2. Negeri aman, persatuan dan persaudaraan kuat
Firman Allah, Saba, 18,
وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا قُرًى ظَاهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا السَّيْرَ سِيرُوا فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّامًا آمِنِينَ.
“Dan kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam dan siang hari dengan aman”. (QS. Saba [34]:18)
a. Shawi (3:378) menjelaskan, Allah Swt telah menjadikan bagi Saba itu kampung-kampung. Jumlah kampung mereka 4700 kampung yang membentang dari Saba ke Syam (al-Latî baraknâ) Menurut al-Jauzi (6:448), kampung-kampung itu berderet, berdekatan satu sama lainnya, dengan pepohonannya yang rindang, lahan pertanian yang luas dan buah-buahan yang banyak. Di antara satu kampung dengan lainnya terlihat jelas dan bisa saling memandang. Serta kampung-kampung itu berukuran sama. Ini dijelaskan Allah dengan kalimat Qurâ dzhâhiratan.
b. Allah menjadikan bagi Sabaiyyun perjalanan yang mudah dan aman (Qaddarnâ fîhâ al-Sair) di antara kampung-kampung itu dan antara kampung Syam. Mereka dapat bepergian kapan dan berapa lama mereka mau, mereka dapat singgah dari satu tempat ke tempat lain dengan tidak perlu membawa bekal perjalanan. Mereka bepergian dengan tidak perlu takut kelaparan, penuh rasa aman tidak ada yang mengganggu, sekalipun jika seorang bertemu dengan seseorang yang telah membunuh ayahnya, ia tidak akan menyakitinya. Lama perjalanan di antara tempat-tempat itu sekitar 4 bulan lamanya (Shawi, 3:376). Al-Suyuthi (6:693) mengemukakan perkataan Qatadah,
سِيْرُوْا فِيْهَا لَيَالِيَ وَأَيَّامًا آمِنِيْنَ, قَالَ: لاَ يَخَافُوْنَ جُوْعاً وَلاَ ظَمَأً, إِنَّمَا يَغْدُوْنَ فَيَقِيْلُوْنَ فِي قَرْيَةٍ وَ يَرُوْحُوْنَ فَيَبِيْتُوْنَ فِي قَرْيَةِ أَهْلِ جَنَّةِ وَنَهْرٍ,… أَنَّ الْمَرْأَةَ كَانَتْ تَضَعُ مِكْتَلَهَا عَلَى رَأْسِهَا, فَيَمْتَلِئُ قَبْلَ أَنْ تَرْجِعَ إِلَى أَهْلِهَا, وَكَانَ الرَّجُلُ يُسَافِرُ لاَيَحْمِلُ مَعَهُ زَادًا.
“Mereka bepergian di perkampungan itu baik malam maupun siang dengan rasa aman, berkata (Qatadah), Mereka tidak takut lapar dan haus sesungguhnya mereka pergi pagi hari lalu tidur siang di suatu kampung dan pergi sore hari kemudian tidur malam di suatu kampung dari penduduk tukang kebun dan sungai yang subur dan makmur… Sesungguhnya perempuan menyimpan keranjang di kepalanya kemudian penuh sebelum pulang ke kampungnya. dan seorang laki-laki yang bepergian dengan tidak membawa bekal”.
C. Kehancuran Saba
1. Sebab Kehancuran
a. Mereka menolak (Saba 16; “Fa-a’ridlû”) untuk bersyukur, bertauhid dan beribadah kepada Allah yang diperintahkan oleh para Nabi Allah dan mereka mendustakannya. Mereka menyembah matahari. (al-Jauzi, 6:444). Mereka berkata,
مَانَعْرِفُ ِللهِ عَلَيْنَا نِعْمَةًً, فَلْيَحْبِسْ عَنَّا هَذِهِ النِّعَمِ إِنِ اسْتَطَاعُ.
“Kami tidak mengenal ni’mat Allah yang diberikan kepada kami, cobalah tahan ni’mat ini dari kami jika bisa”
Mereka punya pemimpin yang dijuluki “al-Himâr” ia punya seorang anak lelaki yang telah mati, dia sombong dan kufur. Setiap orang yang lewat ke negerinya diajak kufur dan jika tidak ia membunuhnya (Shawi, 3:366)
b. Berusaha membuat kekacauan, memisahkan, memecahkan dan memutuskan jalinan persatuan dan kesatuan yang kuat antar kampung-kampung serta menghancurkan kampung-kampung itu. Mereka berkata, Saba 19,
فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَا وَظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ.
“Maka mereka berkata: Ya Rabb kami jauhkanlah jarak perjalanan kami, dan mereka menganiaya diri mereka sendiri; maka Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur”. (QS. Saba [34]:19)
Al-Suyuthi (6:693) menyebutkan riwayat Ibnu al-Mundzir,
قَالُوْا يَالَيْتَ هَذِهِ الْقُرَى يِبَعِدْ بَعْضَهَا بِبَعْضٍ.
Dan al-Thabari (12,85) menjelaskan, mereka menginginkan kampung yang membentang antara Saba sampai Syam dijadikan tanah lapang, padang sahara, sehingga perjalanan mereka panjang, tidak singgah di kampung-kampung,
فَأَجَعْلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الشَّامِ فَلَوَاتِ وَمَفَاوِزَ.
Serta al-Maraghi (8:74), menjelaskan,
تَكَبُرَا وَفَخَرَا عَلَى الْعَاجِزِيْنَ.
“Mereka ingin menampakkan kesombongan dan keangkuhan terhadap orang-orang yang lemah”
BACA JUGA:Kaum Tsamud Arsitek Yang Pasik Dalam Al-Quran (Bagian Dua)