Bandung, PERSIS.or.id – Dalam kegiatan Diskusi Panel Pimpinan Cabang Persatuan Islam (PERSIS) Panyileukan bertajuk ‘Merancang Masa Depan Jam’iyyah Persatuan Islam’, terdapat gagasan dari para tokoh PERSIS yang menjadi pemateri.
Diskusi yang digelar dalam rangka Muktamar XVI PERSIS ini terbuka untuk umum dan dilaksanakan di Gedung Dakwah Darussalaam PC PERSIS Panyielukan, Minggu (18/09/2022) kemarin.
Kegiatan tersebut menghadirkan para pemateri yang mumpuni dan begitu lekat dengan PERSIS, yakni DR. H. Ihsan Setiadi Latief M.Si, DR. H. Jeje Jaenudin M.Ag, dan Prof. H. Atip Latiefulhayat S.H.,LL.M.,Ph.d
Ketua pelaksana H. Achmad Faisal, S.Pd menjelaskan, tujuan dari kegiatan diskusi panel tersebut adalah sebagai simbol kontribusi PC Panyileukan untuk turut menggemakan kegiatan Muktamar PERSIS XVI.
“Hadir mendengarkan bagaimana imajinasi, ide, gagasan para tokoh tentang Jam’iyyah PERSIS ke depan. Dengan usia 99 tahun, 1 tahun lagi mau satu abad maka dari itu abad kedua PERSIS mau seperti apa,” kata dia.
Mengenai para pemateri yang terpilih, pihaknya hanya melihat dari kemampuan dan pemikiran yang selama ini sering telah menginspirasi jama’ah PERSIS.
Tidak ada keterkaitan apapun dengan bursa calon ketua umum PERSIS. “Ini semata-mata ingin menampung tindakan dakwah menjadi ajang kontestasi ide dan gagasan. Bukan hanya seremonial, tetapi menyampai hal tersebut menjadi imajinasi PERSIS ke depan,” tegasnya.
Ketua PC PERSIS Panyileukan Ahmad Gunawan, M.Pd.I. dalam sambutannya mengatakan bahwa untuk dapat sampai pada usia satu abad, bukan hal yang mudah.
Hal ini membutuhkan perjuangan dari para orang tua terdahulu dalam pimpinannya. Bagaimana para orang tua PERSIS mengekspresikan ketulusannya terkait dengan dakwah saat itu.
“Ghirah dan semangat untuk membangkitkan umat sesuai pimpinan Rasullah SAW kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Oleh sebab itu sesuai Qanun Asasi kita, akan mendapatkan tujuan dari PERSIS itu sendiri, yaitu terlaksananya syariat islam secara kaffah dalam asegala aspek kehidupan,” terangnya.
Ahmad mengatakan, berbicara mengenai PERSIS maka tidak akan terlepas dari 3 hal, yait u bentuknya yang selalu ber-imamah dan ber-imarah.
Selain itu, berdasarkan sifatnya, PERSIS sebagai pengembang pemikiran. Dan dalam hal Gerakan, selalu berada dalam sarana dakwah, pendidikan, ekonomi, dan sosial masyarakat.
“Seperti yang disampaikan ketua pelaksana, bukan kampanye di sini, melainkan menguatkan gagasan-gagasan yang menjadi acuan bagi kita sebagai masyarakat PERSIS atau simpatisan PERSIS,” tandasnya.
Gagasan Pertama
DR. H. Ihsan Setiadi Latief M.Si dalam materi nya mengenai situasi yang sedang dihadapi PERSIS, mengingatkannya dengan judul lagu Scorpions – Wind of Change (angin perubahan).
“Angin perubahan untuk PERSIS. Mau tidak mau PERSIS harus berubah. Dalam merancang masa depan, kita harus berpijak atau melihat pada masa lampau jam’iyyah PERSIS ini. Bagaimana kita bisa merefleksikan masa depan dengan SDM dan kualitas yang kita miliki sekarang,” kata dia.
Ustaz Ihsan memberikan beberapa gagasannya. Yakni dengan berpikir atau berpijak terhadap pikiran. “Karena PERSIS adalah milik publik, formal dan konsosiasional, artinya PERSIS perjuangannya harus terbuka,” catatnya.
Selain itu, harus adanya kemampuan untuk otokritik. Gagasan yang harus diartikulasikan oleh jam’iyyah. Dan juga memperhatikan pasang sudut gerakan dakwah.
Pandanganya terhadap jam’iyyah sebagai relawan idiologis, terutama jika disesuaikan dengan tema Muktamar kali ini, Ustaz Ihsan menitipkan gagasan lainnya, yakni:
· Harus punya wawasan. Membaca kisah terdahulu untuk menjadikan cerminan diri menjadi lebih baik. Prinsip PERSIS tidak akan berubah (dakwah dan sosial kemasyarakatan), tetapi gerakan yang bisa menjadi perubahan lebih baik
· Mengkobinasikan ketajaman berpikir, bermasyarakat (agenda umat dan jamiyyah), dan adanya evaluasi.
