorong agar setiap orang memiliki rasa kebersamaan yang kuat. Melalui instrumen-instrumen ibadah yang diajarkan, seperti zakat, infak, atau sedekah selalu menghendaki adanya porsi yang disisihkan bagi kepentingan amal yang berdampak sosial sangat luas manfaatnya. Oleh karena itu, frugal living menjadi salah satu pilihan yang tepat sebagai upaya mengendalikan diri agar tidak terjebak dalam perilaku yang berlebihan dan hedonis.
Praktik frugal living sebenarnya telah banyak dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul, sebab prinsip kesederhanaan merupakan bagian dari ajaran agama yang terintegrasi dengan kehidupan. Seperti halnya Nabi Yusuf AS yang sering dijadikan role model dalam pengelolaan harta yang yang baik. Saat Mesir mengalami tujuh tahun kesuburan, Nabi Yusuf AS menyarankan agar surplus hasil panen disimpan sebagai persiapan menghadapi tujuh tahun kelaparan yang akan datang. Kecerdasannya dalam mengelola sumber daya menjadikan Mesir dapat bertahan dan bahkan membantu negara tetangga yang terdampak krisis saat itu.
Teladan Frugal Living dari Kisah Nabi Yusuf AS
Frugal living yang dicontohkan oleh Nabi Yusuf AS dapat menjadi salah satu insiprasi yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan modern saat ini. Al-Qur’an mendokumentasikan kisah ini sebagai bentuk ibrah dalam menjalani realitas sosial yang berkembang saat ini. Pertama, perencanaan secara matang. Kebijakan yang dijalankan dalam mengelola hasil panen seperti yang termaktub dalam QS. Yusuf (12) ayat 47-49 direncanakan secara matang agar memberikan manfaat yang besar dalam menghadapi masa paceklik pada periode berikutnya. Nabi Yusuf AS memberikan instruksi untuk menabung hasil panen pada tangkainya kecuali sedikit untuk dikonsumsi, dan menyimpannya untuk menghadapi masa sulit. Hal ini mengajarkan terkait urgensi perencanaan dalam setiap proses kehidupan. Bagi siapapun perencanaan merupakan aspek terpenting harus diutamakan sebelum melakukan sesuatu. Karena dengan perencanaan yang baik, seseorang dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan, meminimalkan risiko, dan memaksimalkan peluang. Perencanaan juga membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dan bijaksana, serta memastikan bahwa setiap langkah yang diambil memiliki tujuan yang jelas dan terarah.
Kedua, pentingnya menabung dan berinvestasi. Nabi Yusuf AS tidak hanya menyimpan hasil panen tetapi juga memastikan bahwa gandum yang disimpan dapat ditanam kembali. Tindakan ini menunjukkan visi jangka panjang dalam pengelolaan sumber daya dan keuangan. Nabi Yusuf AS mengajarkan bahwa menabung adalah langkah awal yang baik, namun investasi yang bijak dan berkelanjutan adalah kunci untuk menghadapi masa depan dengan lebih baik. Ini sangat relevan dalam konteks modern di mana pengelolaan keuangan pribadi dan investasi merupakan bagian penting dari kesejahteraan finansial. Menabung untuk masa depan dan berinvestasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik adalah cara untuk memastikan stabilitas keuangan dalam jangka panjang. Perencanaan keuangan yang baik membantu seseorang untuk siap menghadapi situasi darurat, memanfaatkan peluang investasi, dan mencapai tujuan finansial dengan lebih efektif.
Ketiga, gaya hidup sederhana. Meskipun Nabi Yusuf AS memiliki kedudukan yang tinggi sebagai bendahara Negara saat itu, tetapi tidak membutakan mata hatinya untuk hidup bermegah-megahan. Pada ayat 55 surat Yusuf (12) disampaikan pesan bahwa Nabi Yusuf AS merupakan sosok yang pandai menjaga amanah dengan sebaik-baiknya. Gaya hidup sederhana ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada kemewahan materi, tetapi pada bagaimana sumber daya itu digunakan untuk kebaikan dan kesejahteraan sosial. Penggunaan sumber daya secara efisien dapat memastikan bahwa kebutuhan dasar terpenuhi dan memiliki cadangan untuk masa depan. Seseorang dapat lebih fokus pada hal-hal yang penting dan mendasar, serta mengurangi stres akibat tekanan finansial dan jebakan obsesi dunia yang seringkali diukur oleh materialisme.
Keempat, sikap dermawan. Nabi Yusuf AS selalu menyisihkan sebagian dari hartanya untuk membantu fakir miskin dan mereka yang membutuhkan. Kedermawanan ini tidak hanya membantu meringankan beban orang lain, tetapi juga membangun ikatan sosial yang kuat dalam masyarakat. QS. Yusuf (12) ayat 88 menjelaskan terkait aspek kedemawanan ini. Nabi Yusuf AS mengajarkan pentingnya berbagi dan solidaritas sosial, yang merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Dalam konteks modern, sikap dermawan ini sangat relevan dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan peduli terhadap sesama. Sikap dermawan menunjukkan bahwa perencanaan tidak hanya tentang bagaimana mengelola sumber daya untuk diri sendiri, tetapi juga tentang bagaimana menggunakan kekayaan untuk kebaikan bersama.
Proses pengendalian diri melalui frugal living dapat menjadi salah satu alternatif gaya hidup kontemporer yang saat ini dapat dikatakan melebihi batas kewajaran. Sebab adanya normalisasi terhadap gaya hidup flexing, hedonis, judi online, ataupun yang lainnya dapat menjadi salah satu jalan terjadinya pergeseran moral dalam masyarakat modern, sehingga perlu adanya sebuah alternatif yang dapat dijalankan oleh siapapun. Konsep frugal living yang jelaskan Al-Qur’an melalui kisah Nabi Yusuf AS merupakan bagian dari cara agama mengajarkan kehidupan sederhana yang perlu direncanakan secara matang agar memberikan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat. Rasulullah saw pernah berpesan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Apapun profesi yang dijalani ataupun strata sosial yang diemban justru harus semakin memperkuat rasa persaudaraan diantara sesama. Wallahu a’lamu bish shawwab.
BACA JUGA:Kedermawanan Nabi SAW Hingga Berutang