Manusia memiliki dua sifat dasar dalam dirinya. Kedua sifat ini tak bisa ditawar-tawar lagi, sudah ditetapkan oleh Allah SWT. Apa kedua sifat tersebut? Allah SWT berfirman dalam Q.S. Asy-syams: 8-10
“Maka kami ilhamkan kepada manusia, dorongan berbuat dosa (fujur) dan dorongan ketaatan (taqwa) [8] Sungguh, telah beruntung orang yang mensucikan dirinya (dari dosa-dosa yang telah dikerjakannya) [9], dan Sungguh sungguh merugi (karena akan binasa) orang yang mengotori (hatinya dengan terus berbuat dosa) [10]”
Kedua sifat dasar ini, baik membangkang atau taat, akan terus berkecamuk dalam hatinya. Mana yang paling kuat di dalam hatinya. Seperti itulah, karena kita spesies manusia.
Dosa sifatnya bertambah, saat hawa nafsu terus diikuti. Sama, ketaqwaan pun sifatnya bertambah, jika terus melaksanakan ketaatan dan memahami agama Islam dengan benar.
Dalam kehidupan kita saat ini, tentu ada pasang surut diantara keduanya.
Ketauhilah, saat kita berbuat dosa, maka ketaqwaan akan turun (melemah) sampai kita mentaubatinya. Sebagaimana yang Allah jelaskan dalam Surat Asy-syam diatas.
Sekarang, ada sebuah pertanyaan.
Kenapa kok anak pesantren, tapi pergaulannya bisa parah dan kebablasan? Sedangkan dia kan tiap hari belajar ilmu agama, dimana letak kesalahannya?
Akhirnya, setelah mengamati ribuan kasus santri, saya menemukan benang merahnya.
Ternyata, penyebab utamanya adalah karena
ADA DOSA yang belum ditaubati. Dosa tersebut mereduksi keimanan dan akhlaknya.
Sehingga, ilmu agama yang diterangkan di kelas, di mesjid, tak akan bisa sampai ke hatinya. Dia hanya mendengar, tanpa bisa memahami dan bertambah penghayatan keimanannya. Menjadi susah untuk dipraktekan. Sholat menjadi malas, ikut kajian di mesjid menjadi sangat berat. Hafalan Quran jadi rontok. Dia menjadi mudah untuk melakukan dosa berikutnya, dosa berikutnya. Ini terus terjadi, sampai dia berani mengakhiri lingkaran tersebut dengan bertaubat kepada Allah SWT.
Saat bertaubat, Allah SWT akan memberikan ketenangan, kedamaian dan berbagai karunia kepada orang tersebut.
Bisa kita saksikan bersama, mengapa orang yang muallaf, keimanan dan akhlaknya luar biasa, bahkan melebihi orang muslim pada umumnya?
Itu tak lain karena disebabkan karunia Allah yang diberikan untuknya. Allah senantiasa membimbingnya, karena orang itu memilih istiqamah di jalan Allah.
Sehingga, kesimpulannya adalah mau anak pesantren mau tidak, jika ada orang yang berbuat suatu dosa, maka dosa itu mereduksi keimanan dan akhlaknya, jika terus dibiarkan tanpa ditaubati, maka semakin hari hatinya bisa semakin kering, gersang, tandus, akhirnya bablas mengikuti hawa nafsu.
Allahu ‘alam
***
Penulis:
Taufik Ginanjar (BK MTs Persis 3 Pameungpeuk)