Hadiri Konferensi Pelopor Al-Quds di Turki, Ketum Pemuda PERSIS Rilis Pernyataan Resmi

oleh Reporter

14 Desember 2021 | 11:44

Istanbul, persis.or.id - Pemuda Persatuan Islam (Pemuda PERSIS) untuk pertama kali mengikuti secara langsung konferensi Pelopor Al-Quds yang digelar pada tanggal 1—5 Desember 2021 di Istanbul, Turki. Gelaran event ini adalah konferensi ke-12 yang bertajuk “The Pioneers of Al Quds Carry its Sword”, diikuti dengan partisipasi aktif delegasi lebih dari 40 negara di dunia.

Kendati ribuan orang mengikuti acara yang digelar oleh The Global Coalition for Al-Quds and Palestine (GCQP) ini, pelaksanaan konferensi dilaksanakan dengan protokol kesehatan, kenyamanan, dan keamanan yang baik.

Pemuda PERSIS hadir diwakili langsung oleh Ketua Umum Ibrahim Nasrul Haq Alfahmi. Ketua Umum Pemuda PERSIS mendapat undangan sebagai delegasi OIC Youth Indonesia bersama para pimpinan Organisasi Kepemudaan Islam (OKP) Indonesia lainnya.

Ibrahim menyampaikan, konferensi ini adalah kesempatan bagi Pemuda PERSIS untuk turut hadir menggalang kekuatan dalam perjuangan pembebasan Al-Quds secara langsung, bersama banyak komponen dari berbagai negara yang memiliki perhatian yang sama terhadap Palestina.

Ibrahim juga mengingatkan bahwa bangsa Indonesia memiliki hutang moral terhadap bangsa Palestina dalam upaya kemerdekaan sebuah negara.

“Perjuangan kemerdekaan Palestina dari penjajahan zionis Israel la’natullah tidak hanya persoalan hutang moral kemerdekaan, melainkan persoalan masa depan umat Islam seluruh dunia,” tandasnya.

Dalam konferensi ini Ketua Umum Pemuda PERSIS menyampaikan beberapa pernyataan resmi jam’iyyah Pemuda PERSIS terkait pembebasan Al-Quds dan upaya kemerdekaan rakyat Palestina. Berikut ini petikan pernyataannya:

Bismillaahirrahmaanirrahiem

The Central Board (PP) of Pemuda PERSIS declare these following statements:

Pimpinan Pusat Pemuda Persatuan menyampaikan pernyataan sebagai berikut:

1.                  Modernization is an inevitability and should encourage us as humans to increase our awareness and concern about our role as caliphs on earth so that humans are able to build civilization.

Bahwa modernisasi adalah keniscayaan yang seyogianya memacu agar manusia semakin sadar dan peduli akan perannya sebagai khalifah di muka bumi, sehingga manusia mampu membangun peradaban.

2.                  Currently, all countries are competing to improve the welfare of their society by improving economic aspects and investment. On the other hand, they are campaigning for environmental issues as a means of "sin cleansing” for the adverse effects of high industrialization of emissions that are beginning to be felt by the impact on climate change. Consequently, the COP26 Climate Summit in Glasgow, Scotland resulted with promises of human behavior change.

Bahwa saat ini semua negara berlomba-lomba untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat dengan peningkatan aspek-aspek ekonomi dan investasi, di sisi lain mengampanyekan isu lingkungan sebagai sarana “penyucian dosa” atas dampak buruk industrialisasi tinggi emisi yang mulai terasa dampaknya pada perubahan iklim. Tak heran, KTT Iklim COP26 di Glassglow, Skotlandia dibanjiri janji-janji target perubahan perilaku manusia.

3.                  This is how civilization is built: to achieve a desired condition for the sake of common good, we need rules to bind those who have a higher level of consciousness. In relation to the improvement of the environment, it is Us as the human being who must be regulated.

Bahwa demikianlah peradaban dibangun, untuk dapat mencapai sesuatu kondisi yang dikehendaki untuk kebaikan Bersama, maka perlu ada aturan yang mengikat pihak yang memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Untuk perbaikan lingkungan maka manusialah yang harus diatur.

4.                  With regard to awareness of the role, the world community should not forget and fail their focus because we are not even finished with humanitarian problems. Independence and Human Rights should not only be jargons or lip services. It, however, must be implemented thoroughly. Moreover, in which the inhumane, harsh and unacceptable behavior known as colonization, crimes of humanity committed by Israel against our brother in Palestine that takes place right in front of us.

