Tanggung Jawab Seorang Pemimpin

oleh Henri Lukmanul Hakim

07 Januari 2025 | 10:39

Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP PERSIS), Ustaz Dr. Jeje Zaenudin - Foto: Henri Lukmanul Hakim

Jika mereka merusak sumpah (jan-ji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu (aimmah al-kufr), karena sesungguhnya me-reka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti. (Q.S. al-Taubah [9]: 12).


Ibu disebut "al-Umm" karena ia se-bagai induk yang melahirkan keturunan dan kepadanya semua keturunan ber-himpun dan berkumpul. Ibu selalu me-rangkul dan menyatukan anak keturun-annya dalam pelukan dan pangkuannya.

Demikian halnya pemimpin, ia seperti ibu karena kemampuannya merangkul dan menyatukan umat yang dipimpinnya tanpa pilih kasih dan pandang bulu. Imam lahir dari umat, sebagaimana umat ada sebagai suatu kelompok orang yang ter-himpun, terbimbing, terpimpin dengan teladan dan komando dari imamnya.


Tanggungjawab pemimpin pada inti-nya adalah merealisasikan risalah Allah yang diturunkan kepada para rasul-Nya. Yaitu bagaimana dapat mewujudkan ke-selamatan dan kebahagiaan hidup ma-syarakat manusia secara kolektif, dengan cara melakukan bimbingan dan sekaligus perlindungan keselamatan umat yang meliputi perlindungan atas keselamatan agama mereka, keselamatan jiwa raga, keselamatan akal pikiran, keselamatan harta benda, dan keselamatan keturun-an mereka.


Manakala masyarakat yang dipim-pinnya rusak keberagamaan mereka di-karenakan salah urus dan salah pimpin, maka di sana ada tanggungjawab pe-mimpinnya secara langsung atau tidak langsung. Demikian juga apabila terjadi kerusakan akal pikiran rakyatnya karena merajalelanya ideologi yang sesat atau karena dibiarkannya mengkonsumsi mi-numan dan obat-obatan yang merusak saraf-saraf akal mereka, lebih-lebih jika menyebabkan hilang nyawa dan han-curnya harta benda serta terputus dan tidak jelasnya nasab keturunan manusia. Maka di sana ada tanggungjawab seo-rang pemimpin sesuai denga hierarkinya. la bertanggungjawab bukan hanya ke-pada manusia yang dipimpinnya tetapi kepada Allah Swt sebagai pemberi kepe-mimpinan yang sebenarnya.


Pada masyarakat agamis, kesadaran tentang tanggungjawab kepemimpin-an di hadapan Tuhan, sudah sepatutnya mendorong pemimpin untuk berlaku adil karena rasa takutnya atas hisab atau pengadilan llahi pada hari pembalasan.


Pada masyarakat sekular, liberal, bahkan ateis sekalipun, jika rasa tanggungjawab moral atas kepemimpinan yang diperca-yakan rakyat kepadanya itu tetap ada, maka mereka juga pasti berupaya ber-laku adil, baik dengan motif tulus yang sebenarnya ataupun sebagai upaya ka-muflase dan pencitraan.


Ironisnya, terdapat fakta bahwa sebagian pemimpin dunia yang tidak berbasis kepemimpinan agama lebih memiliki rasa tanggungjawab kepemim-pinan jauh lebih besar dan mendalam dibanding para pemimpin negara yang berbasis agama. Di Jepang umpamanya, seringkali pejabat menyatakan mengun-durkan diri sebagai bentuk pertanggung jawabannya atas suatu insiden yang me-nyebabkan beberapa jiwa rakyatnya me-ninggal akibat kelalaian atau kesalahan yang di bawah tanggung jawabnya.


Sebagaimana akhir bulan Agustus lalu Kepala Badan Kepolisian Nasional Je-pang mengumumkan pengunduran dirinya, setelah penyelidikan atas keamanan terhadap mantan perdana menteri Shin-zo Abe, yang dibunuh bulan lalu menunjukkan adanya kelemahan dan kelalaian dalam pengamanan. Ia tidak harus diadili atau ditersangkakan dulu.tetapi rasa tanggung jawabnya mendorong dia untuk menyatakan mengundurkan diri bahwa ia tidak mampu menjalankan tugasnya demgan semestinya. Suatu tradisi yang sangat sulit ditemukan dalam tradisi kepemimpinan di negeri-negri berbasis agama, termasuk di Negara Kesatauan Republik Indonesia.

Pada tanggal 1 Oktober lalu, kerusuhan mengerikan pasca laga sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang, menelan korban ratusan jiwa melayang. Meski su-dah beberapa orang dinyatakan sebagai tersangka, belum ada pihak pemimpin tinggi atau pejabat teras yang menyata-kan secara jantan sebagai salah satu pi-hak yang paling bertanggungjawab atas insiden yang menelan ratusan jiwa masyarakat.


Secara teologis, musibah dan kema-tian memang takdir Tuhan, tetapi salah urus dan salah penanganan insiden ada-lah masalah tanggung jawab kepemim-pinan. la harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan, Allah Swt dan juga kepada rakyat yang telah menitipkan kepercaya-an kepada para pemimpin agar mereka mendapat perlindungan atas keselamat-an jiwa raga dan harta bendanya.


Oleh: Ketua Umu Pimpinan Pusat Persatuan Islam, Ustaz Dr. Jeje Zaenudin.


Sumber: Majalah Risalah NO: 08 THN 60 – November 2022

BACA JUGA: Amanah, Keadilan dan Loyalitas Kepemimpinan