Tampilkan Keindahan Islam dalam Dakwah

oleh Reporter

14 Januari 2022 | 00:24

Oleh: Dr. H. Latief Awaludin
(Ketua Bidang Garapan Ekonomi PP PERSIS)

Dakwah di zaman ini, hendaknya kita benar-benar meluruskan niat agar berdakwah hanya kepada Allah dan benar-benar bersabar dalam berdakwah. Bersabar dalam menyampaikan dakwah dan bersabar dengan sikap manusia dalam menghadapi dakwah yang kita sampaikan

Islam telah mengajarkan cara berdakwah yang baik dan benar. Sehingga, dakwah yang kita sampaikan diterima oleh umat.

Sosok Fir’aun diabadikan oleh Allah sebagai manusia yang kejam dan zalim, manusia yang mengaku sebagi Tuhan di hadapan rakyatnya. Siapakah kiranya yang lebih ingkar dan kafir dari seorang Fir'aun? Penguasa zalim, penindas rakyat, bahkan mengaku dirinya Tuhan.

Namun, ketika Allah SWT memerintahkan Nabi Musa dan Harun a.s. untuk  mendakwahinya, kedua Nabi ini malah disuruh untuk berlemah-lembut.

Allah memerintahkan berdakwah penuh dengan kelembutan, sopan santun, tentunya dengan bahasa yang lemah lembut dengan tidak mengunakan bahasa yang kasar.

Hal ini tertuang dalam Al-Qur’an surah Thaha ayat 43-44. Allah Swt. berfirman,

"Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah-lembut, mudah-mudahan dia ingat atau  takut" (QS Thaha [20]: 43-44)

Sekafir dan sezalim apa pun orang yang didakwahi, tetaplah mengedepankan unsur kelembutan dan kasih sayang. Jika orang seperti Fir'aun saja, para nabi disuruh untuk berlemah lembut dalam berdakwah, apalagi untuk mendakwahi sesama muslim.

Ada sebuah riwayat dalam Tafsir Al-Bagdhowi, yang artinya, seorang laki-laki membacakan ayat tadi di hadapan Yahya bin Muadz seorang ulama yang saleh di abad ke-3.

Ketika Yahya bin Muadz mendengar ayat di atas, maka sampaikan kepada Firaun dengan bahasa yang lemah lembut, Yahya bin Muadz langsung menangis. Dan ia berkata,

“Inilah kelembutan-Mu zat yang Mahalembut, padahal Engkau mengatakan kepada manusia yang sangat zalim yang mengatakan aku adalah Tuhan, tetapi tetap saja Engkau perintahkan bicaralah dengan lemah lembut, padahal yang Engkau hadapkan adalah manusia yang paling berdosa."

"Maka bagaimana Maha Kelemahlembutan-Mu kepada orang yang mengatakan saya adalah Tuhan."

Pada intinya, Allah memerintahkan kepada Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s ketika berdakwah kepada Firaun yang megaku sebagi Tuhan tetap harus dengan bahasa kelembutan, penuh sopan santun. Padahal, Firaun adalah pemimpin yang zalim yang mengaku dirinya Tuhan.

Retorika berdakwah adalah menampilkan keindahan Islam melalui akhlak yang baik. Berdakwahlah dengan bahasa lemah lembut dan sopan santun bagaimana Al-Qur’an telah mengajarkan kita.

 

Dikutip dari video dakwah facebook Dr. H. Latief Awaludin

(IF/dh)

Reporter: Reporter Editor: admin