Yogyakarta, persis.or.id – Dalam program field trip ke Yogyakarta pada Jumat- Ahad (21-24/01/2022) kali ini, Mahasiswa Universitas PERSIS (Unipi) bukan hanya mengunjungi Pondok TI saja, tapi juga lebih mengenal Kampung Cyber dan juga wisata sejarah ke Candi Boko.
Dalam kesempatan ini, mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Unipi mencoba melihat lebih dekat situs-situs sejarah Indonesia masa Hindu-Budha dan Keraton Yogyakarta, yang merupakan bagian dari sejarah Islam di wilayah Yogyakarta.
Saat membersamai para mahasiswa, Dr Kukun dan Yeyet Kuntara M.Pd selaku perwakilan dari dosen sejarah Unipi menerangkan bagaimana dahulu wilayah sekitar Candi Boko menjadi pusat peradaban di masanya.
“Walaupun lokasinya di bukit, namun lokasi tersebut pada masa dahulu pernah menjadi saksi salah satu bukti kehidupan masyarakat yang khusus,” terangnya.
Selain itu, dalam rombongan tersebut juga diisi oleh para para dosen sejarah seperti Enang Cuhendi, S.Pd, M.Pd. bersama Kaprodi Pendidikan Sejarah UNIPI, Muslim Nurdin, M. Hum.
Setelah mempelajarai bagaimana awal dari suatu peradaban terjadi dalam wisata ke Candi Boko, mahasiswa Unipi lainnya mengunjungi lokasi yang unik yaitu Kampoeng Cyber, sebuah kampung kecil yang berlokasi di Kecamatan Keraton, Yogyakarta.
Karena lokasinya yang cukup jauh, jalan masuknya hanya muat untuk pejalan kaki dan motor saja. Jika pengunjung membawa mobil atau bis, harus diparkirkan lebih jauh di luar. Meski begitu, para mahasiswa meraih banyak ilmu di Kampung Cyber tersebut.
Sejak pertama kali berdiri pada 2006 yang lalu, Kampoeng Cyber sukses mengejar mimpi untuk menyuarakan semangatnya dalam membangun komunitas masyarakat lokal yang melek teknologi dan Internet.
Salah satunya dengan dilakukannya proses go online di kampung ini. Bukan saja seluruh kampung terkoneksi dengan internet, tapi juga menghasilkan income dari UMKM bagi warga berkat pemanfaatan teknologi tersebut.
Kampung ini juga sudah terkenal hingga ke mancanegara. Bahkan, CEO Facebook Mark Zuckerberg dan Raja Belanda Willem Alexander bersama Ratu Maxima pernah mengunjunginya. Meski begitu, ternyata Kampung Cyber belum mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah.
“Dihargai di negara lain, namun kurang diapresiasi di dalam negeri sendiri,” kata Koko alias Antonius Sasongko, pendiri dan penggagas Kampung Cyber dalam presentasinya di depan mahasiswa Unipi.
Kegiatan field trip ini digelar sebagai upaya pengayaan wawasan dan aplikasi ilmu di lapangan. Diharapkan, para mahasiswa mendapatkan banyak pengetahuan dan keilmuan setelah kegiatan ini, yang dapat dipraktikkan untuk mengembangkan kemampuan saat kembali berkuliah nanti.
(IS/MN/FAR)