KHUTBAH KEDUA
الحمد لله رب العامين وبه نستعين بأمور الدنيا والدين، ولا حول ولا قوة إلا بالله، هَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أما بعد:
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah...
Allah berfirman:
{وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ}[21\الأنبياء: 107]
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Q.S. al-Anbiya’[21]: 107)
Dalam segala kondisi, Islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin semestinya berperan optimal memperbaiki negeri ini. Berfungsi bagaikan pohon petunjuk yang besar dan rindang, cabang-cabangnya mengayomi semua penjuru umat. Akan tetapi, nasib Islam disingkirkan dari tatanan hukum dan perundang undangan serta kaum muslim termarjinalkan di panggung kekuasaan dan politik, tidak memungkinkan Islam menjalankan fungsi Rahmatan Lil ‘Alamin itu. Eksistensi umat Islam kini seperti pohon yang layu, sekujur batangnya dijalari virus dan kekeringan hingga bagian-bagiannya yang paling dalam.
Kini, Umat Islam mengalami kondisi paling memilukan : kehinaan, kemunduran dan kelemahan menimpa umat Islam dalam seluruh sisi kehidupan baik secara ideologi, politik, ekonomi dan sosial. Berbeda dengan zaman salaf, umat Islam kuat, hebat dan dahsyat yang ditakuti dan disegani musuh-musuhnya.
Pedih rasanya, menyaksikan ada orang Islam yang meragukan kesempurnaan Islam. Tidak percaya dengan janji-janji Islam dalam Al-Qur’an.
Dalam suatu pidato politik, seorang Ketum Parpol mengeluarkan pernyataan yang meresahkan umat Islam, tentang ideologi tertutup yang dituduh memaksakan kehendak. “Para pemimpin yang menganut ideologi tertutup mempromosikan diri mereka sebagai para peramal masa depan. Mereka meramal dengan fasih tentang apa yang akan datang, termasuk kehidupan setelah dunia fana. Padahal notabene mereka sendiri tentu belum pernah melihatnya,” katanya tanpa merasa bersalah.
Mempercayai adanya akhirat tidak harus melihatnya terlebih dulu. Seperti halnya, percaya adanya kerajaan Majapahit, kerajaan Sriwijaya, kerajaan Demak dan lain-lainnya, padahal dia tidak hidup dimasa kerajaan tersebut. Dari mana dia tahu? Dari cerita para sejarawan yang ditulis dalam buku sejarah.
Jika para sejarawan dipercaya, mengapa tidak percaya pada berita yang dibawa para Nabi? Informasi adanya akhirat di bawa oleh para Nabi dan tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an, mengapa diingkari?”
Ada lagi, dengan nada sarkastis mengejek ajaran Islam. “Kondeku lebih indah dari cadarmu. Kidungku lebih merdu dari alunan azanmu,” katanya berpuisi. Jika benar suara kidung lebih merdu dari suara azan. Mengapa tidak banyak manusia yang suka dengan kidung. Sementara azan berkumandang di seluruh dunia?
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah...
Ironisnya, masih ada orang Islam yang takut memperjuangkan tegaknya syariah Islam, bahkan bangga menjadi provokator anti syariah Islam dengan menganggapnya berbahaya bagi negeri ini. Masih banyak dikalangan Umat Islam yang menolak hukum yang datang dari Allah Swt, sehingga makin menjauhkan negeri ini dari rahmat Allah SWT.
Adanya penolakan dari orang Islam, baik dia anggota ormas, orpol, birokrat, polisi, TNI, dosen, mahasiswa, cendekiawan, terhadap berlakunya syariat Islam, merupakan perbuatan tercela yang kian memperlemah peran Islam untuk memperbaiki masyarakat dan Negara ini.
Akibat dari penolakan, semakin bermunculan manusia yang berani mencaci Nabi Saw, melecehkan Al-Qur’an, bahkan membakarnya dan merendahkan ajaran Islam.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, perlu diingatkan bahwa sebagai Muslim, janganlah kita melalaikan hukum Allah. Sebab, menjalankan hukum Allah adalah salah satu janji yang terpenting diantara kita dengan Allah.
{وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا} [7\الأعراف: 172]
Dan (ingatlah), ketika Penciptamu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil perjanjian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Sang Pengaturmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Pengatur kami), kami menjadi saksi akan hal itu." (Q.S.al-A’raf [7]: 172)
Selama kita hidup dan selama iman masih mengalir di seluruh pembuluh darah kita, tidaklah boleh sekali-kali kita melepaskan cita-cita agar hukum Allah tegak di alam ini, walau di negeri manapun kita tinggal. Umat Islam hendaknya kembali pada Islam, jangan menjadi muslim yang takut pada Islam, hanya karena stigma negatif dari orang fasiq, zhalim dan kafir.
Membela agama Allah, tidak harus menunggu seorang menjadi alim atau ustaz. Cukuplah dengan identitas sebagai seorang muslim, maka nyawa pun siap dipertaruhkan demi membela kehormatan Islam.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah...
Mengakhiri khutbah ini, marilah kita bermunajat kepada Allah agar diberi keselamatan dari segala ancaman, diberi kebaikan yang paling sempurna, kehidupan yang sejahtera dan waktu yang paling bahagia.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا
رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا
رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ
رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سبحانك رب العزة عما يصفون، وسلام على المرسلين، والحمد لله رب العالمين، والعفو منكم.
BACA JUGA:Khutbah Jumat: Agar Rumah Tangga Diberkahi Allah