Bahwa berkaitan dengan kesadaran akan peran, masyarakat dunia jangan terlena dan gagal fokus dikarenakan kita bahkan belum selesai dengan masalah kemanusiaan. Kemerdekaan dan Hak Asasi Manusia jangan sampai hanya menjadi jargon, tetapi harus diimplementasikan. Terlebih di hadapan kita masih dipertontonkan perilaku bar-bar, yaitu penjajahan, kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel atas Palestina.

5.                  In this case, we strongly and firmly state that the progress of civilization must be proven by the focus and priority of the countries and society in the World for the realization of the independence of the State of Palestine.

Bahwa dalam hal ini kami menyatakan dengan tegas bahwa kemajuan peradaban harus dibuktikan dengan fokus dan prioritas negara-negara dan masyarakat dunia, untuk realisasi kemerdekaan Negara Palestina.

6.                  We call on all parties who deliberately claim that the conflict is merely a domestic political affair to stop spreading the lie because it is an "immoral framing" Negating the existence of crimes against humanity and severe human rights violations.

Kami mengimbau agar semua pihak yang melakukan framing yang menyatakan bahwa konflik Palestina hanyalah urusan politik domestic untuk berhenti menyebarkan dusta tersebut, dikarenakan itu adalah “framing amoral” yang menegasikan adanya kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran HAM berat.

7.                  Israel, on the other hand, which has repeatedly and deliberately ignored UN security council resolutions and international conventions on humanity, has clearly shown to the world that they lack awareness which make them not even worthy to be called human beings.

Di sisi lain, Israel yang berkali-kali mengabaikan resolusi dewan keamanan PBB dan berbagai konvensi internasional tentang kemanusiaan dengan jelas menunjukan pada dunia bahwa mereka bukanlah pihak yang memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, sehingga bahkan tidak layak disebut sebagai manusia.

8.                  We urge all parties not to close their eyes, ignore, or even leave our brothers in Palestine because the tragedy and the oppressions that befall to our brothers and sisters there has never been stopped even until today, the victims are still falling with or without being reported by the media.

Bahwa kami mengimbau agar semua pihak tidak menutup mata, abai, bahkan meninggalkan saudara-saudara kita di Palestina dikarenakan tragedi yang mereka alami tidak pernah berhenti, bahkan sampai detik ini korban masih berjatuhan dengan atau tanpa diberitakan oleh media.

9.                  We also invite all parties: individuals, NGOs and all sovereign states, to conduct real systematic, structured and massive movements in order to stop and /or not cooperate with Israel, by sending protest petitions to the signatory countries of the Abraham Accord and to countries that reject resolution responsibility to protect (R2P) crimes of genocide, war crimes, ethnic cleansing, and crime. All these actions must be taken into consideration seriously and put forward on an annual agenda.  It aims to show the world that we are not willing to cooperate with oppressors or slaughter. We want to cooperate with civilized, conscious humans.

Bahwa kami juga mengajak agar semua pihak: individu, NGO, dan negara-negara berdaulat, untuk melakukan pergerakan sistematis, terstruktur dan massiv untuk menghentikan dan/atau tidak melakukan kerja sama dengan Israel, mengirim petisi protes pada negara-negara penanda tangan Abraham Accord dan kepada negara-negara yang menolak Resolution Responsibility to Protect (R2P) kejahatan genosida, kejahatan perang, pembersihan etnik, dan kejahatan, dijadikan agenda tahunan. Tunjukanlah bahwa kita tidak bersedia bekerjasama kecuali dengan “manusia” yang beradab, berkesadaran, dan tentunya tidak membantai manusia.

 

Konferensi ini dibuka oleh Sekretaris Jendral Global Koalisi Dr. Munir Saeed Eng., dihadiri oleh tokoh-tokoh penting Harakat al-Muqawwamah al-Islaamiyyah (HAMAS), di antaranya Ismail Haneeya, Mousa Mohammed Abu Marzook, Khaled Mashal, dan mantan Menteri Pertahanan Malaysia Haji Mohamad bin Sabu atau umumnya dikenal Mat Sabu.

Konferensi ini ditutup dengan mendeklarasi beberapa pernyataan penting, di antaranya urgensi bersatunya umat Islam dan perhatian terhadap hak-hak perempuan dan anak-anak Palestina yang dinista oleh zionis Israel.

 

(INHA/dh)

Reporter: Reporter Editor: admin