· Aspek pengamalan. Bahwa jam’iyyah bisa berkiprah terasa oleh masyarakat PERSIS menjadi manusia dan Jam’iyyah yang ungggul
Gagasan Kedua
Sebagai pemateri kedua, DR. H. Jeje Jaenudin M.Ag memandang bahwa dalam merancang masa depan, terdapat tiga hal yang harus menjadi pertimbangan, yaitu bagaimana mewujudkan loyalitas dan pengabdian dedikasi jam’iyyah.
Yang kedua, mempunyai visi yang visioner dan wawasan ke depan secara akurat. Terakhir, harus mempunyai kemampuan agar jam’iyyah dapat memproteksi stabilitas internal dalam menjaga keutuhan.
Mengenai ‘Keberlangsungan dan transformasi’, Jeje menegaskan bahwa perubahan tidak bisa dilakukan tanpa keberlangsungan untuk mengawal perubahan yang baik ke depan.
Menurutnya, PERSIS didirikan sebagai gerakan menyebarkan pemikiran. Maka dibutuhkan orang yang hebat bicara dan menulis dalam sarana media.
Lahirnya pembaharu kedua pada periode keempat, kata dia, PERSIS perlu penguatan ke dalam hingga kuat ideologinya, fiqih, dan sebagainya untuk keberlangsungan jam’iyyah secara internal. Konsolidasi gerakan dalam tranformasi pemikiran PERSIS kepada ormas.
“Kita sedang berada di fase ini, masa ekspansi dan penokohan. Memperkokoh eksistensi jam’iyyah dan mempertahankan ormas gerakan sosial kemasyarakatan,” ujarnya.
Gagasan Ketiga
Prof. H. Atip Latiefulhayat S.H.,LL.M.,Ph.d memberika pandangannya yang tampak dari satu jalur landasan pemikiran yang sama untuk melihat PERSIS ke depan, tentunya dengan penekanan yang beda sesuai dengan analisis.
Prof Atip setuju akan diskusi yang disepakati untuk menentukan masa depan sangat dibutuhkan pemahaman dan ketajaman, dengan menalar masa lampau dalam perjalanan PERSIS.
Pandangannya tentang menalar sejarah sesuai tentang dicatat statistinya hanya ada 2 dalam Al-Qur’an, yaitu memiliki ibrah, karena penilaian tidak atas penghakiman terhadap sejarah.
Dan juga menalar, karena nadzar bukan melihat objek fisik, melainkan perangkatnya adalah qalbu.
“Penalaran sejarah saya terhadap PERSIS menjelaskan Islam. Hadir untuk menjelaskan Islam dengan selogannya yang terkenal dan tidak gampang dirumuskan dengan tantangan yang berat. Ketika menghadapi tantangan kita mampu menjelaskan,” kata paparnya.
Menurutnya, banyak pandangan Islam adalah tradisi bukan argumentasi berdasarkan praktik yang turun menurun.
“PERSIS itu anti mainstream, mengedepankan argumentasinya. Kita kaum yang tidak menyukai kaum muqallid (Tingkat tertentu yang tidak seaqidah). Karena narasi argumentasinya, PERSIS tampil dengan rasional, modern, berkhutbah dengan intelektual narasi yang mampu menjelaskan,” lanjutnya.
Menurutnya, challenge adalah sebuah proses yang dapat membantu merespon masa depan. Kebenaran ke depan yang identik dengan kehadiran.
Jamaah akan lebih percaya terhadap sesuatu kebenaran yang identik kepada menghadirkan untuk era metaverse.
Menurtunya, visi PERSIS ke depan setelah menjelaskan Islam adalah dengan menghadirkan Islam. “Islam jelas belum tentu hadir, tetapi Islam yang hadir adalah tentu jelas keunggulannya. Segitiga emas PERSIS tentu dakwah, pendidikan, dan sosial. Kemudian ekonomi harus berbasis keunggulan berkualitas,” sambungnya.
Keunggulan merupakan satu hal yang sangat berpengaruh. Pendidikan pengkaderan PERSIS bukan hadir dengan biasa, tetapi menjadi keunggulan yang mempunyai pengaruh
“Tapi kalo PERSIS menghadirkan Islam semua hadir, yang berjalan diatas sistem (jamiyyah) bukan individualis,” ujarnya.
Penjelasan terhadap pembeda yang menjadi keunggulan, Atip meyakinkan bahwa PERSIS harus mempunyai pengaruh terhadap pembawa keunggulan.
“Menghadirkan Islam karena hadir, jadi orang percaya. Lingkunganan PERSIS harus bersih. PERSIS ke depan menjadi penghadiran yang berbasis kepada keunggulan,” tutupnya.
Dihadiri sekitar 300 jamaah yang menunjukkan antusiasmenya, kegiatan tersebut bertepatan dengan berdirinya jam’iyyah PERSIS yang hampir 1 abad.
Kontributor: Pusdapi Media
Editor: Fia Afifah