TAUJIIHAAT USBU’IYAH
(Nasihat Pekanan Ketum. PP. PERSIS)
Makna berjuang secara umum adalah berlaga atau berlawanan. Berjuang berarti memperebutkan sesuatu dengan mengadu kekuatan. Berjuang juga berarti berusaha dengan sekuat tenaga dan kemampuan penuh untuk meraih sesuatu yang penuh bahaya dan kesukaran.
Kita berjuang untuk meraih apa yang menurut ilmu kita lebih penting dan lebih berharga dari segala sesuatu: dari waktu yang kita jalani, jabatan yang kita duduki, keluarga yang kita cintai, harta benda yang kita miliki, bahkan dari jiwa raga kita sendiri.
Demi yang lebih berharga dan lebih mulia itu kita siap berlaga dan berlawanan dengan tantangan yang menghalanginya.
Tidak ada sesuatu yang lebih layak untuk diperjuangkan melainkan mencapai kemulian dan penghargaan yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Melalui Al Quran Allah menegaskan bahwa tidak ada yang lebih mulia dalam pandanga Allah melebihi kemulian para pendakwah, para penyeru kepada Sabililah, Jalan Allah.
“Siapakah yang lebih baik perkataan (tugas dan misinya) daripada orang-orang yang menyeru manusia untuk mengikuti jalan Allah..”. (Fushilat: 33)
Karena itulah dakwah menyeru manusia ke jalan Allah merupakan “jalan pilihan” dari “manusia-manusia pilihan” pula , yaitu para rasul Allah.
Menyeru manusia agar mengikuti sabilillah banyak sekali tantangannya. Dari dalam diri sendiri yang berupa kabodohan, kebakhilan, kemalasan, hawa nafsu, egosime, dan sebagainya; dari keluarganya yang mungkin merasa terbebani dan kurang diperhatikan; dari orang-orang yang bertentangan keyakinan hidupnya yang senantiasa memusuhi para penyetru kepada Jalan Allah; bahkan dari makhuk gahiab berupa pasukan syetan anak cucunya Iblis.
“Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap nabi ada musuh-musuhnya, yaitu syaithan-syaithan dari golongan Jin dan golongan Manusia..” (An nahl : 112)
Kewajiban menyeru manusia ke Jalan Allah pada dasarnya adalah kewajiban manusia-manusia pilihan, yaitu tugas para rasul Allah. Kemudian kewajiban itu disharing dan dilanjutkan oleh para pengikutnya sebagai konsekwensi keimanan mengikuti jalan para Rasul.
فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنْكِيلًا [النساء: 84]
Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin. Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya).
Perintah berperang hakikatnya adalah perintah berjuang. Dengan mengikuti jalan perjuangan manusia pilihan dan mulia, kita pun menjadi umat pilihan dan umat terbaik pula selama menunaikan misi suci para manusia pilihan itu. “Kalian adalah umat terbaik….”
Berperang di jalan Allah meliputi segala perjuangan atau usaha yang sungguh-sungguh dan pengorbanan yang maksimal dalam mengajak diri sendiri, keluarga, dan umat manusia pada umumnya melalui lisan dan perbuatan kita untuk mempelajari, memahami, mengamalkan, mendakwahkan, dan membela kebenaran jalan Allah dengan cara-cara yang benar. Memperjuangkan yang benar dengan cara yang benar pula. Nashrul haq bil haq.!
Hambatan dan rintangan dalam menyeru manusia kepada jalan agama Allah amatlah besar. Tidaklah mungkin dilakukan orang-perorang secara sporadis, melainkan harus dengan kekuatan yang terpimpin. Karena itu Allah sangat menyukai perjuangan yang teroganisi secara rapih dan disiplin, terstruktur dan berjenjang dengan kokoh kuat.
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ [الصف: 4]
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Berjuang secara terarah dan terpimpin juga merupakan salah satu misi dari hidup berjamaah dan berjamiyah dalam berdakwah. Sebagai salah satu bentuk perwujudan meraih kecintaan Allah.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah juga memotivasi tentang penting berkerja dan berjuang sercara tertata dengan tertib dan disiplin:
إن الله يحب إذا عمل أحدكم عملا أن يتقنه
( أخرجه أبو يعلى والطبراني، وقد صححه الألباني في الصحيحة نظرا لشواهده.)
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang di antara kalian ketika ia melakukan suatu pekerjaan, ia melakukannya denga itqan, tertib dan teratur”
[]