Gandeng Alumni Kampus Eropa, HMPP Gelar Workshop Coaching Persiapan S3 Luar Negeri

oleh Reporter

12 Januari 2022 | 00:36

Yogyakarta, persis.or.id - Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Persatuan Islam (HMPP) telah menggelar kegiatan Workshop Coaching Persiapan S3 ke Luar Negeri pada Sabtu (08/01/2022) yang lalu. 

Acara yang digelar secara online tersebut diisi oleh para alumnus kampus-kampus Eropa, seperti Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D. (Dirjen Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia), Prof. Atip Latipul Hayat, Ph.D. (Alumni Monash University Australia, dan Guru Besar Hukum Internasional Universitas Padjajaran). 

Ada juga Tatang Muttaqin, Ph.D. (Alumni University of Groningen Belanda, dan Direktur Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BAPPENAS), serta Royyan Ramadhan Djayusman, M.A. (Dosen Universitas Darussalam Gontor dan Ph.D. Kingston University London, United Kingdom).

Acara yang berlangsung dari pukul 08.00-17.30 ini dibuka oleh Prof. Hilman Latief, Ph.D. yang juga sebagai keynote speech. Pada acara ini juga dibahas beberapa materi seperti cara penyusunan curiculum vitae dan motivation letter, tata cara penyusunan proposal disertasi untuk kampus luar, da materi tata cara dan etika korespondensi dengan supervisor (Profesor) asing.

Pemberian Materi oleh Narasumber 

Dalam materi pertama, Royyan Ramadhan menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan penyusunan serta perbedaan CV dan motlet untuk pemberi beasiswa, kampus tujuan, dan supervisor. 

"Jadi, CV dan motlet yang dibuat itu tidak berlaku satu untuk semua, tetapi tergantung ke mana tujuan keduanya ditunjukan," terangnya. 

Menurutnya, CV yang dibuat harus menunjukan identitas dan karya publish yang sudah dilakukan. Sedangkan motlet mengungkapkan ketertarikan untuk mengambil study di kampus tertentu dan di negara tertentu. 

Royyan juga menjelaskan bahwa baik CV ataupun motlet harus disesuaikan dengan gaya negara tertuju, dan tidak bisa menggunakan standar Indonesia karena setiap kampus dan negara memiliki standar masing-masing. 

Di akhir pembahasan, Royyan menyinggung beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan CV dan motlet. "Seperti spesifikasi penelitian (research interest), rapi dalam penyusunan, menggunakan bahasa Inggris yang standar dan lain-lain," tambahnya. 

Materi kedua dipaparkan oleh Tatang Muttaqin, Ph.D yang membahas tentang tata cara penyusunan proposal disertasi untuk kampus luar. 

Tatang menuturkan bahwa setiap kampus memiliki standar dan sistematika penyusunan yang berbeda. Oleh karenanya, dalam menyusun proposal riset harus mengikuti gaya penulisan kampus yang menjadi tujuan. Dirinya menuturkan bahwa proposal tidak mesti panjang lebar.

"Maksimal dengan 5 halaman dan bisa menggambarkan apa yang menjadi masalah penelitian, teori dan metode yang digunakan, dan lain-lain," kata dia. 

Selanjutnya, Tatang juga menjelaskan tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan proposal seperti bahasa Inggris yang standar, mengambil referensi dari rujukan yang memiliki kredibilitas tinggi, kebaruan dari penelitian dan lain-lain. 

Di akhir pembahasan, dirinya juga memberikan suntikan motivasi.

“S3 itu bukan hanya butuh pintar, tapi juga butuh serius dan tekun," tandasnya. 

Materi terakhir yang diberikan oleh Prof. Atip Latipul Hayat, Ph.D membahas tentang tata cara dan etika korespondensi dengan supervisor (Profeseor) asing.

Prof. Atip menyampaikan beberapa hal yang harus dilakukan ketika mengirim email kepada calon supervisor asing, seperti harus bersabar karena butuh waktu yang lama untuk mendapatkan balasan email dari profesor, sebab setiap kampus memiliki standar masing-masing. 

Kemudian harus memperhatikan apa saja isi email yang dikirimkan, seperti dalam paragraf pertama email harus memuat perkenalan diri, asal negara, research interest, dan kenapa memilih seorang profesor sebagai calon supervisor.

"Bagaimana isi body paragraphlast paragraph dan closing statement," terangnya. 

Setelah memberikan materi, Prof. Atip menyampaikan harapannya kepada kader-kader muda PERSIS yang hendak melanjutkan study Ph.D, juga memberikan motivasi agar serius dalam mempersiapkan studi.

"Seperti persiapan bahasa, skill menulis, funding beasiswa, proposal riset, publikasi jurnal dan berbagai hal yang berkaitan dengan S3 di luar negeri," jelasnya. 

Dalam hal ini, Prof. Atip sangat mendukung kader-kader muda Persatuan Islam (Persis) untuk menempuh study Ph.D di Eropa, Asia ataupun Amerika, dan memberikan beberapa rekomendai Negara seperti India, Finlandia, Belanda, Jerman dan lain-lain. 

(HL/FAR)

 

Reporter: Reporter Editor: admin