(Sebuah Respon Hima Persis Terhadap Perkembangan Dunia Islam Internasional)
Oleh: Nizar Ahmad Saputra (Ketum PP. Hima Persis)
Politik Ekonomi global terguncang pasca Brexit. Brexit akronim dari british exit diartikan sebagai keinginan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa (UE), tapi itu pun harus melalui referendum tanggal 23 Juni 2016. Hasil dari referendum telah diumumkan dimana masyarakat UK (United Kingdom) lebih banyak memilih untuk keluar ketimbang memilih tetap di UE. Meskipun hanya satu Negara, tetapi Negara ini bias menentukan politik-ekonomi dunia.
Jika mencermati politik-ekonomi dunia, setidaknya ada dua kelompok besar yang sangat kontras. Pertama, regionalisasi. Bagi kelompok ini, dunia dipetakan dalam beberapa kawasan atau dikelompok-kelompokan sesuai dengan teritorialnya. Ada Uni Eropa, ASEAN, Amerika, Amerika Latin, dan sebentar lagi nampaknya Uni Asia akan dibentuk. Sebab, Uni eropa juga sejarahnya berawal dari MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) lalu kemudian berubah menjadi Uni Eropa. Karena bukan hanya mengatur persoalan-persoalan ekonomi saja seperti perdagangan dan yang lainnya, namun juga sudah masuk pada wilayah politik. Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) nampaknya cikal bakal akan lahirnya Uni Asia.
Dalam sejarahnya, dipelopori Belgia, Prancis, Jerman, Italia, Luksemburg dan Belanda, UE dibentuk pada 1957. Trauma terhadap Perang Dunia II, negara-negara Eropa tidak ingin mengulang lembaran hitam sejarah menyebabkan dan disebabkan Perang Dunia II yang ganas itu. Tujuan pokok UE terciptanya perdamaian, kemakmuran dan penerapan nilai-nilai Eropa di benua biru tersebut. Kini UE beranggotakan 28 negara yang terhimpun dalam zona perdagangan bebas dengan PDB lebih US$ 18 ribu miliar dengan populasi lebih 500 juta jiwa, menjadikan UE merupakan blok ekonomi terbesar di dunia.
Inggris baru bergabung dengan UE pada 1973. Meskipun sebagian pengamat Eropa menilai Inggris sejak dulu tidak sepenuh hati masuk UE, namun situasi waktu itu telah mendorong Inggris bergabung dengan komunitas regional tersebut. Ketika saat itu perang dingin masih berkecamuk, regionalisasi sudah mulai merupakan trend dunia baru dan Inggris merasa tidak mungkin mengelak dari kecenderungan tersebut.
Pandangan internasional lebih pada aspek negatif bila Inggris keluar dari UE setelah referendum. Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan dampak negatif yang mungkin terjadi bila Inggris keluar dari UE. Dikatakan, hal itu dikhawatirkan memperburuk prospek perekonomian global yang selama ini masih didera tekanan pelambatan. Sementara itu Presiden AS Barack Obama ketika berkunjung ke Inggris baru-baru ini memperingatkan Inggris jika keluar dari UE. Dikatakan, perjanjian dagang antara AS dan Inggris akan terpengaruh langsung. Akan dibutuhkan waktu lima sampai 10 tahun untuk menjalin kembali perjanjian dagang antara kedua negara. Obama mengatakan, Inggris tidak akan bisa menegosiasi sesuatu dengan AS dalam waktu lebih cepat dibandingkan UE.
Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), organisasi kerja sama beranggotakan negara-negara berpendapatan tinggi mengingatkan, brexit bakal mengancam ekonomi Inggris dan pemulihan ekonomi global. Dinyatakan, Inggris tidak akan memperoleh tawaran ekonomi lebih baik di luar UE. Sementara itu lembaga Global Counsel menilai ada 10 dampak brexit, yakni dampak pada perdagangan intra-Eropa, investasi langsung, liberalisasi dan regulasi, kebijakan industri, imigrasi, jasa keuangan, kebijakan perdagangan, pengaruh global, anggaran dan ketidakpastian yang diakibatkan dampak-dampak tersebut.
Dihubungkan dengan kerja sama ekonomi di Atlantik yang meliputi UE dan negara-negara Benua Amerika, brexit juga dinilai akan mempengaruhi jalannya masa depan negosiasi perdagangan bebas antara negara-negara Benua Amerika dan UE.
Pasca Brexit, kini beberapa Negara yang tergabung di Uni Eropa menyuarakan untuk dilakukan serupa terhadap rakyatnya. Mulai dari Belanda, Swedia, Francis, Italy dan sejumlah Negara kecil di Eropa beberapa politisinya menginginkan untuk keluar dari Uni Eropa. Tentu, hal ini akan mengakibatkan sebuah tatanan politik-ekonomi baru ke depan.
Dari uraian singkat di atas tampak gambaran akan adanya dampak pada ekonomi kawasan khususnya Eropa dan Amerika Utara, sedikit banyak juga pada ekonomi dunia lainnya termasuk kawasan Asia, Amerika Latin dan Afrika baik langsung maupun tak langsung. Lebih jauh lagi, suatu hal yang perlu diamati, brexit bisa mengakibatkan memudarnya Inggris sebagai pusat riset dan inovasi dunia, serta pusat keuangan dunia di Eropa. Hal ini bisa menginspirasi negara anggota untuk keluar juga dari UE, sekaligus bias mengguncang suhu politik-ekonomi dunia.
* disampaikan pada Muspimnas II Hima Persis Periode 2013-2016 di Bandung, 26 Juni 2016