Arus Balik Kembali ke Pangkuan Islam

oleh Reporter

19 Mei 2024 | 06:12

Oleh : Arif Wibowo

Ini tulisan dua tahun lalu, dan dengan kehadiran TK PERSIS di dusun Samirono ini menjadi saksi kembalinya 16 orang ke pangkuan Islam dan kini sudah bertambah jadi sekitar 23 orang.

Selain itu, TK yang dulu jadi andalan misionaris sudah hampir tutup, dan gereja yang di dekat TK juga dulu sudah diberi pengumuman akan dijual.

Saya jadi ingat pesan pak Kunto (saya lupa judul bukunya), tentang fenomena murtad massal pasca penumpasan PKI, bahwa mereka murtad karena tekanan politik bukan kerelaan spiritual.

Oleh karena itu, ketika dakwah bisa masuk dengan pendekatan yang tepat, maka terbukti, banyak orang yang akan kembali ke pangkuan Islam. Dan yang harus jadi catatan, dakwah ke umat awam, sumbangsih yang nyata memang lebih bermagnet daripada kuat-kuatan dalil.

Hanya sayangnya, fenomena yang jamak, bukan tunggal ini, belum menarik minat mahasantri untuk meneliti, menjadikannya skripsi, tesis atau yang sejenisnya.

Biar narasi dakwah itu berubah optimis, Melanjutkan Dakwah Islam para Wali. Mosok mayoritas kok tema kajiannya malah paranoid, Awas bahaya Kristenisasi, Misi Kristen mengepung Kita. Cemen amat sih. Mayoritas kok gembeng. Sithik-sithik nangis. 🤭

----------------------------

Gelombang murtad terbesar di Jawa itu pasca penumpasan G30S PKI. Para pengikut PKI yang merasa terancam secara politik dan merasa tidak diterima keislamannya oleh kaum Islam politik akhirnya melabuhkan agamanya pada selain Islam, kebanyakan ke Kristen Protestan, Buddha dan juga Katolik. Dalam catatan pak Kunto, mereka meninggalkan Islam akibat konflik dan dendam politik, bukan kerelaan spiritual.

Poin inilah yang harusnya ditangkap para da'i lapangan. Meminjam istilah pak Kunto lagi, seharusnya para da'i itu bekerja di jalur kebudayaan, yang senyap tapi terus menginternalisasi jangka panjang, bukan di jalur politik, yang hiruk pikuk dan sarat kepentingan jangka pendek.

Bangunan TK PERSIS yang dibangun di sebuah dusun di lereng Merbabu adalah contoh yang saya lihat sendiri. Ketika energi filantropis masyarakat kota digunakan untuk melayani umat di pedesaan, untuk memajukan pendidikan anak, juga membina keagamaan remaja dan para orang tua, terbukti efektif menghilangkan sekat akibat dendam politik para orang tua.



Mereka yang dulu berpindah agama, seolah menemukan wajah muslim yang berbeda. Bukan muslim yang gemar mengkotak-kotakkan orang berdasarkan pilihan politiknya tapi muslim yang ramah dan siap membantu siapapun. Di usia TK yang sangat muda, baru sekitar 3 tahun, telah menjadi saksi bagi Islamnya kembali 16 warga di sekitar TK.

Dan apa yang terjadi di Getasan, oleh TK PERSIS itu, ternyata terjadi di banyak wilayah. Semacam ada arus balik kembali ke Islam. Di sinilah pentingnya dakwah itu tidak hanya bermodal semangat dan kepandaian beradu dalil. Pemahaman akan sejarah, kondisi sosiologis umat dan tentu saja akhlak sebagai panglima, terbukti efektif. []

Reporter: Reporter Editor: admin